Hei, Kapitalis, Jangan Bajak Santri Kami!

Pemerintah juga agaknya salah alamat ketika mendukung santri untuk memajukan ekonomi umat, sementara sistem kapitalisme yang jelas menyengsarakan dan mencekik rakyat, justru dijadikan sebagai landasan berjalannya ekonomi. Berbagai masalah ekonomi yang menjerat, tidak semata-mata akan terurai dengan aktifnya santri di dunia kewirausahaan.

Oleh. Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si
( Kontributor Tetap NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Sudah lebih dari 7 dekade, para pejuang negeri tertatih-tatih membebaskan tanah air dari sergapan penjajah haus harta. Meski hanya berbekal senjata sederhana, namun moncong peluru kolonial akhirnya turun juga dibuatnya. Semangat dan ruh yang menghiasi perjuangan mereka, tidak boleh ditutup-tutupi bahwa ada unsur girah menegakkan jihad fi sabilillah di dalamnya. Demikianlah hakikat Islam, kehadirannya sejak awal dahulu memang memosisikan diri sebagai pihak yang melawan secara lantang kezaliman dalam wujud apa pun.

Hari santri dan semangat juang Islam di Indonesia adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini dikarenakan peringatan hari santri dilatarbelakangi oleh resolusi jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari. Beliau memandang perlu melahirkan resolusi ini, mengingat meski Indonesia sudah mencetuskan proklamasi pada 17 Agustus 1945, namun 3 bulan setelahnya, Belanda dikabarkan hendak menguasai kembali negeri yang baru berlepas diri dari genggamannya. Sesuai namanya, resolusi ini menggerakkan rakyat yang mayoritas meyakini jihad sebagai salah satu ajaran agamanya yang agung. Termasuk di antaranya adalah para santri, sivitas pesantren hingga mereka yang bukan berasal dari kalangan pesantren pun turut terbakar semangatnya karena resolusi jihad. Buah dari seruan Kiai Hasyim adalah Belanda berhasil dipukul mundur dan harus membawa pulang rencana liciknya untuk kembali menjajah dengan tangan hampa.

Sebagai pendiri organisasi Islam di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama, posisi Kiai Hasyim tentu sangat berarti bagi para santri yang tidak sedikit berada di bawah payung NU, dan tentu bagi santri-santri lainnya. Semangat keislaman yang melatarbelakangi tindakan heroik beliau sangat pantas untuk diteladani, mengingat hari ini Indonesia yang meskipun sudah merdeka secara fisik, tapi pada hakikatnya masih dijajah secara pemikiran, ekonomi, budaya, politik, dan lain-lain.
Peringatan tahunan hari santri sepatutnya dijadikan sebagai momentum untuk refleksi perbaikan negeri, bukan justru diarahkan menjadi penggerak roda ekonomi yang dominan mengedepankan aspek materi. Pandangan ini lahir tentu bukan tanpa sebab, sebagaimana terciumnya aroma asap karena ada api yang membakarnya.

Pasalnya, Presiden Jokowi dalam sambutannya pada peringatan hari santri tahun ini mengatakan bahwa ia berharap akan ada lebih banyak wirausaha yang lahir dari kalangan santri dan lulusan pesantren agar dapat menggerakkan perekonomian yang inklusif. Tak lupa pemerintah disebut siap mengucurkan skema bantuan seperti program Mekar, Kredit Usaha Rakyat, serta Bank Wakaf Mikro. (Liputan6, 23/10/21)

Sebagaimana khitah santri dahulu yang terdepan memperjuangkan negeri terbebas dari penjajahan, maka seharusnya seperti itu pulalah yang diharapkan atas para santri di era sekarang. Penjajahan tetap harus dilawan apa pun bentuknya, baik penjajahan fisik maupun tidak. Apatah lagi hari ini neokolonialisme masih istikamah bercokol, gebrakan lantang dari para santri dengan girah Islamnya amatlah dinanti. Lebih jauh, dorongan dari pemerintah yang demikian kepada para santri hanya semakin memperjelas posisinya sebagai penjaga dan pelanggeng neokolonialisme itu sendiri.

Pemerintah juga agaknya salah alamat ketika mendukung santri untuk memajukan ekonomi umat, sementara sistem kapitalisme yang jelas menyengsarakan dan mencekik rakyat, justru dijadikan sebagai landasan berjalannya ekonomi. Berbagai masalah ekonomi yang menjerat, tidak semata-mata akan terurai dengan aktifnya santri di dunia kewirausahaan. Pola berpikir yang menyeluruh juga harus dipegang oleh siapa pun yang memiliki kuasa di tangannya, agar berbagai keputusan yang ditetapkan tidak bersifat parsial dan “gali lubang tutup lubang”.

Lebih dari itu, masalah yang lebih nyata dalam urusan terkait santri yang harus lebih disorot adalah bagaimana agar para santri dapat menjadi garda terdepan dalam mengemban ilmu dan tsaqafah Islam, tidak hanya menghafal Al-Qur’an namun juga menjalankannya dalam setiap sendi kehidupan. Prinsip fundamental para penuntut ilmu Islam ini juga dapat menjadi penguat di tengah derasnya iklim “pesantren rasa penjara”, yang membuat tidak sedikit para santri yang pulang ke rumahnya namun tertanggal sudah identitas santrinya.
Santri adalah salah satu aset berharga yang harus diberdayakan setiap potensinya untuk kebaikan agama dan umat, bukan dijadikan sebagai pengokoh perekonomian yang batil.

Jika dulu para santri berperan mengubah kondisi keterjajahan menjadi kemerdekaan dari belenggu kaum kafir, maka hari ini peran tersebut tidak jauh berbeda. Maka melalui momentum ini, para santri, sivitas pondok pesantren, wali santri dan seluruh elemen yang berkaitan dengan dunia pesantren, seyogyanya menyegarkan kembali pemahaman akan peran hakiki santri sebagai agen perubahan dan penyeru kebenaran sesuai dengan tuntutan syariat Islam. Wallahu a’lam bisshawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Iranti Mantasari BA.IR M.Si Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Hidup Itu Singkat, Kawan!
Next
Ummu Umarah, Sang Perisai Rasulullah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram