Kerinduan Umat Terhadap Pemimpin Adil

Kekecewaan rakyat terhadap pemimpin saat ini disebabkan sistem hidup batil yang masih bercokol di negeri ini. Pasalnya, meski kepemimpinan berganti sekian kali kezaliman dan ketidakadilan terhadap rakyat tetap saja terjadi.


Oleh : Sofia Ariyani, S.S (Muslimah Pegiat Literasi)

NarasiPost.Com —Kepulangan HRS disambut suka cita oleh umat. Tak ayal membuat bandara Soetta dipadati oleh ribuan manusia yang merindukan sosoknya. Gema shalawat pun terlantun syahdu memenuhi bandara. Sebuah pemandangan langka yang terjadi di negeri ini.

Momen langka ini terjadi karena kerinduan rakyat terhadap sosok pemimpin yang adil dan amanah. Hal inipun diungkapkan oleh mantan wakil presiden Jusuf Kalla,

Dilansir oleh Kompas.TV, Wakil Presiden RI ke 12 Jusuf Kalla ikut berkomentar terkait kegaduhan terkait Rizieq Shihab pasca-kepulangan dari Arab Saudi. Dikatakan bahwa masyarakat tengah mencari pemimpin alternatif yang dinilai dapat mewakili aspirasi mereka. Ini karena umat merasakan adanya kekosongan pemimpin di negeri ini.

Pernyataan mantan wakil presiden ini menggambarkan kerinduan rakyat terhadap pemimpin yang adil, serta mengkritisi sistem yang mempengaruhi pemimpin negeri ini. Hal ini, dipresentasikan oleh masyarakat yang turut serta menjemput kepulangan HRS. Kondisi ini jelas akumulasi dari kekecewaan rakyat terhadap pemimpin saat ini yang tidak mengurusi rakyat dengan baik.

Sejak rezim ini memimpin, sejumlah kebijakan membuat negeri ini tergadai. Lihat saja, bagaimana negeri ini menjadi negara "terbaik" pengutang. UU Omnibus Law yang ditengarai akan menjadi jaring kekuasaan negara investor. RUU HIP yang menuai gelombang penolakan. Pasalnya undang-undang ini didominasi ajaran komunisme. Membuka pintu bagi para tenaga kerja asing di saat angka pengangguran dalam negeri meningkat.

Penyusunan Kabinet Indonesia Maju yang sarat akan pelanggengan kekuasaan segelintir elit. Terungkapnya mega skandal kasus korupsi Jiwasraya seiring dengan pelemahan peran KPK. Sejumlah kebijakan yang membebani rakyat dengan menaikkan iuran BPJS, tarif dasar listrik, air, bahan bakar minyak, gas, dan sebagainya. Makin terpuruknya ekonomi setelah dihantam pandemi Covid-19 akibat salah pengurusan. Represifnya rezim ini terhadap umat Islam dan kebangkitannya. Tangan besinya telah mempersekusi ulama-ulama, dakwah Islam kaafah di-banned, membungkam suara-suara kritis, dan menindak sesiapa yang menghalangi kepentingannya.

Represifnya rezim hari ini membuat sekelompok masyarakat sadar akan kezaliman yang semakin telanjang. Maka, tak ayal apa yang digagas ketua FPI ini disambut dengan penuh ghirah. Yaitu, seruan Revolusi Akhlak. Sejatinya rakyat sudah muak atas ketidakadilan dan kezaliman di negeri ini. Kerinduan rakyat terhadap pemimpin adil sudah di ubun-ubun.

Rakyat butuh sosok pemimpin yang adil dan amanah. Bukan sosok yang "merakyat", gemar blusukan, mengeluarkan kartu-kartu sakti, yang dibungkus etalase pencitraan. Buktinya, jika pemimpin negeri ini peduli terhadap rakyat mengapa sejumlah UU disahkan secara sepihak? Tidak ada ruang diskusi, apalagi interupsi. Aksi rakyat menuntut keadilan ke istana pun tidak mendapat perhatian.

Kekecewaan rakyat terhadap pemimpin saat ini disebabkan sistem hidup batil yang masih bercokol di negeri ini. Pasalnya, meski kepemimpinan berganti sekian kali kezaliman dan ketidakadilan terhadap rakyat tetap saja terjadi.

Hal ini akibat dari diterapkannya sistem pemerintahan demokrasi. Dimana sistem ini berasaskan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Kehidupan enggan d noiatur oleh aturan Ilahi. Oleh karena itu, aturan manusialah yang dijalankan. Sebagaimana konsep demokrasi, kedaulatan ada di tangan rakyat. Namun faktanya, kedaulatan ada di tangan segelintir elit. Mereka yang membuat kebijakan adalah elit pengusaha di balik penguasa. Maka tak heran jika terjadi kezaliman, ketidakadilan, dan keprihatinan rakyat di negeri ini. Selama negeri ini masih menganut sistem demokrasi yang berinduk sistem kapitalisme, mustahil keadilan dan kesejahteraan rakyat akan terwujud. Inilah kecacatan sistem demokrasi yang sejak kelahirannya menuai kerusakan.

Adalah Islam satu-satunya sistem alternatif untuk mewujudkan sosok pemimpin yang adil dan amanah. Karena aturan Islam berasal dari Sang Khalik, dimana aturannya akan sesuai dengan fitrah manusia. Tidak seperti aturan buatan manusia yang lemah dan sarat akan kepentingan pemesannya.

Tercatat dalam tinta emas bagaimana para pemimpin Islam dalam masa kekhilafahan begitu adil dan berhati-hati terhadap amanahnya. Karena, di dalam Islam kekuasaan adalah amanah, bukan jatah sebagaimana kekuasaan hari ini. Rasulullah saw. bersabda:

فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْهُمْ

"Pemimpin yang memimpin rakyat adalah pengurus dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus." (HR al-Bukhari)

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرميتِهِ لِراَّ

"Tidaklah seorang hamba – yang diserahi oleh Allah tugas untuk diwajibkan rakyat – mati pada hari kematiannya, sementara ia mengkhianati rakyatnya, Allah mengharamkan surga bagi dirinya." (HR Muslim)

Artinya siapa pun yang memegang amanah kekuasaan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. di akhirat kelak. Hadis-hadis diatas menjelaskan pentingnya amanah terhadap kekuasaan mendorong pemimpin-pemimpin Islam kala itu untuk bertanggung jawab atas amanahnya.

Sebut saja Abu Bakar Asshidiq, sosok khalifah yang adil dan amanah. Ketika sebagian kaum muslim menolak kewajiban zakat, beliau memerintahkan kaum muslim untuk mengatur mereka. Dengan begitu stabilitas dan kewibawaan kekhilafahan dapat dipertahankan meskipun harus mengambil risiko perang.

Khalifah Umar bin al-Khaththab ra pun terkenal adil dan amanah. Beliau tegas dan sangat disiplin. Beliau tidak segan merampas harta para pejabatnya yang ditengarai berasal dari jalan yang tidak benar.

Dan masih banyak lagi tarikh pemimpin Islam yang adil dan amanah dalam institusi Daulah Khilafah Islamiyah. Inilah paripurnanya sistem Islam yang mampu melahirkan sosok-sosok pemimpin yang adil dan amanah yang dirindukan umat. Sayangnya, sosok pemimpin adil dan amanah tidak lahir dari sistem rusak nan cacat ini, kapitalisme beserta derivatnya.Wallahu a'lam bishshawab []


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Mungkinkah Demokrasi Merestui RUU Minol?
Next
Stuktur Hankam Demokrasi VS Khilafah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram