Jika perubahan hanya pada wajah pemimpin tidak disertai tatanan hukum yang sistemik dalam kehidupan, maka hanya akan menghasilkan perubahan wajah pemimpinannya saja namun tidak banyak perubahan pada kebijakannya.
Oleh: Nikmatul Arofah
NarasiPost.com -- Meski tak kasat mata, Covid-19 memberikan pukulan yang luar biasa pada dunia. Dilansir dari m.liputan6.com (25/09/2020), Bank Dunia memprediksi bahwa 92 persen negara di dunia akan mengalami krisis. PBB mencatat 265 juta penduduk dunia mengalami kelaparan.
Di Indonesia, ekonomi di ambang resesi. Kas negara sakit. Alih-alih mengundang investor untuk mendongkrak perekonomian, pemerintah justru mengesahkan UU Omnibus Law Cipta Kerja yang isinya dianggap sebagian pihak merugikan rakyat.
Sistem kapitalisme-sekuler terbukti kibarkan bendera putih menghadapi pandemi yang telah berlangsung sejak awal tahun 2020 ini. Selain gagal menghadapi pandemi, sistem ini juga tidak mampu memberikan keadilan bagi seluruh umat. Terlebih bagi umat Islam.
Terbukti, Islam dan kaum muslimin senantiasa dijadikan 'bulan-bulanan' negara yang menganut sistem ini. Pelecehan terhadap Al-Qur'an terjadi di Swedia pada September lalu. Palestina semakin menciut wilayahnya. Dan yang masih hangat saat ini adalah pelecehan terhadap Nabi Muhammad shalallahu 'alayhi wasallam.
Lepas dari Cengkraman Kapitalisme
Melihat realita permasalahan yang ada, maka butuh upaya untuk berubah dan keluar dari sistem yang sudah terbukti gagal menyejahterakan umat dan menyengsarakan. Sistem yang rusak dan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat.
Untuk mewujudkan perubahan haruslah ada kesadaran penuh pada masyarakat akan realita kerusakan, ketidakadilan dan kezaliman yang terjadi di tengah-tengah mereka. Dengan kesadaran berpikir yang jernih melihat realita kerusakan yang ada, akan menuntut adanya perubahan. Sebagaimana realitas negeri-negeri Muslim saat ini, termasuk Indonesia.
Jika perubahan hanya pada wajah pemimpin tidak disertai tatanan hukum yang sistemik dalam kehidupan, maka hanya akan menghasilkan perubahan wajah pemimpinannya saja namun tidak banyak perubahan pada kebijakannya. Sebab kebijakan tersebut dikendalikan oleh ideologi kapitalisme yang sarat dengan kebijakan diskriminatif.
Perubahan hakiki tegak di atas ideologi yang sahih, memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia yaitu perubahan ke arah Islam. Perubahan yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Saw. Yang berhasil mengubah peradaban jahiliah yang rusak menjadi peradaban Islam yang beradab dan mulia, dengan perubahan menyeluruh dan mendasar. Bukan hanya perubahan individu, tetapi perubahan sistem kehidupan dengan ideologi Islam.
Ideologi Islam Solusi Fundamental
Menolak lupa, bahwa sesungguhnya ideologi Islam telah mengantarkan umat Islam kepada peradaban yang tinggi, maju serta memimpin dunia. Menguasai lebih dari 2/3 dunia dan menjadi negara adidaya. Sejarah mencatat kejayaan Islam mencapai masa keemasan lebih dari 13 abad karena menerapkan sistem yang datang dari sisi Allah Ta'ala yaitu syariat Islam. Menjadikan Islam sebagai aturan dan pegangan hidup termasuk solusi atas setiap permasalahan hidup. Hingga terwujud Islam rahmatan lil'alamin.
Kepemimpinan inilah yang dikenal dengan Khilafah. Institusi yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh/ kaffah sebagai bentuk keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan meneladani Rasulullah Muhammad Saw. Satu-satunya jalan menuju perubahan hakiki hanya dengan mengembalikan kejayaan Islam dengan menegakkan syariah dan khilafah yang akan menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Perubahan bukan hanya kebutuhan, akan tetapi bagi seorang muslim ini adalah kafardluan yang menghantarkan pada kemuliaan. Seperti Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 208, yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." Wallahu a'lam bishawab.[]
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]