Nggak Wajib Skripsi, Nggak Bahaya ?

Nggak skripsi

Industri bisa mendapatkan pekerja dengan kualitas bagus tanpa harus banyak mengeluarkan biaya pelatihan dan pengembangan untuk pekerja yang nantinya akan direkrut.

Oleh. Rusdah, S.Ak.
(Kontributor NarasiPost.Com & Pegiat Pena Banua)

NarasiPost.Com-Baru-baru ini Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim menetapkan kebijakan baru yaitu tidak mewajibkan mahasiswa D-4 dan S-1 lulus dengan skripsi. Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Kebijakan ini memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk memilih lulus dengan skripsi atau diganti dengan bentuk lain seperti proyek, prototipe, portofolio dan bentuk lainnya yang terkait dengan disiplin ilmu. Nadiem mengatakan bahwa kebijakan ini merupakan bentuk “transformasi radikal” di perguruan tinggi yang diharapkan dapat memberikan pilihan syarat kelulusan.

Kebijakan lulus tanpa skripsi sebenarnya bukanlah hal baru. Sebelumnya sudah ada beberapa kampus sudah menerapkan kebijakan ini. Namun, penerbitan Permendikbudristek ini memberikan payung hukum bagi perguruan tinggi sesuai dengan kesiapan kampus dan mahasiswanya (kompas.com 31/08/2023). Pilihan untuk lulus tanpa skripsi ini tentu memiliki konsekuensinya seperti tidak bisa melanjutkan pendidikan S-2. Namun, biasanya kebijakan dari menteri baru bisa diterapkan 2 tahun setelahnya. Mengapa kebijakan terbaru ini terkesan instan dan memaksakan tanpa melibatkan masyarakat?

Guru Besar Telkom pernah mengatakan bahwa menteri pendidikan dulu menetapkan kebijakan skripsi bukanlah pilihan. Kebijakan ini berdasarkan pada hasil statistik UNESCO yang menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-60 setelah Thailand yang berada di urutan ke-59 dari total 61 negara untuk tingkat literasi. Data ini menunjukkan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia masih rendah. Sehingga beberapa mata kuliah perlu dikaji kembali secara mendalam agar semakin lengket. Selain itu proses kita belajar ulang materi-materi di perkuliahan ialah melalui skripsi. Alasan inilah yang menjadi dasar bagi menteri pendidikan menjadikan skripsi sebagai keharusan syarat kelulusan (kompasiana.com 05/11/2022).

Baca juga : https://narasipost.com/opini/11/2022/fenomena-joki-skripsi-cikal-bakal-tikus-berdasi/

Banyak orang mengatakan lulusan universitas belum tentu bekerja, termasuk ketika terlambat lulus gara-gara menyelesaikan skripsinya. Tidak bekerja setelah lulus kuliah dan terlambat lulus dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Padahal, standar suksesnya seseorang membutuhkan bekal, bukan hanya ditentukan oleh faktor universitas. Tujuan kampus adalah memberikan bekal agar mahasiswa bisa menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Settingan dari kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menghasilkan generasi yang bisa menjadi buruh korporat. Indikator kelulusan hanyalah terserapnya para sarjana di dunia kerja. Pesanan kebijakan dari pihak industri juga sering dilakukan kepada perguruan tinggi agar mahasiswa bisa menjadi pekerja mereka. Sehingga industri bisa mendapatkan pekerja dengan kualitas yang bagus tanpa harus banyak mengeluarkan biaya pelatihan dan pengembangan untuk pekerja yang nantinya akan direkrut oleh mereka.

Kebijakan yang dibuat oleh Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim bukanlah berpihak kepada mahasiswa melainkan berpihak kepada pihak swasta. Kebijakan lulus tanpa skripsi hanya mengalihkan keuntungan pihak swasta yang biasanya menjadi joki skripsi menjadi keuntungan kepada pihak industri yang didukung dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Kurikulum pendidikan sangat berpengaruh terhadap karakter generasi. Apabila kurikulum pendidikan yang diterapkan salah, maka generasi yang dilahirkan juga salah. Selain itu, biasanya sumber daya manusia yang menjadi pengajar di dunia perkuliahan berasal dari tenaga honorer yang mengajar dari materi turun temurun sehingga tidak ada perkembangan materi dan gaji yang diberikan juga rendah. Saat ini, metode mengajar justru dikatakan bagus ketika dosen sekadar masuk dan memberikan tugas kepada mahasiswa tanpa perlu menjelaskan panjang lebar mengenai materi yang diajarkan. Mahasiswa dilatih untuk mencari sendiri materi dan mempelajarinya secara mandiri.

Berbeda halnya dengan sistem pendidikan di dalam Islam, pendidikan merupakan hajat hidup manusia yang harus dijamin oleh negara, sehingga tidak ada masyarakat yang luput dari ilmu pengetahuan baik itu ilmu agama maupun ilmu terapan yang berguna untuk menyelesaikan masalah praktis yang memengaruhi kehidupan sehari-hari. Negara harus memperhatikan pendanaan dan sarana prasarana yang diperlukan untuk menunjang terciptanya pendidikan yang berkualitas. Pendidikan di dalam Islam mampu melahirkan generasi yang bermanfaat bagi negara, memiliki kepribadian Islam dan mampu mengubah peradaban, sehingga terbentuk kehidupan yang khas. Kepribadian yang kuat di dalam jiwa mahasiswa dibentuk dalam rangka menjadikan mereka sebagai pemimpin yang mampu menjaga dan membantu menyelesaikan masalah umat.

Pendidikan yang tidak berbasis agama, hanya akan melahirkan kehancuran. Hal ini berbeda dalam sistem yang berhasil melahirkan generasi-generasi emas, masa-masa yang subur dengan ulama, fukaha, dan para ilmuan. Selain memahami secara mendalam ilmu agama, generasi di masa kegemilangan Islam juga ahli dalam ilmu alat seperti kedokteran, industri, ruang angkasa, pertambangan, dan lain sebagainya. Generasi emas seperti ini hanya mampu dilahirkan oleh sistem yang berasal dari Allah Swt. Sistem Islamlah yang mampu melahirkan generasi terbaik pembangun peradaban.
Wallahu a’lam bishawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Rusdah, S.Ak. Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Penemuan Sel Baru Otak Manusia, Bukti Kekuasaan Allah
Next
Hari Kesehatan Mental Sedunia, Apa Kabar Generasi Muda?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Maya Rohmah
Maya Rohmah
11 months ago

Saya sih pro membuat skripsi.

Makin jauh lah dunia pendidikan dari kegiatan literasi kalau skripsi dihapus.
.
.jangankan menulis, membaca saja sekarang banyak mahasiswa yang malas.

Wd Mila
Wd Mila
11 months ago

lelah sudah berganti menteri, pun berganti kurikulu, namun ujung-ujungnya generasi muda hanya menjadi budak korporasi. mirisnya

Dyah Rini
Dyah Rini
11 months ago

Mendambakan generasi cemerlang sebagaimana saat peradaban Islam berjaya di dunia. Banyak para ilmuwan polymath terlahir. Mereka ahli sains juga faqih fiddin. Mereka seorang dokter yang juga hafiz Qur'an. dsb.Semua bisa terwujud Jika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh dalam bingkai khilafah.

Novianti
Novianti
11 months ago

Mestinya fokus ke pembenahan yang lebih fundamental. Bukan kebijakan yang menyenangkan sesaat. 12 kali ganti kurikulum dengan biaya, waktu, tenaga sudah dikeluarkan. Tapi wajah dunia pendidikan tetap buram.

Sartinah
Sartinah
11 months ago

Betul, seperti apa pun kebijakan yang diterapkan salam sistem pendidikan saat ini, tidak akan mampu membentuk generasi yang berakliah Islam. Apalagi output pendidikan dalam sistem sekarang itu hanya untuk menghasilkan tenaga kerja yang dipakai untuk menggerakkan ekonomi para kapitalis.

Siti Komariah
Siti Komariah
11 months ago

Betul mba, pendidikan dalam Kapitalis mah fokusnya hanya mencari materi, maka nda heran tercipta generasi-generasi materialistis. Dan fokus mereka hanya di atas kertas. Beda dengan Islam yang benar-benar menjadi manusia memiliki pribadi yang baik, sopan dan santun. Bahkan generasi luar biasa tercipta dari Islam

Aya Ummu Najwa
Aya Ummu Najwa
11 months ago

MasyaAllah benar sekali..pendidikan di bawah sistem kapitalisme yang berakidah sekularisme memang membawa kehancuran karena menghasilkan manusia-manusia yang berorientasi materi.. sungguh kita merindukan sistem pendidikan Islam yang mumpuni yang mampu melahirkan generasi unggul, bertakwa dan berkualitas..

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
11 months ago

Skripsi atau tidak skripsi, selama kurikulum kapitalis yang dipakai, jangan harap dunia pendidikan akan menghasilkan output yang sesuai harapan. Sudah pakai Sistem Islam saja.

Dia dwi arista
Dia dwi arista
Reply to  Isty Da'iyah
11 months ago

Bener-bener.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram