Episentrum Penyebaran Corona Berpindah, Akankah Indonesia Waspada?

"Penyelamatan nyawa rakyat, harusnya menjadi agenda nomor satu ketika wabah menyerang. Meski ekonomi juga menjadi faktor vital. Namun, nyawa manusia tetap diprioritaskan. Hari ini dunia menjadi saksi, jutaan nyawa telah gugur dengan perantara wabah. Meski kematian merupakan qodlo Allah yang sudah ditetapkan. Akan tetapi, usaha manusia dalam menghilangkan wabah agar bahaya tidak berkepanjangan juga harus dilakukan."

Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pandemi menjadi viral dibahas selama dua tahun terakhir. Bagaimana tidak? pandemi inilah yang berhasil menumbangkan ekonomi setiap negara, ia juga berhasil menambah deret angka kematian secara drastis dalam dua tahun terakhir. Indonesia bisa bernapas lega ketika kurva penularan makin melandai setelah ujian gelombang kedua menerjang. Namun, ternyata gelombang itu hanya menarik diri dengan tujuan untuk kembali.

Dilansir dari kompas.com (5/11/2021), kasus Covid-19 di Eropa melonjak hingga 50 persen, menyebabkan Eropa kembali menjadi episentrum pandemi. Berita ini dikemukakan oleh Michael Ryan, Direktur Eksekutif Program Kegawatdaruratan WHO di Jenewa, Swiss. Ia mengatakan bahwa meski pasokan vaksin melimpah, namun Eropa kembali menjadi episentrum penyebaran virus corona.

Kembalinya Eropa sebagai episentrum baru, tentu membuat dunia waspada. Tak terkecuali Indonesia. Negara berpenduduk tak kurang dari 260 juta jiwa ini, pernah menjadi saksi bisu kekejaman corona yang menggulung masyarakat dengan tsunami wabah. Tepat dua bulan setelah kasus perlahan melandai, kekhawatiran Indonesia terkena dampak dari kembalinya Eropa sebagai episentrum baru pun menguat, sebab varian baru telah terbentuk dengan dampak yang lebih berbahaya dari sebelumnya.

Varian Mutasi Delta

Gelombang baru ini, bisa menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Sebab, varian Delta yang disebut sebagai varian mutasi, kini lebih ganas lagi dengan mutasian baru bernama Delta Plus AY.4.2. Varian baru ini pun sukses memorak-porandakan Inggris hingga negeri Ratu Elizabeth tersebut menjadi negara yang tidak aman dikunjungi saat ini. Sebab, AY.4.2. dituduh sebagai biang naiknya kasus penularan dan kematian di Inggris.

Varian Delta Plus AY.4.2. dengan cepat menyebar dari satu negara ke negara lain, bahkan varian ini ternyata sudah sampai di negeri tetangga, Malaysia. Hingga pemerintah Indonesia pun mengklaim waspada. Malaysia telah mengonfirmasi terdapat dua temuan Delta Plus di negaranya. Varian tersebut masuk terbawa oleh dua pelajar sekembalinya dari Inggris pada 2 Oktober 2021. (cnbcindonesia.com, 9/11/2021)

Benarkah Indonesia Waspada?

Jhonny G. Plate, Menteri Komunikasi dan Informatika, menyampaikan bahwa meski Covid-19 di Indonesia tertangani dengan baik, namun rakyat tidak boleh lengah, sebab ancaman penularan corona masih ada. Ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan, yakni dengan memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Lantas, apakah cukup masyarakat patuh terhadap protokol saja? bagaimana kebijakan pemerintah dalam mencegah masuknya varian baru tersebut?

Jauh panggang dari api, mungkin kalimat tersebut patut diucapkan, tatkala pemerintah dengan tegas menyuruh rakyat taat peraturan, namun di sisi lain pemerintah tetap membuka gerbang perjalanan internasional. Jamak diketahui bahwa varian baru adalah virus mutasi yang berasal dari Inggris. Virus tersebut tak akan bisa berenang melewati samudera atau pun terbang terbawa angin hingga ke Indonesia, jika tidak ada 'perantara' yang membawanya. Ya, perantara tersebut adalah manusia.

Namun belum lama ini, pemerintah telah menyelenggarakan event internasional IAWP (International Association of Women Police) yang digelar pada 06 November 2021 hingga 11 November 2021 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Sedangkan event bertaraf internasional lainnya yang akan diselenggarakan dalam masa dekat ini adalah Asian Talent Cup pada 13-14 November, dan World Superbike Championship (WSBK) pada 19-21 November yang bertempat di Sirkuit Mandalika NTB. Tentu, event internasional pesertanya pun datang dari penjuru benua. Maka, peluang memasukkan varian baru pun akan terbuka lebar. Nauzubillah.

Miris. Apalagi jika dikaitkan dengan ambisi pemerintah untuk menanjakkan perekonomian dengan membuka pintu wisata tanah air bagi pelancong asing. Seperti yang telah terjadi di Bali dan Bromo. Meski tidak semua negara dapat masuk Indonesia, namun hal tersebut tetap membahayakan. Bahkan Anggota Komisi IX DPR RI, Fraksi PKS, Netty Prasetiani, berpendapat bahwa pembukaan wisata mancanegara masih terlalu dini dan mengkhawatirkan, mengingat Indonesia baru saja mencapai kurva landai, setelah gelombang kedua Covid-19 mengamuk di Nusantara pada Juli-Agustus lalu. (nasional.kompas.com, 13/10/21)

Bukankah Indonesia telah mengambil risiko berbahaya dengan pembukaan pintu penerbangan internasional, meski dalih karantina dan protokol diketatkan? Publik pun tak akan lupa dengan kasus mafia karantina yang belum lama ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Kontradiksi yang terus berulang dalam kebijakan.

Negara Tegas, Rakyat Selamat

Penyelamatan nyawa rakyat, harusnya menjadi agenda nomor satu ketika wabah menyerang. Meski ekonomi juga menjadi faktor vital. Namun, nyawa manusia tetap diprioritaskan. Hari ini dunia menjadi saksi, jutaan nyawa telah gugur dengan perantara wabah. Meski kematian merupakan qodlo Allah yang sudah ditetapkan. Akan tetapi, usaha manusia dalam menghilangkan wabah agar bahaya tidak berkepanjangan juga harus dilakukan.

Penanggulangan wabah tentu butuh ketegasan dari negara. Sebab negaralah pihak yang mampu mengoordinasi seluruh elemen penanggulangan wabah agar dapat berjalan dengan lancar. Seperti pelaksanaan 3T (testing, tracking, and treatment). Pemerintah yang mempunyai peluang terbesar dalam pengadaan tes secara masif, kemudian tracking kepada orang yang telah berinteraksi dengan orang yang terjangkit, dan terakhir pemerintah juga yang dapat menyediakan treatment terbaik agar orang yang terjangkit dapat segera tertangani.

Selain itu, pencegahan pun sangat perlu dilaksanakan. Jika memang virus berasal dari luar, maka seyogianya negara segera menutup akses keluar masuk, andai keadaan darurat terdapat warga yang harus masuk, maka karantina dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan. Bukan selalu disunat hingga tidak memenuhi standar.

Edukasi menyeluruh tentang wabah dan protokol kesehatan juga bisa dilaksanakan, baik secara langsung maupun melalui berbagai media. Kasus yang terjadi hari ini, rakyat telah hilang kepercayaan, baik soal virusnya, vaksin, juga kebijakan pemerintah. Hal ini disebabkan karena penanganan wabah yang terkesan plin-plan. Berakhir dengan runtuhnya tembok kepercayaan masyarakat dan berlanjut dengan pengabaian protokol kesehatan.

Ambil Pelajaran dari Islam

Wabah terjadi tak hanya pada zaman ini. Namun, wabah menjangkit hampir di setiap sejarah kehidupan manusia. Begitu pula ketika manusia mulia Muhammad saw. masih bernyawa. Wabah tha'un menyerang hingga keluarlah sabdanya yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, "Jikalau kalian mendengar ada wabah tha'un di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, jika wabah tersebut menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar darinya. "

Nabi mampu menggambarkan dengan gamblang, jika terdapat wabah maka solusi terbaik adalah karantina wilayah yang terdampak, sebab wabah tersebut menular, maka karantina menjadi solusi agar wabah tak menjangkiti penduduk di wilayah lain. Selain itu, dalam hadis lain riwayat Bukhari-Muslim, bahwa beliau bersabda, "Janganlah (unta) yang sakit itu didekatkan dengan (unta) yang sehat" mengindikasikan pemisahan antara yang sakit dengan yang sehat. Karena percampuran keduanya dapat membahayakan yang sehat.

Terakhir, Nabi juga bersabda, "Tidak ada penyakit yang Allah Swt. ciptakan, kecuali Allah telah menciptkan obatnya." (HR. Bukhari)

Jelaslah bahwa ikhtiar manusia dalam mencari pengobatan akan dinilai pahala. Meyakini dengan kukuh bahwa Allah sematalah yang akan menyembuhkan segala wabah. Dalil ini juga hendak memotivasi manusia untuk tak berpayah dalam mencari metode pengobatan terbaik, tentu semua bisa terlaksana jika negara menyediakan alat dan prasarana dalam prosesnya. Demikian Islam mengajarkan manusia beberapa langkah pengendalian wabah. Inilah Islam, yang mampu menjawab semua permasalah pelik dalam kehidupan manusia. Maka, tidakkah kita serius berjuang demi terterapkannya dalam sebuah negara? negara Khilafah. Allahu a'lam bis-showwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Dia Dwi Arista Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Kapitalisme Suburkan Miras, Akal Kian Tak Waras
Next
Ekonomi Syariah Mendunia Bersama Khilafah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram