Hari Santri: Jihad Santri Menyelamatkan Bumi Palestina

Hari Santri

Wahai para santri, kalianlah harapan umat sebagai pewaris para ulama, karena ulama ialah pewaris para nabi.

Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pemerhati Kebijakan Publik)

NarasiPost.Com-Euforia peringatan Hari Santri menggema di Nusantara. Pada saat yang sama, genosida melanda bumi Al-Aqsha. Pada perayaan Hari Santri tahun ini, jargon 'Jihad Santri Jayakan Negeri' menyebar ke seantero negeri. Namun, masihkah ada spirit Resolusi Jihad yang membidani lahirnya Hari Santri di negeri ini mengetuk hati dan jiwa untuk berjihad di bumi Palestina?

Berbagai media ramai memberitakan perayaan Hari Santri. Euforia tiap tahun yang tak terlewati. Puncak peringatan Hari Santri tahun ini dirayakan di Surabaya dan dihadiri oleh Presiden Jokowi. Perayaan Hari Santri mulai diperingati pada 2015 sejak Presiden Joko Widodo menetapkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015. Penetapan ini merujuk pada peristiwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945 tentang seruan kewajiban berjihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan pasukan penjajah. (tempo.co.id, 22-10-2023)

Ada yang unik dalam perayaan Hari Santri tahun ini, yaitu megusung tema 'Jihad Santri Jayakan Negeri' dan logonya yang diluncurkan secara bersamaan pada Jumat, 6 Oktober 2023 di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, Jakarta. Melalui tema tersebut, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas mengajak para santri untuk senantiasa berjuang membangun kejayaan negeri dengan semangat jihad intelektual pada era transformasi digital.

Logo peringatan Hari Santri Nasional 2023 terdiri dari gambar dan simbol berupa bendera merah putih dan api berkobar, jaringan digital, empat pilar, titik berwarna kuning di atas empat pilar, simbolisasi huruf Nun, dan goresan tinta. Selain itu, logo tersebut didesain dengan lima warna, yakni merah, putih, hijau, oranye, dan biru. Bendera merah putih dan api yang berkobar memiliki makna semangat nasionalisme yang merupakan salah satu ciri yang melekat pada santri, yakni mencintai tanah air atau hubb-al wathan.

Potensi Santri

Kata 'jihad' menempel pada santri sudah tepat dan menjadi spirit. Namun, maksud dari Menteri Agama tersebut mempersempit makna jihad yang melekat pada santri. Bahkan, menjauhkan dari spirit lahirnya Hari Santri yaitu resolusi jihad yang diserukan oleh K.H. Hasyim Asy'ari. Apalagi melihat berita viral akhir-akhir ini, yaitu kondisi saudara muslim di Palestina. Seharusnya peringatan Hari Santri menyentuh esensi jihad yang sebenarnya dijelaskan dalam Al-Qur'an yaitu perang (QS Al-Baqarah: 216). Yaitu mengajak dan menyeru para santri dan militer di negeri kaum muslim untuk bersatu dan berperang membela muslim Palestina.

Baca : https://narasipost.com/opini/11/2022/potensi-santri-dalam-pusaran-sistem-sekuler-kapitalis/

Akan tetapi, racun nation state telah membuat umat Islam terpecah dan terpenjara, sibuk dengan urusan negerinya masing-masing. Umat Islam pun tak memiliki kekuatan yang akan memimpin mereka untuk berperang. Selama pemimpin negeri-negeri kaum muslim berada di bawah "ketiak" Barat dan kapitalisme, mereka hanya mampu mengecam dan mengutuk tanpa aksi nyata membela Palestina yang sudah kehilangan ribuan nyawa. Ya, selama belum ada negara yang mengemban Islam, umat akan tetap terkatung-katung tanpa pelindung.

Santri sebagai salah satu ikon muslim di Indonesia, memiliki potensi yang luar biasa. Dari sisi intelektual, jutaan santri menjadi penopang bangunan intelektual Islam klasik di Indonesia. Para santri pun bersahabat dengan perkembangan zaman hingga belajar ke berbagai kampus top dunia. Ada yang menjadi mahasiswa dan periset di Harvard, Stanford, MIT hingga Oxford-Cambridge dan kampus-kampus bergengsi di Eropa, Australia, Jepang, Cina, dan Timur Tengah. (detik.com, 22-10-2023)

Santri Penerus Ulama

Walau santri mampu bersaing di kampus bergengsi luar negeri, kepemimpinan berpikir agama santri jangan sampai luntur atau bahkan dikendalikan pemikiran lain selain Islam. Ilmu selain Islam cukup hanya untuk dipelajari dan dikomparasikan agar lebih meyakinkan dan menjadi bukti hanya pemikiran Islam yang benar, bukan sebaliknya. Para santri harus tetap terkonsolidasi sebagai kader pengetahuan, kader gerakan, dan kader ulama yang benar-benar alim. Karena sejatinya para santrilah yang bisa diharapkan menjadi penerus para ulama dengan segenap potensi yang dimilikinya.

Saat ini, santri harus bisa beradaptasi di dunia digital. Bahkan, kita memerlukan para santri untuk memegang kepemimpinan digital dan komunikasi modern. Hal ini untuk mempermudah gerak dakwah sebagai penerus para ulama dalam menebarkan ilmu dan manfaat sebanyak-banyaknya. Bukan diperalat oleh digitalisasi hingga lupa identitas diri sebagai santri. Tantangan ini memang tidak mudah, banyak hal yang harus dipelajari para santri selain ilmu agama.

Memfokuskan santri pada jihad intelektual pada era digitalisasi dan membentuk mereka memiliki jiwa entrepreneur an sich tanpa memahamkan pada mereka apa sebenarnya yang sedang terjadi di dunia, akan membuat mereka berjalan ibarat air yang mengalir, tidak tahu arah dan tujuan. Oleh karenanya, sangat penting bagi santri memahami politik Islam agar paham posisinya saat ini dan tahu apa yang harus dilakukan.

Santri dan Islam Politik

Santri juga seharusnya diberi pemahaman yang utuh tentang konsep pemerintahan Islam dalam bingkai Khilafah. Dengan demikian, mereka memahami bahwa keberadaan Khilafah adalah sebuah kebutuhan dan keniscayaan. Serta meyakini bahwa Khilafah adalah janji Allah dan bisyarah Baginda Rasulullah saw.

Lihatlah betapa heroiknya pada masa dahulu K.H. Hasyim Asy'ari menyerukan jihad. Semestinya pada masa sekarang pun seperti itu, apalagi melihat bumi Palestina berdarah-darah. Karena dalam Islam, umat bagai satu tubuh. Jika ada anggota tubuh yang terluka, seluruh tubuh merasakan sakitnya.

Santri harus mampu menghilangkan sekat nation state yang membuat mereka tak berdaya melihat saudara sesama muslim dibantai di depan mata. Sisi pemahaman politik Islam ideologis ini yang belum dimiliki santri dan harus segera diedukasi kepada mereka agar umat bisa bangkit memperjuangkan Islam. Agar lahir para santri seperti Muhammad Al-Fatih yang mampu menaklukkan Konstantinopel pada usia 21 tahun. Al Fatih bisa seperti itu karena paham tentang politik Islam, sistem pemerintahan Islam, dan memahami hadis Rasul tentang penaklukan Konstantinopel. Yaitu bahwa yang berhasil menaklukkan Konstantinopel ialah sebaik-baik pemimpin dan pasukan.

PR umat, terutama santri, saat ini ialah segera membantu Palestina dengan terus memperjuangkan Khilafah sang junah. Hadis Baginda Nabi tentang Penaklukan Roma setelah Konstantinopel berhasil ditaklukkan harus segera diwujudkan. Santri memiliki peran dalam merealisasikan hadis tersebut sebagai bagian dari generasi muda yang Allah anugerahi potensi yang luar biasa.

Khatimah

Wahai para santri, jangan terjebak menjadi objek digitalisasi. Kalianlah harapan umat sebagai pewaris para ulama, karena ulama ialah pewaris para nabi. Spirit agama dan jihad harus terus bergelora di tubuhmu untuk kebangkitan umat dan suatu perubahan nyata. Perubahan dari gelap menuju terang, dari aturan batil menuju hak, dari aturan yang rusak dan zalim menuju aturan yang menyejahterakan, memberikan ketenangan dan keadilan, yaitu Islam. Are you ready? Wallahu a'lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Sherly Agustina M.Ag. Kontributor NarasiPost.Com dan penulis literasi
Previous
Sistem Rusak Bunuh Diri Meningkat
Next
Rakastan Sinua NarasiPost.Com
4.5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

10 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Maya Rohmah
Maya Rohmah
1 year ago

I am ready.

Dan ... Kembalikan makna jihad yang sesungguhnya!

Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

sebagai penerus para ulama, para santri harus menjadi garda terdepan membela dan memperjuangkan penegakkan syariat Islam kaffah, dan jangan sampai tergerus oleh moderasi bergama.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Yes santri sebagai penerus generasi saleh mesti tertanam jiwa jihad. Pewaris ulama, perwaris para nabi. Mesti wajib mencontoh Rasulullah saw sosok mulia teladan umat manusia.

Keren teh Sherly naskahnya
Semoga banyak pembaca yang tercerahkan

Aya Ummu Najwa
Aya Ummu Najwa
1 year ago

Santri adalah para calon ulama, ulama adalah para pewaris nabi, maka santri seharusnya sudah dididik untuk lebih peduli dan menumbuhkan empati kepada Islam dan kondisi keumatan, santri melek digitalisasi pun diarahkan untuk kemajuan Islam dan kemaslahan umat, tak hanya di dalam negeri saja tapi umat Islam seluruh dunia.

Sherly
Sherly
Reply to  Aya Ummu Najwa
1 year ago

Betull

Wiwik Hayaali
Wiwik Hayaali
1 year ago

Yes, I'm ready.

Santri penerus ulama, Allahu Akbar.

Sherly
Sherly
Reply to  Wiwik Hayaali
1 year ago
Sherly
Sherly
1 year ago

Jazaakunnallah khair tim NP ❤️

Semoga bermanfaat ❤️

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Betul, potensi santri sangat luar biasa. Harusnya menjadi corong perubahan di tengah umat. Untuk bisa menjadi agen perubahan, santri memang harus paham politik ideologis agar potensinya benar-benar bisa dimanfaatkan untuk menjadi penerus para ulama.

Sherly
Sherly
Reply to  Sartinah
1 year ago

Betullll

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram