Pemburu Investor Tetaplah Pengekor

Memburu investor sudah menjadi tabiat negeri ini. Alasannya beragam, dari mulai SDM tidak mumpuni hingga dana tidak mencukupi. Namun melibatkan investor dalam pengelolaan SDA sungguh sangat wajar, karena pendapatan hanya diperoleh dari pajak, bukan dari hasil pengelolaan SDA.

______________________________________________

Oleh: Elfia Prihastuti, SP.d (Praktisi Pendidikan)

NarasiPost.Com - Konflik Laut China Selatan menggerakkan langkah Amerika Serikat melakukan lawatan ke Asia untuk menyelamatkan kepentingannya. Kesempatan ini tak disia-siakan Indonesia untuk berburu investor.

Dilansir CNN Indonesia, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengundang investor Amerika Serikat (AS) untuk investasi di Kepulauan Natuna. Pernyataan tersebut disampaikannya kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo saat berkunjung ke Indonesia, (29/10/2020).

Hal ini tentu disambut gembira oleh AS. Pompeo mengatakan ia akan mengupayakan untuk mewujudkan lebih banyak investasi dari sektor swasta AS ke Indonesia, khususnya dalam bidang energi dan infrastruktur.

"Kami sepakat bahwa kedua negara dengan skala ekonomi sebesar kami harus melakukan lebih banyak perdagangan bersama. Harus ada lebih banyak investasi di sini," katanya. (Remol.id, 29/10/2020).

Sayangnya, penguasa negeri muslim seperti Indonesia menganggap investasi sebagai sesuatu yang menguntungkan. Padahal, itu sama artinya menyerahkan kedaulatan dalam cengkeraman negara kapitalis seperti Amerika Serikat.

Negeri-negeri kapitalis sengaja mencari mangsa dengan dalih investasi di lahan-lahan vital seperti pengelolaan sumber daya alam untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Setiap modal yang dicurahkan pasti mengandung konsekuensi yang mampu mengebiri kemandirian negeri muslim penerima investasi dalam menentukan kebijakannya. Bahkan mampu mengacak-acak kehidupan kaum muslim.

Maka, bagi penguasa negeri ini tak ada jalan lain kecuali menjadi pengekor dari negara kapitalis seperti Amerika. Sebab, Amerika adalah salah satu negara investor utama di Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi AS ke Indonesia sebesar 279 juta dolar AS pada kuartal III 2020 untuk 417 proyek. Dengan jumlah tersebut, AS menempati posisi ke-7 negara dengan investasi terbesar. (Galamedia wes.com, 1/11/2020)

Memburu investor sudah menjadi tabiat negeri ini. Alasannya beragam, dari mulai SDM tidak mumpuni hingga dana tidak mencukupi. Namun melibatkan investor dalam pengelolaan SDA sungguh sangat wajar, karena pendapatan hanya diperoleh dari pajak, bukan dari hasil pengelolaan SDA. Dan tak ada batasan tentang kepemilikan dalam sistem ekonomi kapitalis. Sehingga pihak asing atau swasta boleh menguasainya.

Kondisi ini, sama sekali tidak membawa manfaat bagi rakyat negara penerima. Bahkan, akan turut menanggung segala dampak buruk yang ditimbulkan. Seperti kenaikan pajak yang melambung akibat tekanan utang negara. Sebaliknya, bagi negara investor keuntungan menjadi berlipat.

Hal ini tentu berbeda dengan karakter penguasa Islam yang bernaung dalam pemerintahan khilafah. Daulah khilafah tidak akan melakukan kerja sama, bermitra atau investasi ketika bermuara pada kepentingan umat Islam. Sebab hal itu hanya akan memberi celah pada negara investor untuk menguasai kekayaan alam negara penerima.

Allah berfirman dalam surat an-Nisa' 141 yang artinya:

"Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman."

Meski investasi tampak menggiurkan namun Daulah Khilafah tetap akan merujuk pada syariat. Dalam investasi, Islam mensyaratkan investor tidak boleh melakukan investasi dalam bidang yang strategis atau vital. Tidak boleh di bidang yang membahayakan. Hanya dibolehkan dalam bidang yang halal, tidak boleh yang membahayakan akhlak orang Islam. Investasi tidak diperbolehkan terhadap kepemilikan dan harta milik rakyat, dan tidak boleh berinvestasi dengan negara yang jelas-jelas memusuhi umat Islam seperti Amerika, Israel, Inggris dan dan lainnya.

Daulah Islam bukanlah negara yang mengandalkan investasi dalam pengelolaan negara. Sistem ekonomi Islam cukup kuat. Penerapan Sistem ekonomi Islam akan memberikan pemasukan maksimal, menutup pintu ketergantungan pada asing dan mampu memberi kesejahteraan pada rakyatnya. Wallahu a’lam bish-shawwab

__________________

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Kok Enak, Suami Menang Banyak!
Next
Ketika Nasionalisme Tumbuh pada Jiwa Muslim
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram