Pemenang Pilpres, Akankah Amerika Berubah?

Politik luar negeri AS, siapapun presidennya khususnya di Dunia Islam, tidak akan pernah mengalami perubahan. Selagi ideologi kapitalisme masih mencengkram di negeri-negeri muslim.

______________________________________________

Oleh : Siti Muslikah, Amd.Kes

NarasiPost.Com - Negara Adidaya baru saja menggelar pemilihan presiden (pilpres). Pesta demokrasi itu diikuti oleh Donald Trump sebagai petahana dan Joe Biden sebagai penantangnya.

Dari hasil perolehan suara, Joe Biden dari Partai Demokrat unggul atas petahana Donald Trump dari partai Republik. Terjadilah Persaingan sengit perebutan kursi Presiden Amerika Serikat antara Joe Biden dan Donald Trump yang berakibat pada kekacauan dalam negeri. Ini yang menjadi penyesalan bagi orang orang yang ada didalam negeri Paman Sam terhadap polarisasi dan disfungsi dalam pesta demokrasi di negara adidaya. (Kompas.com. 6/11).

Siapa pemenang Pilpres Amerika 2020 sejauh ini belum ditetapkan. Pasalnya, jelang berakhirnya pemilu, Biden dan Trump saling klaim kemenangan. Mengutip The Washington Post pada Jumat 6 November 2020, bahwa jalan Joe Biden melenggang ke Gedung Putih semakin jelas dan terang. Namun masyarakat dunia telah dikejutkan dengan klaim kemenangan Presiden Trump yang terlalu dini sebelum pengumuman hasil pilpres.

Calon presiden petahana itu juga telah menuduh lawannya melakukan penipuan.Trump juga telah menyampaikan ancaman gugatan hukum saat penghitungan suara mendekati kesimpulan. Dunia melihat Trump telah berupaya merusak kepercayaan pada proses demokrasi. Ini juga merefleksikan terjadinya perpecahan mendalam yang akan merugikan Amerika Serikat itu sendiri.

Dengan bergantinya presiden, banyak pihak yang tidak hanya masyarakat AS saja tetapi juga masyarakat dunia, menaruh harapan perubahan pada presiden baru yang terpilih. Diketahui AS adalah negara adidaya yang memiliki pengaruh sangat signifikan bagi dunia. Pengaruh AS yang paling terasa bagi dunia adalah masalah perekonomian dalam perdagangan internasional.

Diketahui, Amerika kini tengah dilanda sakit berat, yakni krisis finansial yang semakin terpuruk. Dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan kerugian besar bagi semua sektor di negeri Paman Sam itu. Dan Saat ini Amerika Serikat (AS) telah masuk jurang resesi. Ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami kontraksi atau minus 32,9 persen secara tahunan pada kuartal II 2020. Ini merupakan penurunan terburuk sepanjang sejarah, dan kondisi ini juga yang menjadi pemicu laju tingkat pengganguran di AS meningkat.

Sistem kapitalisme yang menjadi sendi utama ekonomi AS telah mengantarkan masyarakatnya pada jurang krisis seperti sekarang ini. Krisis tersebut dipicu karena adanya kegiatan spekulatif seperti transaksi di pasar uang, bursa valas, bursa saham, selain itu juga adanya transaksi ekonomi yang berbasis riba, serta persoalan mata uang yang tidak lagi ditopang oleh nilai intrinsiknya.

Selain itu juga, adanya masalah sosial yakni kebebasan yang telah menjadi ritme kehidupan masyarakat AS yang kini menimbulkan problem serius. Misal, Rumah tangga yang berujung pada penceraian semakin tinggi, adanya kelompok gay yang sangat marak dan terbuka. Kemudian masalah politik, aktivitasnya bertumpu pada sistem kapitalisme yang menjadikan sarana untuk menghantarkan pada politisi Demokrat dan Republik untuk mencapai tujuan-tujuan pragmatisnya.

Amerika Serikat Dan Dunia Islam

Tidak sedikit orang berharap bahwa presiden baru akan mengubah politik luar negeri AS terhadap Dunia Islam. Sebagaimana diketahui, bahwa AS merupakan negara yang mengemban ideologi kapitalisme. Sangat menarik apa yang dipaparkan oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani terkait dengan politik luar negeri sebuah negara, khusunya negara ideologis seperti AS (lihat : an- Nabhani, mafahim siyasiyah li hizb-at tahrir). Beliau menggunakan istilah penting dalam menganalisis politik luar negeri suatu negara. Yakni fikroh (ide), thariqoh (metode), khiththah siyasiyah (garis politik), uslub siyasi (strategi politik).

Negara kapitalisme seperti AS, fikrah/ide yang dasar politiknya adalah kapitalisme. Metode atau thariqah politik luar negerinya adalah penjajahan. Terbukti kasus Irak dan Afghanistan merupakan wujud dari penjajahan AS melalui militer hingga kini. Lalu, yang di negeri-negeri muslim lainnya, termasuk Indonesia, adalah penjajahan AS melalui pendekatan ekonomi dan politik. Ini merupakan metode baku bagi AS, sejak presidennya George Washington Bush hingga sekarang. Selanjutnya, khiththah siyasiyah atau garis politik berupa grand strategy politik yang bisa berubah-ubah sesuai kepentingannya. Sedangkan, uslub siyasi dilakukan sesuai kebutuhan, misal untuk membendung kekuatan Islam di negeri-negeri muslim dibuatlah isu "Islam terorisme".

Politik luar negeri AS, siapapun presidennya khususnya di Dunia Islam, tidak akan pernah mengalami perubahan. Selagi ideologi kapitalisme masih mencengkram di negeri-negeri muslim. Oleh karena itu, dunia Islam dan umat Islam sangat membutuhkan kekuatan real yang secara ideologis dan praktis bisa mengimbangi AS. Dan itu hanya bisa dilakuman oleh Khilafah Islamiyah.

Di bawah naungan institusi politik global khilafah Islamiyah penyatuan potensi umat Islam, seperti penduduk, militer, sumber daya alam dan potensi strateginya bisa diwujudkan sebagai kekuatan adidaya baru dunia. Saat itulah hegemoni AS secara militer, ekonomi dan politik di Dunia Islam akan bisa diakhiri secara total. Wallahu 'alam bishawab.[]

Pictures by google

______________________________________________

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Tak Rela Baginda Dihina
Next
Jangan Nista yang Kami Cinta!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram