Partai Islam di Persimpangan Jalan?

Partai politik Islam ketika sudah masuk ke parlemen dan menduduki kursi kekuasaan, mereka tidak lagi membela kepentingan rakyat melainkan mencari cara agar dapat melanggengkan partai dan kekuasaannya. 



Oleh: Illa Assuyuthi (Pemerhati Kebijakan Publik)

NarasiPost.Com –Keadaan saat ini semakin carut marut dengan permasalahan di segala aspek kehidupan. Ditambah lagi, pandemi yang belum pasti kapan berlalunya. Membuat masyarakat semakin jenuh dan ingin melakukan perubahan yang lebih baik. 

Hal itu pula yang dilakukan oleh tokoh senior aktivis 1998, Amien Rais. Beliau mendeklarasikan Partai Ummat pada tanggal 1 Oktober 2020. Tak berselang lama pada tanggal 7 Oktober 2020 sejumlah tokoh Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) mendeklarasikan partai Masyumi yang dulu dibubarkan Soekarno. (Liputan6.com).

Tujuan utama yang digaungkan adalah melawan kezaliman dan menegakkan keadilan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah mungkinkah hal itu bisa terwujud di dalam sistem demokrasi saat ini?

Dalam sistem demokrasi, partai politik  yang ingin meraih kekuasaan adalah dengan jalan pemilu. Namun sungguh sayang, dimungkinkan adanya partai politik Islam yang menang di parlemen bukannya membawa perubahan untuk rakyat, melainkan malah yang sering terjadi adalah adanya lobi-lobi kekuasaan yang dilakukan baik partai politik Islam maupun  partai politik sekuler sehingga dikhawatirkan memecah belah suara umat di dalam kontes pemilihan suara.

Inilah wajah asli partai politik dalam sistem demokrasi. Politik "saling mengamankan kepentingan" sebagai landasannya, menjadikan para politikus yang dari awal tujuan bergabungnya bukan untuk kepentingan rakyat melainkan untuk kepentingan partai dan kepentingan pribadinya. Senantiasa menjadikan umat hanya untuk pendulang suara agar dapat masuk kepada kekuasaan yang mereka kehendaki.

Partai politik Islam ketika sudah masuk ke parlemen dan menduduki kursi kekuasaan, mereka tidak lagi membela kepentingan rakyat melainkan mencari cara agar dapat melanggengkan partai dan kekuasaannya. 

Sebab, dalam percaturan pemilu tidak sedikit biaya yang dikeluarkan partai politik  untuk mendapatkan suara rakyat. Sehingga, dugaan kuatnya hampir bisa dipastikan bahwa partai politik islam dengan mudah terbawa arus di dalam parlemen. Dan akan mudah melenceng dari tujuan utamanya untuk membela kepentingan rakyat, melawan kezaliman dan menegakkan keadilan.

Sehingga pada akhirnya, partai politik Islam yang tergabung dalam parlemen sangat riskan secara tidak langsung akan terbawa ke dalam  arus bagi-bagi kekuasaan semata.

Selama sistem yang dianut adalah sistem demokrasi, sekalipun seluruh partai politik Islam bersatu untuk meraih kekuasaan, maka sistem demokrasi akan mampu untuk menghentikannya karena sistem demokrasi telah memiliki cara untuk menutup jalan bagi kemenangan Islam. Sebab, asas demokrasi adalah sekuler, sehingga dengan pasti menolak agama sebagai tata kelola di dalam bernegara.

Seperti yang terjadi pada partai FIS yang memenangkan pemilu di Aljazair pada tahun 1991-1992. Atau yang masih hangat diingatan kita, yaitu Presiden Mursi di Mesir yang telah memenangkan pemilu pada 24 Juni 2012 lalu, akhirnya lengser juga dengan cara kudeta. Begitulah demokrasi, banyak cara yang dilakukan untuk menghadang kemenangan partai politik Islam dan tidak  akan pernah memberikan ruang bagi Islam untuk berkuasa.

Berbeda halnya dalam Islam yang telah mewajibkan kaum muslimin untuk membentuk sebuah partai politik yang berideologikan Islam. Ikatannya pun adalah ikatan akidah. Sehingga, seseorang yang tergabung dalam sebuah kelompok atau partai politik akan memiliki ikatan yang kuat. Sebagaimana yang pernah dilakukan pada masa Rasulullah Saw dan para sahabat Rasul dalam membentuk sebuah kutlah ketika berjuang melakukan sebuah perubahan kehidupan Islam di tengah-tengah masyarakat Quraisy. Dari zaman kegelapan (jahiliyah) menuju zaman keislamanan yang penuh dengan cahaya illahi.

Partai politik dalam Islam, aktivitas utamanya adalah berdakwah. Sebagaimana firman Allah Swt di dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 104 yang artinya, "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Partai politik Islam, misi utamanya adalah berdakwah untuk menerapkan kembali kehidupan Islam. Kehidupan Islam yang hanya akan bisa diterapkan dalam sistem Kekhilafahan. Khilafah merupakan kepemimpinan Islam untuk seluruh kaum muslimin di bawah satu kepemimpinan yaitu khalifah. 

Khalifah sebagai pelayan umat akan benar-benar menjalankan tugasnya sesuai syariat. Dengan adanya khilafah, maka seluruh hukum syariat akan mudah dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dan umat merupakan bagian dari pengontrol khalifah agar tidak menyimpang dari syariat.

Sedangkan tugas partai politik Islam setelah khilafah tegak adalah menjaga dan mempertahankan khilafah agar tidak melenceng dari visi dan tujuannya yakni melanjutkan kehidupan Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Jadi, aktivitas partai politik dalam Islam adalah berdakwah bukan untuk berebut suara  demi sebuah kursi kekuasaan. Berbeda dengan partai politik sekuler atau partai politik komunis yang keberadaannya hanya untuk mendapatkan kursi kekuasaan sebanyak-banyaknya demi sebuah ambisi partai atau kepentingan pribadinya.

Untuk itu, partai politik Islam yang sekarang ada, sudah seharusnya tugas utamanya adalah untuk  berdakwah dengan gigih demi kebangkitan Islam di muka bumi ini, yaitu memperjuangkan tegaknya kembali  Khilafah 'ala minhajin nubuwwah sebagai jalan yang diridhoi oleh Allah Swt. Wallahu'alam bisshowab []

Pictures by google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Guru Merdeka Belajar
Next
Menyiapkan Anak Tangguh
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram