Kita butuh peran negara untuk mengontrol penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya, baik dari sisi komposisi produk maupun kemasannya.
Oleh. Puput Ariantika, S.T.
(Kontributor NarasiPost.Com).
NarasiPost.Com-Bahan kimia yang terkandung dalam kemasan makanan bisa sangat membahayakan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan ada 3.600 bahan kimia terdeteksi dalam tubuh manusia, 100 di antaranya teridentifikasi berbahaya. Menurut hasil studi Food Packaging Forum Foundation, LSM yang berpusat di Zurich, bahan kimia yang terdeteksi adalah PFAS, flatat, bisphenol A, dan untuk bahan kimia lain butuh penelitian lanjutan. (CNBC Indonesia, 20-9-2024)
Bahan-bahan kimia yang sering terdeteksi berbahaya biasanya digunakan pada kemasan sekali pakai yang terbuat dari kertas, plastik, lapisan logam, dan papan. Dalam memproduksi suatu produk makanan, biasanya pabrik atau produsen hanya fokus pada bahan-bahan utama dan abai terhadap bahan kemasan yang digunakan. Abainya produsen terhadap bahan kimia dalam kemasan berefek buruk pada konsumen. Ditambah lagi, pengujian laboratorium biasanya fokus pada sampel produk, bukan kemasan.
Bahan Kimia Berbahaya dalam Kemasan
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kemasan biasanya memiliki sifat khusus agar makanan dalam kemasan itu tahan lama dan tidak mudah rusak. Namun, beberapa bahan kimia yang berbahaya kerap kali digunakan sebagai bahan kemasan. Bahan-bahan itu, yakni:
- Per-and polyfluoroalkyl subtances (PFAS). PFAS merupakan bahan subtansi antiminyak dan antiair sehingga sering dimanfaatkan dalam industri elektronik, kesehatan, dan otomotif. PFAS juga dikenal sebagai bahan abadi karena sangat persisten dalam lingkungan. Ia butuh waktu lebih dari 1.000 tahun untuk bisa terurai. Secara umum, bahan ini tidak berbahaya, tetapi penggunaan dalam kemasan makanan akan menimbulkan masalah kesehatan karena ikut termakan.
- Bisphenol A (BPA). BPA adalah zat kimia industri yang dimanfaatkan untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi. BPA sering digunakan untuk membuat botol minuman, botol susu bayi, kemasan makanan, kacamata, pelapis makanan kaleng, pipa, dan jendela antipecah. BPA sebelumnya telah dilarang penggunaannya dalam botol susu bayi karena penggunaan botol susu bayi dalam proses sterilisasi sering kontak dengan air panas. Hal ini menyebabkan BPA terlepas dari botol dan bercampur dengan susu.
- Flatat. Flatat merupakan bahan kimia yang dicampur sebagai pemlastis ke dalam bahan plastik untuk memanipulasi kinerja bahan, seperti meningkatkan kelenturan, transparansi, dan daya tahan. Bahan ini dicampur guna menurunkan suhu plastik agar mudah dicetak. Produk yang menggunakan bahan flatat adalah mainan anak-anak, kemasan plastik, kosmetik, dan obat-obatan. Adanya ikatan yang kuat antara flatat dan plastik membuatnya tidak mudah lepas ke lingkungan melalui pemanasan atau pengadukan. Namun, ketika flatat terlepas ke lingkungan akan mudah terpapar oleh manusia melalui debu, udara, dan air.
Bahan-bahan kimia itu punya sifat keunggulan masing-masing sehingga banyak digunakan sebagai bahan kemasan makanan. Bahan-bahan kimia sebenarnya aman untuk digunakan, tetapi karena perlakuan tertentu menyebabkan bahan itu rusak dan bereaksi dengan produk makanan yang tersimpan di dalamnya, seperti penggunaan bahan BPA pada botol susu bayi, paparan sinar matahari pada produk minuman kemasan, dan produk yang disimpan dalam waktu yang sangat lama.
Adapun bahaya yang ditimbulkan dari bahan-bahan kimia yang terkandung dalam kemasan makanan jika termakan, yaitu:
- PFSA adalah bahan buatan manusia yang tidak rusak saat dilepas ke lingkungan. Bahan ini sangat berbahaya jika termakan manusia, di antaranya dapat menyebabkan kanker, obesitas, gangguan sistem kekebalan tubuh, dan masalah kesuburan.
- BPA adalah zat yang paling banyak digunakan dalam kemasan plastik. Bahan ini dapat menyebabkan diabetes tipe 2, gangguan kesuburan, gangguan fungsi otak, dan kanker. Bahaya ini bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.
- Flatat adalah bahan yang digunakan agar kemasan lentur dan awet. Jika termakan dapat menganggu sistem endokrin yang selanjutnya akan mengganggu sistem hormon. Pada anak-anak, flatat dapat menyebabkan asma dan risiko obesitas.
Bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia yang terkandung dalam kemasan tidak main-main. Bahaya ini juga tidak langsung dirasakan akibatnya, tetapi terakumulasi dalam tubuh manusia lebih dahulu kemudian berefek pada masa mendatang.
Cara Menghindari Bahan Berbahaya
Setiap produk makanan atau minuman tidak lepas dari yang namanya kemasan. Kemasan-kemasan itu pun tidak terhindarkan dari bahan-bahan kimia berbahaya. Terlebih banyak kemasan makanan atau minuman berbahan plastik, kaleng, dan kertas. Oleh sebab itu, penting bagi kita mengetahui cara untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan dari kemasan makanan tersebut, di antaranya:
- Perhatikan kode kemasan plastik sebelum membeli produk. Hindari kode tiga dan tujuh karena umumnya terbuat dari bahan BPA.
- Perhatikan kondisi kemasan plastik. Jangan membeli produk minuman dengan kondisi botol tergores atau rusak. Goresan pada botol dapat menyebabkan plastik masuk ke dalam air dan bereaksi.
- Jangan mengisi ulang botol plastik sekali pakai atau menggunakannya berkali-kali karena zat plastik akan bereaksi pada air yang kita isi ulang.
- Jangan memanaskan wadah plastik, terlebih pada plastik dengan kode tiga dan tujuh karena BPA mudah bereaksi saat dipanaskan. Hindari wadah plastik polikarbonat untuk memanaskan bahan makanan dalam microwave.
- Kurangi konsumsi makanan kaleng karena kemasan kaleng biasanya dilapisi oleh BPA. Makanan dengan kemasan toples kaca bisa menjadi alternatif.
- Hindari penggunaan alat masak antilengket untuk menghindari makanan terpapar PFAS. Alternatifnya bisa gunakan peralatan dengan bahan baja antikarat atau besi cor.
- Sebelum membeli produk, pastikan produk tersebut bebas dari PFAS, BPA, dan flatat. Bisa dilihat komposisi dan keterangan produk.
- Hindari membeli makanan siap saji yang menggunakan kemasan antiair atau antiminyak, seperti kemasan burger, sedotan kertas, gelas kertas, dll.
- Flatat banyak terkandung dalam kosmetik. Hindari penggunaan kosmetik yang mengandung flatat.
- Kurangi penggunaan peralatan berbahan plastik di rumah.
Demi kesehatan, hal-hal teknis tersebut bisa dilakukan untuk menghindari paparan bahan kimia berbahaya yang berasal dari kemasan makanan.
Peran Negara dalam Pengawasan Produk
Kemasan makanan berbahaya banyak beredar di tengah kehidupan kita dan tidak bisa dihindari karena semua produk kemasan menggunakan bahan yang sama, yaitu PFAS, BPA, flatat, dll. Sebenarnya, penggunaan bahan tersebut telah lama dilarang. Bahkan beberapa negara telah mengeluarkan aturan ketat terhadap pelarangan itu, seperti Denmark, Prancis, Jerman, Norwegia, dan Swedia. Lima negara itu juga telah mengusulkan agar tidak menggunakan PFAS secara khusus di seluruh Eropa, tetapi hal ini masih dalam pertimbangan.
Secara teknis, pencegahan bisa dilakukan oleh individu, tetapi mau sampai kapan? Produk dengan bahan kimia berbahaya terus beredar di sekeliling kita. Kita butuh peran negara untuk mengontrol penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya tersebut, baik dari sisi komposisi produk maupun kemasannya. Namun, menjadi kesulitan tersendiri bagi negara sekuler kapitalis untuk menghentikan penggunaan bahan kimia berbahaya pada kemasan makanan. Pasalnya penguasa dan pengusaha adalah sahabat dekat.
Kapitalisme telah menjadikan standar perbuatan adalah materi. Begitu pun ketika memproduksi produk makanan, pabrik berpikir dengan modal yang sekecil-kecilnya harus untung sebesar-besarnya. Produk makanan yang diproduksi harus tahan lama agar bisa dijual dalam waktu yang panjang. Penggunaan kemasan yang mendukung tujuan itu menjadi solusi tanpa memikirkan risiko kesehatan konsumen.
Penggunaan bahan berbahaya dalam kemasan dinilai dapat menekan modal karena sifat bahannya, yaitu keras, lentur, dan tahan lama, sedangkan kemasan alami tidak memiliki sifat seperti yang diinginkan oleh pabrik. Kemasan alami atau yang aman untuk kemasan makanan memiliki kelemahan dari sisi daya tahan, yaitu tidak tahan lama sehingga tidak bisa melindungi produk makanan. Hal ini menjadi penyebab maraknya penggunaan bahan berbahaya ketimbang bahan alami untuk kemasan makanan. Sungguh ini hal biasa dalam sistem kapitalisme karena standarnya adalah keuntungan materi.
Jaminan Keamanan Pangan dalam Sistem Islam
Islam adalah sebuah ideologi yang melahirkan aturan yang bersumber dari Allah Swt. Allah Swt. tidak memiliki konflik kepentingan apa pun terhadap makhluk-Nya. Aturan dari Allah Swt. mampu menyelesaikan setiap masalah kehidupan manusia, termasuk penggunaan bahan kimia berbahaya dalam kemasan makanan.
Dalam Islam, makanan adalah rezeki dari Allah Swt. Makanan yang baik akan mendatangkan kebaikan bagi tubuh manusia. Setiap muslim harus memperhatikan cara memperolehnya, komposisi, dan keamanan kemasan makanan tersebut. Oleh sebab itu, negara akan memfasilitasinya, seperti menyediakan bahan pangan terbaik dan memastikan kemasan terbaik pula.
Ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. ketika mengecek bahan-bahan pangan yang dijual di pasar dan Rasulullah saw. ketika mengawasi pasar dan melihat pedagang mencampur gandum basah dengan gandum kering, kemudian Rasulullah saw. bersabda yang riwayatkan Ibnu Hibban, "Siapa yang menipu, bukan termasuk golongan kami. Siapa pun orang yang membuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka." (HR Ibnu Hibban)
Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw., para pemimpin Islam juga wajib melakukan pengawasan terhadap ketersediaan dan mutu pangan di tengah masyarakat berikut dengan keamanan kemasannya. Negara akan melakukan edukasi kepada masyarakat agar cerdas dalam menggunakan produk berbahan plastik. Dalam negara Islam, plastik boleh digunakan, tetapi dengan syarat plastik harus dibuat dari bahan yang aman dan ramah lingkungan.
Pada era kemajuan sains dan teknologi, telah banyak penelitian tentang plastik ramah lingkungan. Plastik bisa dibuat dari bahan-bahan alami seperti pati biji durian dengan pemlastis kitosan yang terbuat dari kulit udang. Sampah plastiknya akan terdegradasi kurang dari enam hari. Plastik yang dibuat dari bahan alami menjadi solusi untuk digunakan sebagai kemasan makanan yang menyehatkan dan tidak merusak lingkungan.
Hasil penelitian akan mudah diaplikasikan oleh negara Islam karena memiliki fungsi sebagai pengatur seluruh urusan umat dan menjamin kesejahteraan rakyat di seluruh aspek kehidupan. Selain itu, negara akan mengawasi industri agar tidak menggunakan bahan kimia berbahaya dalam memproduksi makanan, termasuk kemasannya. Jika ada industri yang melanggar aturan, negara akan menerapkan sanksi yang tegas sesuai pelanggarannya.
"Sesungguhnya seorang (imam) itu laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah 'Azza wa Jalla dan adil, dia akan mendapatkan pahala. Namun, jika dia memerintahkan yang lain, dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya." (HR. Bukhari). Wallahua'lam bishawab.[]
Barakallah untuk penulis.
Terima kasih atas tip cara untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan dari kemasan makanan.
Jika mau yang aman, memasak di dapur sendiri. Akan tetapi, terkadang ada saat harus beli di luar. Yang saga ciba adalah bawa rantang dan pakai termos untuk makanan berkuah.
Para pengusaha hanya mementingkan keuntungan saja tanpa peduli itu berbahaya bagi masyarakat atau tidak
Ngeri ya hidup di zaman sekarang. Was2 terus isinya. Semua ga terjamin keamanan dan kesehatan nya
Harusnya ada penjagaan dari negara agar rakyat bisa mendapatkan produk aman tanpanrasa was was.
Sangat mengerikan dampak kemasan plastik jika masuk ke dalam tubuh...uh kapitalis hanya kejar untung gak peduli resiko si pengguna.
Naskah keren
Hanya sistem Islam yang menjamin keamanan rakyatnya
Barakallah mbak
Padahal peralatan makan baru saja saya take over ke melamin.. Pakai piring dan gelas kaca tidak pernah tahan lama... Selalu pecah oleh anak-anak
Miris! Tidak adanya junnah untuk masyarakat, membuat kesediaan pangan mengandung zat berbahaya.