Revolusi Akhlak dan Perlawanan Terhadap Kedzaliman Rezim Demokrasi

Apakah dengan revolusi akhlak akan menjadikan negeri ini terbebas dari berbagai kezaliman? Apakah keadilan akan dirasakan oleh umat tatkala revolusi akhlak menjadi tujuan utama perjuangan umat?


Oleh : Restu Febriani

NarasiPost.Com – Antusiasme masyarakat Indonesia, baik umat Islam dan yang lainnya nampak nyata saat menyambut kepulangan Habib Rizieq Shihab (HRS) dari Arab Saudi.


Hal ini dinilai oleh Sekretaris Umum (Sekum) Front Pembela Islam (FPI) Munarman merupakan representasi simbol kerinduan umat akan keadilan. “Saya kira ini bukan sekadar perasaan cinta secara personality, tapi ini adalah representasi simbol kerinduan umat akan keadilan,” tuturnya dalam acara Fokus: Kedatangan HRS, ke Mana Arah Perjuangan Umat? di kanal Youtube Fokus Khilafah Channel, Ahad (15/11/2020).

Menurut Munarman, inilah yang menjadi alasan umat begitu antusias menyambut HRS. “Itu yang selama ini dirasakan oleh umat bahwa mereka sedang mengalami ketidakadilan dan mereka sedang mengalami kezaliman." Namun, ia menganggap ada pihak-pihak yang khawatir atas kehadiran HRS di Tanah Air. Tentu saja pihak-pihak yang khawatir ini adalah pihak-pihak yang selama ini sebagai pelaku kezaliman. Mereka mengkhawatirkan HRS bisa memimpin arah perjuangan umat ini untuk mendobrak kezaliman itu untuk menegakkan keadilan.

Watak Demokrasi Meniscayakan Suburnya Kedzaliman

Wajar bila rezim mulai khawatir dan resah. Sebab, HRS tak gentar membela kebenaran. Ditambah lagi, kecintaan umat yang begitu luar biasa pada sosoknya.

Tak dipungkiri, umat selama ini memang merasakan berbagai kezaliman dan ketidakadilan. Hal itu nampak dari adanya persekusi terhadap ulama, pembubaran ormas, stigma negatif terhadap syariat islam seperti jihad dan khilafah, hingga kriminalisasi pengemban dakwah islam. Terlebih, pedang hukum hanya tajam kepada umat Islam berlabel radikal menurut pemerintah dan lawan politiknya. Sehingga, kondisi ini membuat umat semakin muak terhadap kepemimpinan rezim saat ini. Selain itu, kerinduan umat terhadap pemimpin yang adil begitu tak terbendung. Sehingga kepulangan HRS yang disambut oleh lautan manusia adalah wujud kecintaan umat kepada para ulama dan harapan besar mereka untuk berkhidmat mewujudkan kepemimpinan yang adil.

Melihat berbagai problematik yang dihantarkan sistem demokrasi yang tak kunjung terselesaikan. Sebagai ulama yang teguh melawan kemungkaran, HRS pun hadir dan menyerukan “Revolusi Akhlak”. Pertanyaannya, apakah dengan revolusi akhlak akan menjadikan negeri ini terbebas dari berbagai kezaliman? Apakah keadilan akan dirasakan oleh umat tatkala revolusi akhlak menjadi tujuan utama perjuangan umat?

Jika dicermati, berbagai kezaliman yang ada adalah buah dari penerapan sistem demokrasi kapitalis. Prinsip demokrasi terbukti gagal mewujudkan kepemimpinan yang adil dan sejahtera. Sebab, walaupun rezim sudah berganti kesekian kalinya, nyatanya tak memberi ruang untuk keadilan dirasakan oleh umat, malah kezaliman semakin terlihat nyata. Maka, selama sistem yang diterapkan masih sama yakni politik demokrasi dan ekonomi kapitalis yang berasas pada pemisahan agama dan kehidupan, kezaliman dan ketidakadilan mustahil dapat dihilangkan. Sebab, watak sistem demokrasi merupakan sistem rusak dan cacat sejak lahir. Cacat dari konsep awalnya, cacat dalam proses penerapannya, dan cacat dalam mencapai tujuannya yang utopis.

Oleh karena itu, saat ini umat membutuhkan pemimpin yang bersandar pada syariat dan berani melawan kezaliman. Selain itu, umat semestinya paham bahwa kezaliman bukan hanya hasil buruk individu atau rezim saja, tapi hasil sistem demokrasi yang rusak dan merusak. Alhasil, yang dibutuhkan umat adalah sistem kepemimpinan berdasarkan syariat (khilafah). Sebuag sistem yang akan melahirkan para pemimpin dengan kebijakan adil dan menyelamatkan dunia akhirat.

Proses mewujudkannya dengan revolusi pemikiran dan pergantian sistem. Bukan hanya pergantian rezim ataupun revolusi akhlak semata, tanpa mengganti pondasi kehidupan kapitalis yang rusak. Sebab, revolusi akhlak merupakan hasil pemberlakuan sistem islam yakni Khilafah Islamiyyah.

Rasulullah SAW Sebagai Teladan Akhlak Mulia

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.(HR. Al-Baihaqi).

Dalam hadis lain juga dikatakan, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. At-Tirmizi, Abu Daud, Ahmad, dan Ad-Darmi).

Akhlak adalah hasil dari pelaksanaan syariat Islam dalam kehidupan. Mustahil ia berakhlak baik manakala ia tak melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Akhlak buruk adalah hasil diterapkannya perilaku manusia yang melawan perintah Allah. Sebab, baik buruk akhlak itu disandarkan pada syariat Islam.

Dalam diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tercakup seluruh akhlak baik. Itulah kenapa beliau dijadikan teladan bagi seluruh manusia di muka bumi ini. Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an dan As sunnah. Akhlak tentang pribadi beliau sebagai suami, orang tua, anak, anggota masyarakat, dan juga sebagai kepala negara. Semua itu harus menjadi teladan bagi kita semua.

Peradaban Islam Melahirkan Pemimpin Berakhlakul Karimah yang Terdepan Melawan Kedzaliman!

Sejarah membuktikan 1300 tahun lamanya, sepanjang dunia dalam kendali peradaban yang menerapkan syariat Islam secara sempurna, maka dunia diwarnai dengan torehan prestasi mengagumkan. Islam mampu melahirkan pemimpin berakhlakul karimah yang adil, memberikan kesejahteran bagi umat , dan tentu yang terdepan melawan kezaliman.

Pendidikan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya tercermin dalam keteladanan kepemimpinan sepanjang peradaban Islam sepeninggal beliau. Ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya sangat luar biasa. Mereka berhukum dengan hukum Allah, berakhlak baik, menjalankan muamalah secara jujur dan amanah, serta memiliki pemerintah yang kukuh dan suskes menciptakan keadilan juga terdepan melawan kezaliman.

Dikisahkan bagaimana kezuhudan khalifah Umar bin Khaththab ra sebagai kepala Negara. Khalifah Umar senantiasa menjaga dan memastikan keluarganya agar tidak menikmati harta rakyat untuk kepentingan pribadi. Dan masih banyak lagi kisah para pemimpin Islam lainnya yang berakhlakul karimah sebagai pemimpin negara.

Peradaban gemilang ini tentu hanya lahir melalui revolusi pemikiran, yaitu perubahan (kesadaran) menyeluruh umat agar hanya bersandar (berhukum) pada syariat Islam secara sempurna dalam institusi Khilafah. Karena, hanya Khilafahlah yang mampu mampu menerapkan semua sistem Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan.

Tanpa khilafah, niscaya banyak sekali hukum syariah yang tidak diterapkan dalam kehidupan. Bagaimana mungkin keadilan akan hadir ketika sistem yang dijadikan pijakan adalah sistem warisan penjajah?

Maka untuk menjadikan umat ini sejahtera dan terciptanya keadilan serta lenyapnya kezaliman, tak ada cara lain selain mengganti sistem kapitalis sekuler dengan sistem tandingan yang sudah terbukti selama 13 abad menjadi mercusuar peradaban dunia yakni Khilafah Islamiyyah. Wallahu ‘allam bisshowab.[]

Pictures by google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Media Kita
Next
Lagi, Miras Menelan Korban
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram