Kubenci Namamu dan Ide di Balik Perangaimu

"Mengukuhkan nama Mustafa Kemal Attaturk dalam sebuah jalan, laksana mengenang tokoh kehormatan yang penuh jasa. Padahal, sepak terjangnya satu abad yang lalu telah mencederai kemanusiaan dan peradaban Islam."

Oleh. Uqie Nai
(Member AMK4)

NarasiPost.Com-Kehancuran peradaban Islam sejak tahun 1924 M telah menorehkan luka di hati kaum muslim hingga hampir 100 tahun lamanya. Tahun tersebut adalah babak awal berjuta penderitaan dan beribu nestapa menghampiri nasib umat Islam di pelosok dunia yang sebelumnya aman sentosa. Pembunuhan, pembantaian, perampasan harta dan kehormatan, terlepasnya ukhuwah islamiyyah telah mencerai-beraikan umat menjadi kepingan kecil negara ashabiyah dan menjadi santapan lezat serigala imperialis.

Kepedihan itu kini kembali mencuat saat sosok pembunuh dan pembantai ibu kaum muslim, Mustafa Kemal Attaturk, dipilih menjadi nama jalan di Jakarta. Wacana ini datang dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, yang berjanji menamakan salah satu jalan di Jakarta dengan 'Attaturk' sebagai perwujudan kerja sama Indonesia dan Turki.

Pandangan Sekuler Membutakan Fakta Sejarah

Keinginan Indonesia dan Turki mengukuhkan negaranya memiliki nama jalan dari tokoh sejarah, bermula dari kunjungan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, ke Turki pada 12 Oktober 2021. Hasil kunjungan tersebut melahirkan kesepakatan pemberian nama jalan dari tokoh negara Indonesia atau Turki. Pemerintah Turki sebagaimana diberitakan telah memberikan nama Jalan Ahmet Soekarno di Ankara.

Seakan merasa bangga, Indonesia melalui Duta Besar (Dubes) nya di Ankara, Muhammad Iqbal, menyebutkan Indonesia pun berencana mengganti nama salah satu jalan di daerah Menteng dengan nama tokoh sekuler Turki, Mustafa Kemal Attaturk. Peresmiannya kemungkinan akan dilakukan saat Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengunjungi Indonesia awal 2022 mendatang. (Cnnindonesia.com, Jumat, 15/10/2021)

Mengukuhkan nama Mustafa Kemal Attaturk dalam sebuah jalan, laksana mengenang tokoh kehormatan yang penuh jasa. Padahal, sepak terjangnya satu abad yang lalu telah mencederai kemanusiaan dan peradaban Islam. Ia bukan 'Bapak Turki' melainkan penjahat biadab penghancur junnah Islam. Di tangannyalah ide-ide kufur ia perjuangkan untuk menyingkirkan Islam dan institusinya.

Wacana penamaan jalan dengan tokoh sekuler di samping untuk menancapkan hegemoni sekuler semakin kuat, juga bentuk pengaburan dan penguburan sejarah yang dilakukan Barat terhadap Islam dan ajarannya. Mereka melakukan berbagai cara dan beragam program agar ideologi Islam tak akan bangkit. Rendahnya minat baca, minimnya literasi pada diri kaum muslim, menjadi celah dan peluang tercekokinya paham SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme) masuk dalam benak dan interaksi kaum muslim. Paham yang semestinya jadi perhatian negara dan masyarakat karena kebahayaannya, berimbas pula pada penyimpangan sejarah dan pembodohan secara sistemik dengan dijauhkannya pemahaman Islam kaffah dari benak kaum muslim, termasuk di dalamnya keterkaitan institusi Khilafah Utsmaniyah dengan penyebaran Islam di Nusantara.

Oleh karenanya, penolakan atas ide dan simbol kufur harusnya tak berhenti pada penolakan nama jalan saja, tapi menolak secara tegas pangkal dari munculnya ide tersebut, yaitu Kapitalisme-Sekuler. Paham yang memaksakan ide batil masuk pada kehidupan umat Islam dengan cara menjauhkan syariat, sedikit demi sedikit dalam seluruh aspek. Paham ini pula penyebab diterimanya tokoh sekuler, musuh bak kawan sejati, penjahat ibarat pahlawan, kemaksiatan diklaim sebagai budaya, dan digencarkannya pluralisme atas nama moderasi Islam. Inilah yang sedang diperjuangkan para agen Barat yang duduk di pemerintahan. Lisan dan tangan mereka bergerak sesuai titah tuannya, bukan Tuhannya, yakni Allah Swt.

Kemal Attaturk, Paket Komplit Penghancur Islam dan Institusinya

Mustafa Kemal adalah sosok di balik keruntuhan Turki Utsmani (Khilafah Utsmani). Institusi Islam yang telah memberikan penjagaannya terhadap Islam dan kaum muslim. Institusi ini pula yang memiliki rentang waktu panjang dan kejayaan yang mengagumkan. Membebaskan Konstatinopel pada tahun 1453 M, menjadi kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur, serta perhatiannya terhadap Nusantara dengan mengutus wali Songo, mengirim bantuan, mengangkat Sultan, adalah bukti nyata kejayaan Utsmani sebelum akhirnya runtuh di tangan kafir Barat bersama kaki tangannya.
Atas rencana busuk Mustafa Kemal, Turki Utsmani terlibat dalam Perang Dunia I (2 Agustus 1914) yang mengakibatkan Utsmani kehilangan segala-galanya saat militer penjajah memasuki Istanbul. Puncaknya, pada 1909 M, dengan dalih mogok massal, organisasi Persatuan dan Kesatuan berhasil masuk ke Istanbul, menyingkirkan Khalifah Abdul Hamid II dan melucutinya dari pemerintahan dan keagamaan. Tinggallah Khilafah Utsmani sebagai simbol belaka, hingga kemudian benar-benar dibubarkan paksa pasca badan legislatif mengangkat Mustafa Kemal menjadi presiden Turki, pada 3 Maret 1924 M.

Sebagai Presiden Republik Turki, Mustafa Kemal bertindak radikal dan diktator. Awal berkuasa, Kemal telah menggantung tiga puluh ulama demi mewujudkan cita-citanya menerapkan paham sekuler dalam ideologi negara serta keleluasaan membangun negara Turki sekuler yang jauh dari khilafah Islam. Di antaranya: menghapus syariat Islam, meniadakan jabatan kekhalifahan, mengganti hukum Islam dengan hukum Barat (Italia, Jerman dan Swiss), menutup beberapa masjid dan madrasah, mengganti agama negara dengan sekularisme, mengubah azan ke dalam bahasa Turki, melarang pendidikan agama di sekolah umum, melarang wanita berkerudung, mengganti teks bahasa Arab dengan bahasa Roma, mengganti seluruh huruf Arab dengan latin dan mengenalkan kode hukum Barat, pakaian, kalender serta alfabet.

Kemal bukan hanya dikenal kejam, arogan, antiagama, pencetus sekularisme, tapi juga dikenal kezalimannya menghapus kekhalifahan Turki dan agama Islam. Inilah paket lengkap keburukan Mustafa Kemal yang harus diketahui dunia dan umat Islam. Tak layak bagi negara mana pun menjadikannya kiblat kemajuan, begitu pula umat Islam. Tidak boleh rida dengan perangai dan ide kufur yang dibawanya hadir di tengah umat.

Kembali pada Islam, Dunia Tenteram

Jika bukan karena Islam dan institusinya tentu saat ini umat Islam di Indonesia masih terjebak akidah dinamisme dan animisme. Sudah selayaknya umat Islam bersyukur memiliki Islam sebagai agama dan ideologi. Menerima dengan taat semua hukum Allah Swt., tidak mencampuradukkan hak dan batil, dan bersegera mencampakkan sekularisme apa pun bentuknya.

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (TQS. Al-An’aam: 82)

Untuk mewujudkan keamanan tersebut umat Islam harus berupaya mengembalikan tatanan kehidupan umat dalam institusi yang di ridai Allah dan rasul-Nya. Institusi yang mampu menjadi raa'in dan junnah bagi umat dan dunia, serta mewujudkan keberkahan di langit dan di bumi karena ketaatan pemimpin dan rakyatnya pada syariat.

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an tentang janji dan ancaman-Nya: "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (TQS. Al-A'raf: 96)

Wallahu a'lam bi ash-Shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Uqie Nai Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Hadhanah (Risalah Agung Pengasuhan Anak dalam Islam)
Next
Menolak Propaganda Liberal yang Memojokkan Syariat
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram