"Kehidupan sekuler juga akan menggerus tujuan pernikahan. Banyak pasangan hanya bermodal nafsu/cinta sesaat nekat mengarungi biduk rumah tangga. Bahkan ada yang cuma demi menguras harta sang istri, pura-pura menyatakan cinta sesaat, namun akhirnya bermaksiat dengan wanita idaman lain. Alhasil, kehidupan rumah tangga dijalani bak main sandiwara. Di depan khalayak kelihatan mesra, padahal sebenarnya penuh duka."
Oleh. Nita Savitri
(Pemerhati Kebijakan Publik, Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- Kehidupan rumah tangga selebritas yang selalu bergelimang harta, ternyata tidak seindah bayangan pemirsa. Keharmonisan yang tampak di depan kamera, kadang hanya tipuan bukan fakta. Sehingga bisa ditemukan ada luka menganga di balik tawa-canda dan senyuman.
Kaget dan tidak menyangka, selebritas Lesti Kejora melaporkan suaminya, Rizky Billar (RB), pada Kamis, 30 September 2022 kepada polisi. Dirinya mengaku telah menjadi korban KDRT, setelah dibanting dan dicekik oleh pasangan halalnya tersebut.
Video keributan pasangan selebritas yang tersebar di medsos, membuat netizen mengecam aksi bejat sang suami. Adanya perselingkuhan dan KDRT menimbukan amarah masyarakat dunia maya dan nyata. Hujatan dan cacian, serta ancaman hukuman penjara ditujukan kepada RB. Baik dari kalangan sesama artis maupun masyarakat biasa.
Menurut psikolog keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani, korban perselingkuhan dan KDRT akan mengalami trauma luar biasa. Apalagi jika keduanya terjadi dalam satu perkara, seperti kasus Leslar ini. Butuh pendampingan dari profesional (dokter dan psikologi) untuk melakukan pendampingan terhadap korban. (Liputan6.com, 1/10/22)
Seorang suami yang mestinya menjadi pemimpin dan pelindung bagi keluarga, anak-anak, serta istrinya, justru menyakiti lahir batin istri. Sontak saja apa yang dialami sang biduan mendapat empati banyak pihak. Semua mendukung dan membela tindakan yang dilakukan Lesti dan meminta semua media memboikot sang pelaku. Politisi dari PSI, Tsamara Amani, pun turut menyuarakan dukungannya dengan menyatakan suami yang toxic dan insecure harus dilawan. (tvone.news.com,1/10/22)
Nestapa Perempuan dalam Kungkungan Sekuler
Perempuan zaman now, selalu dituntut bisa menghasilkan materi. Semakin banyak nilai materi yang dihasilkan, semakin tinggi pula kedudukan perempuan di mata masyarakat. Terlebih berprofesi sebagai artis/entertain, yang lebih mengutamakan pesona fisik dan segala hal yang bisa diuangkan. Baik modal suara, wajah dan tubuh, mampu menjadi daya tarik pemirsa. Tidak peduli dirinya sebagai seorang muslimah, yang semestinya tidak menuruti pengaruh sekuler yang menafikan aturan agama dalam kehidupan.
Pembiasaan sekularisasi di segala aspek kehidupan, membuat kaum muslimin terjerumus dalam lubang yang membuat mereka lemah iman, haus kekayaan dan nikmat keduniaan. Sehingga hal ini mendorong perempuan untuk terjun mencari materi, ketika dirinya berprestasi. Walau kadang mereka terpaksa menjalani, karena terimpitnya ekonomi.
Padahal seorang perempuan dalam Islam tidak dituntut/wajib mencari harta. Dirinya sejatinya sudah mendapat jaminan pemenuhan kebutuhan dari para mahramnya, baik dari suami, bagi yang sudah menikah dan dari ayah atau saudara lelaki bagi yang belum berumah tangga. Memang hal tersebut hanya impian di masa sekarang. Banyak fakta menunjukkan perempuanlah yang justru menanggung nafkah, karena peluang kerja banyak tercipta untuk perempuan. Sementara kaum pria menjadi terkalahkan dan menjadi pengangguran.
Kehidupan sekuler juga akan menggerus tujuan pernikahan. Banyak pasangan hanya bermodal nafsu/cinta sesaat nekat mengarungi biduk rumah tangga. Bahkan ada yang cuma demi menguras harta sang istri, pura-pura menyatakan cinta sesaat, namun akhirnya bermaksiat dengan wanita idaman lain. Alhasil, kehidupan rumah tangga dijalani bak main sandiwara. Di depan khalayak kelihatan mesra, padahal sebenarnya penuh duka. Sehingga wajar, banyak terkuak kasus perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), ataupun keduanya terjadi bersamaan seperti yang menimpa pasangan Leslar, menjadi sebab retaknya hubungan pasutri. Hal tersebut karena tidak dipahami hakikat dan tujuan pernikahan yang telah diatur secara indah dalam Islam.
Islam Mewujudkan Rumah Tangga Samara
Kehidupan berumah tangga dalam Islam akan senantiasa dilandasi iman dan takwa. Masing-masing pasangan menjalani tugasnya sebagai suami-istri dengan penuh keikhlasan. Suami menjalani kewajibannya sebagai pencari nafkah, sementara sang istri sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, terdapat tuntunan bagaimana memilih calon pasangan. Rasulullah saw. bersabda , "Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi." (HR Bukhari Nomor 5090, Muslim 1466)
Ada pula hadis tentang memilih suami yaitu, "Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi." (HR. Tirmidzi Nomor 1085. Al Albani berkata dalam kitab 'Shahih At-Tirmidzi' bahwa hadis ini hasan lighairihi)
Ketika pasutri menjalani biduk rumah tangganya dengan landasan takwa, walhasil masing-masing akan memahami hak dan kewajiban suami-istri secara baik. Setiap masalah yang menimpa akan dipecahkan dengan solusi Islam. Jika salah satu pasangan (suami/istri) melakukan kesalahan, maka pasangan yang lain wajib mengingatkan. Islam memosisikan hubungan suami-istri seperti persahabatan. Bukan atasan-bawahan, atau majikan-pembantu, keduanya mempunyai tugas masing-masing yang penting untuk dilaksanakan.
Persahabatan Suami-Istri
Hubungan yang abadi hingga jannah-Nya inilah yang seharusnya menjadi visi rumah tangga muslim. Pernikahan merupakan ibadah terlama, sepanjang bertahannya ikatan cinta-kasih keduanya. Sehingga jika pernikahannya langgeng hingga maut menjemput, bisa berlanjut dalam kehidupan akhirat yang abadi, kenikmatan surga yang dinanti. Adanya keridhaan Allah Swt. pun akan dicapai dengan menjalani ketaatan dan ikhlas beramal. Inilah yang akan mewujudkan ketenangan/sakinah, mawaddah dan cinta/rahmah.
Terwujudnya keluarga samara, akan lebih mudah jika ada peran dan dukungan negara. Negara mengatur hubungan pergaulan berdasar ketentuan syariat Islam. Interaksi pria-wanita harus menjaga pandangan/ ghadlul bashar , larangan ber- khalwat/berduaan, menutup aurat, memakai jilbab dalam kehidupan umum bagi wanita yang baligh, Hal tersebut untuk mencegah syahwat yang jahat berkeliaran. Sehingga adanya perselingkuhan akan jarang ditemui/bisa diantisipasi. Suami sebagai pemimpin keluarga akan mendidik dan bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya. Tidak diperbolehkan melakukan kekerasan terhadap istri, kecuali untuk mendidik ketika nasihat dan pisah tempat tidur tidak diindahkan oleh sang istri yang bersalah.
Negara juga senantiasa memperhatikan pemenuhan kebutuhan hidup primer, sekunder atas setiap warga negara, baik muslim maupun nonmuslim. Sehingga tidak ada diskriminasi, semua mendapat jaminan yang sama. Maka, adanya ketenangan akan tercipta ketika peluang timbulnya masalah diselesaikan secara kaffah/menyeluruh. dengan sistem Islam. Walhasil, ketika setiap pasutri menjadi keluarga samara, tercipta pula ketenangan bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Wallahu'alaam bishawwab