"Islam mewajibkan setiap anak untuk berbakti dan berbuat baik kepada ibu dan bapaknya. Namun untuk merealisasikannya, diperlukan hadirnya negara sebagai pengurus urusan rakyatnya."
Oleh. Isty Da’iyah
NarasiPost.Com-Perjuangan dan pengorbanan seorang ibu begitu luar biasa, selama kurang lebih sembilan bulan kita berada dalam kehangatan rahimnya dan menyatu dalam tubuhnya. Kasih sayangnya sudah mulai tumbuh sedari kita masih menjadi nutfah. Sehingga, untuk membalas setetes air susunya yang telah menjadi darah daging, kita pun tidak akan bisa.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan seorang anak harus berbakti kepada ibu dan bapaknya. Menyayangi dan merawatnya ketika sudah lanjut usia. Namun, kenyataannya dalam sistem sekuler saat ini, merawat ibu yang sudah tua merupakan hal yang sulit dilakukan. Salah satu alasannya adalah faktor ekonomi. Sehingga, banyak ibu lanjut usia (lansia) yang terpaksa tidak bisa mendapat perawatan dan kasih sayang dari anak-anaknya.
Seperti yang tengah viral saat ini, seorang ibu terpaksa harus tinggal di panti jompo setelah ketiga anaknya menitipkannya ke lembaga tersebut. Ibu itu harus menerima kenyataan pahit, karena ketiga buah hatinya tega membuat surat pernyataan agar ibunya bisa tinggal di Panti Jompo Griya Lansia Husnul Khatimah, Kabupaten Malang. Dengan alasan impitan ekonomi, ketiga buah hatinya menyerahkan tanggung jawab merawat ibunya ke Griya Lansia Husnul Khatimah (kompas.com 1/11/21).
Sementara itu, dilansir dari Tribunnews.com (21/10/21), yang mewartakan kisah haru tentang nasib seorang ibu yang sengaja ditinggal oleh putrinya di depan sebuah toko. Ibu tersebut disuruh membeli barang di toko, sementara putrinya pergi tidak datang menjemputnya kembali. Berita ini juga sedang viral lewat video yang dibagikan di media sosial.
Fakta di atas adalah bagian yang terungkap dan naik menjadi pemberitaan. Di luar itu, tentunya masih banyak kasus yang tidak terekspos. Banyak Ibu, yang seharusnya menikmati hari tua dengan bahagia kini justru merana. Karena anak-anak mereka menganggapnya sebagai beban hidup mereka.
Padahal ketika raga tak lagi perkasa, orang tua berharap ada anak yang akan merawatnya dengan suka cita. Tapi apalah daya tuntutan ekonomi terkadang harus memisahkan mereka. Terlebih lepasnya tanggung jawab negara untuk memberi jaminan kesejahteraan kepada para lansia, membuat tubuh renta itu pun semakin nelangsa. Bahkan ketika kaki sudah tidak lagi bisa tegak berdiri, mereka masih harus tertatih mencari sesuap nasi.
Akibat Sistem Kapitalis Sekuler
Realitas buruknya keadaan masyarakat termasuk ibu dan lansia, merupakan konsekuensi logis dari penerapan sistem kapitalis sekuler saat ini. Jerat kapitalisme sekuler telah membuat perekonomian berada di titik yang rendah dan menjauhkan manusia dari ketaatan. Sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan membuat manusia semakin jauh dari aturan Allah Swt.
Sistem batil ini telah melahirkan perilaku menghalalkan segala cara, watak culas dan mementingkan diri sendiri. Hal ini tidak lepas dari berbagai kebijakan neoliberal yang memunculkan ketidakadilan di berbagai level. Muncullah ketimpangan yang terus melebar antara rakyat dan para kapital. Bahkan, kapitalisme telah berhasil mendistribusikan kemiskinan hampir ke seluruh negeri.
Rakyat harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber kekayaan yang melimpah tidak pula bisa dinikmati olehnya, tersebab sebagian besar kepemilikannya telah beralih ke tangan para oligarki dan asing. Rakyat dijadikan mesin penggerak perekonomian kapitalisme. Mereka dipaksa untuk menerima kehidupan minimalis yang jauh dari standar kesejahteraan.
Sistem ini bukan hanya memproduksi kemiskinan masal, namun juga mencontohkan pola lepasnya tanggung jawab negara terhadap kewajiban mengurus rakyatnya. Negara memfungsikan perannya sebagai fasilitator pembuat undang-undang untuk mengokohkan cengkeraman kapitalis. Paradigma hubungan rakyat dan penguasa yang dibangun oleh sistem ini tidak lebih sebagai penjual dan pembeli.
Sistem kapitalis sekuler menjadikan rakyat sebagai penderita utama dalam setiap kebijakan yang ada. Menyebabkan tekanan hidup manusia semakin berat, terlebih bagi yang tidak kuat iman, peluang untuk berbuat maksiat semakin terbuka lebar. Karena agama dan hukum Allah tidak dijadikan sandaran, maka hidup hanya untuk mengejar dunia yang menyibukkan.
Sehingga, sistem ini juga berpeluang memproduksi anak durhaka, mereka lebih sibuk mencari uang daripada merawat orang tuanya. Kisah pilu lansia dibuang di jalan dan atau diserahkan ke panti jompo dengan alasan anak tidak sanggup merawat adalah salah satu buktinya.
Sistem Islam Memuliakan dan Menyejahterakan Ibu
Islam hadir untuk memberi rahmat bagi seluruh alam. Membawa manusia ke peradaban yang mulia. Termasuk memuliakan seorang wanita yang bergelar ibu. Banyak hadis yang bisa dijadikan dalil tentang kewajiban memuliakan ibu. Di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, dari Abu Hurairah ra., berkata, "Seorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Nabi saw. menjawab, Ibumu! Dan orang tersebut kembali bertanya, Kemudian siapa lagi, Ibumu! Dan orang tersebut kembali bertanya, Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab, Ibumu! Orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa lagi? Nabi saw. menjawab, Kemudian ayahmu."
Dalam sebuah firman Allah Swt. menegaskan dan memerintahkan agar berbakti, berbuat baik kepada orang tua. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an surat Luqman ayat 14 yang artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."
Dari dalil-dalil di atas sangat jelas memaparkan bagaimana kedudukan ibu dan orang tua dalam Islam. Islam mewajibkan setiap anak untuk berbakti dan berbuat baik kepada ibu dan bapaknya. Namun, untuk merealisasikannya diperlukan hadirnya negara sebagai pengurus urusan rakyatnya. Negara wajib hadir untuk memastikan setiap yang diperintahkan oleh Allah Swt. bisa diterapkan dalam kehidupan di negaranya.
Negara dalam sistem Islam akan memastikan kesejahteraan rakyatnya individu per individu. Kesejahteraan yang diartikan sebagai terpenuhinya seluruh potensi yang dimiliki manusia secara optimal. Yakni yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan jaminan hari tua bagi lansia. Negara akan memanfaatkan segala potensi dan kekayaan alam yang ada untuk kepentingan kesejahteraan seluruh rakyatnya.
Selain mekanisme ekonomi, Islam melengkapi jaminan pemenuhan kebutuhan ibu dan lansia melalui mekanisme nonekonomi. Mekanisme tersebut adalah dengan pemberian sanksi dalam bentuk takzir bagi setiap laki- laki, balig, berakal dan mampu bekerja tapi tidak mau bekerja. Bagi setiap individu yang berkewajiban menanggung keluarganya tetapi tidak melakukan tanggung jawabnya dengan baik dan benar maka negara juga akan menjatuhkan sanksi.
Sanksi ini ditetapkan oleh hakim dalam negara Islam dalam institusi Khilafah. Ini merupakan bentuk peringatan negara terhadap kewajiban tersebut. Namun, ketika ada kelalaian yang dilakukan oleh negara dalam mengurus kebutuhan rakyatnya, termasuk kaum ibu dan lansia maka para aparat negara harus diingatkan dan dikoreksi oleh umat.
Saat pemenuhan pokok bagi para ibu dan lansia ini tidak bisa dipenuhi oleh penanggung jawabnya karena satu dan lain hal, maka Islam menetapkan kewajiban ini kepada negara. Negara memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan harta yang ada di Baitul Mal baik dari pos zakat, dan dari pemasukan lainnya. Karena dalam pandangan Islam, negara bertindak sebagai pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya dan bertanggung jawab mewujudkan kemaslahatan bagi mereka melalui penerapan hukum Islam secara kafah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Seorang imam seperti penggembala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang digembalakannya." (HR. Imam Bukhari)
Wallahu'alam bishawaab.[]