Perbaikan Nasib Muslim Dibalik Kemenangan Biden: Mungkinkah?

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Amerika adalah negara yang mencipta konflik di negeri-negeri muslim demi kepentingannya. Termasuk, masalah Israel- Palestina itu sudah berada dalam restunya. Sehingga, mustahil berharap pada janji-janji kosong pemimpin kapitalistik.



Oleh: Rosmiati (Aktivitas Muslimah)

NarasiPost.Com – Kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris disambut gembira oleh segenap penduduk Amerika. Menggantikan Trump yang dinilai arogan dan cenderung blak-blakan. Euforia warga Paman Sam tak terkira. Tak hanya penduduk mayoritas Amerika yang berbahagia. Umat muslim minoritas di negeri itu pun menyambut dengan senyuman.

Pasalnya, Biden dalam kampanyenya menjanjikan sesuatu yang selama ini amat dielu-elukan oleh kaum muslimin disana. Apalagi jika bukan perlakuan yang sama atas mereka dengan agama lainnya di Washington DC. Biden menjanjikan, bahwa kelak jika dirinya terpilih menjadi presiden AS, akan memperlakukan umat muslim sebagaimana agama lainnya. Saya berjanji kepada anda sebagai presiden, Islam akan diperlakukan sebagaimana mestinya, seperti keyakinan agama besar lainnya. Saya sungguh-sungguh bersungguh-sungguh, kata Joe Biden.


Selain itu, Biden juga mengutip hadis Nabi saw dalam pidatonya. Sebuah sikap yang tentu amat jauh bersinggungan dengan sikap Trump yang secara blak-blakan mengungkapkan kebenciannya terhadap Islam. Hadis Nabi yang diangkatnya, ialah tentang mencegah kemungkaran.


Biden yang juga bukan orang baru di pusaran Gedung Putih, menegaskan bahwa suara umat muslim Amerika akan menjadi bagian dari pemerintah jika ia sudah resmi menjabat sebagai Presiden. Travel Ban atau larangan bagi warga muslim untuk masuk ke wilayah AS yang sebelumnya ditetapkan oleh Trump, akan dicabutnya di hari pertama pemerintahannya. (Jakbarnews.pikiran-rakyat.com, 7/11/2020).

Tak hanya Biden, sang Wakil Kamala Harris juga berjanji bila kelak keduanya terpilih, sejumlah kebijakan kontroversional presiden Donal Trump atas Palestina dan Timur Tengah akan dicabut. Kamala juga menegaskan, bahwa dirinya dan Biden akan melakukan perubahan besar pada AS yang selama ini telah menyimpang dari posisi tradisionalnya sehingga lebih berpihak pada pemerintah Perdana Menteri (PM) Israel (internasional.sindonews.com, 06/11/2020).


Mungkinkah, AS yang selama ini dikenal phobia terhadap Islam akan melunak dengan umat muslim?

Biden- Harris, Pemain baru di Sistem yang Lama?


Sebagai Negara kampium Demokrasi. Sistem ekonomi Amerika sarat dengan paradigma kapitalistik. Dan demokrasi sebagai pengokoh kebijakan politik negaranya. Sehingga, sudah barang tentu siapapun yang menjalankan kepemimpinan, mereka harus bekerja sesuai dengan mandat dari sistem yang telah membesarkan sang Adidaya. Yakni, tak jauh-jauh dari pola demokrasi kapitalistik yang kental dengan watak kolonialis.


Wajah Amerika yang pro kapitalisme dan demokrasi tentu tak akan mungkin hilang. Walaupun estafet kepemimpinan negara telah bergulir ke orang yang baru. Joe Biden dan Kamala Harris hanyalah pemain baru di sistem yang lama. Tak banyak yang berubah.

Lantas, Bagaimana Dengan Janji Biden yang Islami?


Di dalam sistem demokrasi, mengumbar janji dalam pemilu itu hal biasa. Pun bila kita cermati, para politisi banyak yang tak menunaikan janjinya. Apakah ini diadili? Tentu tidak. Karena janji dalam kampanye bukanlah sesuatu yang mengikat sehingga harus diwujudkan.


Maka siapapun ia akan berlomba dan berusaha, agar mendapat ruang di hati masyarakat. Target para kontestan politik tentu suara/hak pilih masyarakat.

Begitupula dengan yang dilakukan Biden, janji kampanye Biden yang kelihatannya ‘islami' tentu hanyalah pemanis dalam prosesi pesta demokrasi, guna meraih simpati dan suara rakyat. Utamanya pemilih muslim Amerika.


Meski jumlah mereka tak banyak. Tapi ini amat berarti bagi Biden. Ditambah lagi dengan jejak kebijakan Trump yang selama ini dinilai tak adil terhadap umat muslim di sana. Jelas ini menjadi peluang bagi Biden dan Kamala Harris. Sehingga tak menutup kemungkinan, Biden hanyalah menjalankan tugasnya sebagaimana kandidat lainnya. Bilapun ada porsi bagi umat muslim nantinya yang dilibatkan, tentu mereka pun harus mendukung nilai-nilai sekuler Amerika yakni, liberalisme, feminisme, dan pluralisme.


Pun dengan isu palestina dan perseturuan Timur Tengah lainnya. Amerika tentu tak mungkin dengan semudah itu merubah sikapnya terhadap Tel Aviv, mengingat persahabatan keduanya sudah berlangsung cukup lama. Bahkan huru-hara disana juga turut dipeloporinya. Apalagi, kebijakan politik luar negeri AS memang loyal terhadap kepentingan Israel.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Amerika adalah negara yang mencipta konflik di negeri-negeri muslim demi kepentingannya. Termasuk, masalah Israel- Palestina itu sudah berada dalam restunya. Sehingga, mustahil berharap pada janji-janji kosong pemimpin kapitalistik.

Lalu, Kemana Harusnya Harapan Umat Berlabuh?


Tak ada tempat bagi kaum muslimin untuk mengadu nasib perubahan, selain kepada agama mereka sendiri.

"Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al-Maidah: 3)


Maka tak ada keselamatan dan kebaikan hidup bagi umat yang hari ini cukup tertindas dan menderita selain kembali kepada Diin mereka. Pemimpin barat kendati berulang menyampaikan kepeduliannya terhadap nasib muslim, nyatanya tak mampu berbuat lebih. Jangankan meringankan, sejumlah konflik baru bahkan bermunculan seperti derita muslim Uighur dan Rohingya di Asia Tenggara.


Hal ini menandakan bahwa kaum muslim harus punya kendaraan sendiri. Untuk membawa umat ini ke terminal kemuliaan yang hakiki. Wallahualam bishowab


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
The Power of Doa
Next
RCEP Resep Perbaikan Ekonomi?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram