"Inflasi adalah konsekuensi logis dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme dan akan terus berulang. Maka, solusinya tidak bisa dengan solusi parsial dan temporal seperti OPM, tapi harus mendasar dari akarnya. Dari sini jelas bahwa sistem ekonomi kapitalis banyak menyengsarakan rakyat karena menghasilkan inflasi yang sifatnya periodik."
Oleh. Suryani
(Pegiat Literasi dan Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Akibat inflasi, daya beli masyarakat menurun drastis. Untuk itu, Pemkab Bandung anggarkan Rp31 Miliar dalam APBD tahun 2022 ini untuk menghadapinya. Hal tersebut diungkapkan oleh Bupati Bandung, Dadang Supriatna, dalam rapat paripurna DPRD di Soreang. Ia juga menambahkan bahwa Pemkab Bandung akan menggulirkan sejumlah program untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, di antaranya Operasi Pasar Murah ( OPM). (DetikJabar, kamis 29/9/2022)
Di tengah kesulitan yang dihadapi, tidak dimungkiri adanya OPM menjadi angin segar yang sesaat bagi sebagian masyarakat. Lumayan bisa menekan pengeluaran dibanding membeli di pasar tradisional maupun modern. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah OPM atau program lainnya mampu menghadapi inflasi yang saat ini menghantui?
OPM yang sudah terselenggara sebelumnya bukan tanpa masalah. Seringkali diserbu oleh yang berpenghasilan lumayan, bukan orang miskin. Selain itu, jangkauan pasar murah sifatnya terbatas alias tidak merata. Dapat dipastikan OPM dengan anggaran besar yang sudah disiapkan tidak akan mampu menghadapi inflasi yang tengah terjadi.
Apa yang diinginkan masyarakat begitu sederhana, yaitu bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya dari pendapatannya. Inflasi telah menambah kesulitan baru pasca pandemi.
Sungguh menyakitkan hidup di bawah pengaturan sistem kapitalisme sekular. Kapitalisme meniscayakan ekonomi bergerak di sektor riil dan nonriil yang bersifat ribawi dan spekulatif. Pertumbuhan ekonomi di sektor no riil ternyata jauh melampaui sektor riil. Sistem keuangan telah berubah menjadi kompetitor bagi sektor riil dalam menawarkan keuntungan. Akibatnya jumlah uang meningkat bertambah banyak dalam waktu yang sangat singkat. Di sisi lain, para pelaku usaha kekurangan modal untuk menggerakkan mesin produksinya. Maka, pasokan barang yang otomatis berkurang berakibat meledaknya tingkat inflasi.
Kesimpulannya inflasi adalah konsekuensi logis dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme dan akan terus berulang. Maka, solusinya tidak bisa dengan solusi parsial dan temporal seperti OPM, tapi harus mendasar dari akarnya. Dari sini jelas bahwa sistem ekonomi kapitalis banyak menyengsarakan rakyat karena menghasilkan inflasi yang sifatnya periodik. Bagaimana dengan sistem ekonomi Islam?
Sistem Ekonomi Islam (SEI) bersumber dari Sang Maha Pengatur, Allah Swt. Memiliki ciri (karakteristik) unik yaitu memiliki daya tahan dari krisis termasuk inflasi. Karakter unik itu adalah bahwa sistem ekonominya tidak berbasis ribawi atau spekulatif seperti dalam sistem kapitalisme. Seluruh transaksi yang mengandung riba dan spekulatif atau judi dilarang secara total. Tidak ada yang namanya pasar modal, valas, atau pasar saham. Kegiatan ekonomi yang dijalankan fokus pada sektor riil. Tidak ada sektor nonriil yang menawarkan keuntungan. Dari sini akan banyak melahirkan produksi barang dan rekrutmen tenaga kerja karena tidak kekurangan modal usaha. Uang hanya bertemu dengan barang dan jasa. Maka, akan banyak peluang usaha bagi masyarakat.
Islam dengan tegas mengharamkan praktik riba apa pun bentuknya. Sesuai firman Allah Swt. dalam surat al Baqarah 275 yang artinya: "…….Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba……"
Selain itu, sistem moneter atau keuangan pemerintahan Islam hanya disandarkan kepada emas dan perak, bukan mata uang negara lain seperti saat ini. Sehingga tidak mudah terkena inflasi karena memiliki nilai intrinsiknya. Ketahanan mata uang yang dimiliki pemerintahan Islam sudah dibuktikan dan ditunjukkan pada masa kejayaan dan kegemilangan Islam. Di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, semua rakyat hidup makmur terpenuhi segala kebutuhan hidupnya, dari mulai sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanannya. Sifat dari mata uang yang di back up oleh emas ataupun perak ketika semakin banyak beredar, maka nilainya tidak akan turun. Justru harga barang maupun jasa akan semakin murah. Berbanding terbalik dengan sistem mata uang kertas yang hanya dijamin oleh undang-undang.
Sistem ekonomi Islam akan berjalan sempurna bersama dengan sistem Islam lainnya, yaitu sistem pemerintahannya, politik luar negerinya, sistem moneternya, dan sistem lainnya. Maka, sudah selayaknya kaum muslim seluruhnya menyadari bahwa untuk keluar dari inflasi maupun resesi hanya dengan jalan kembali kepada sistem pemerintahan Islam yang akan menjalankan sistem ekonominya dan sistem lainnya sesuai syariat.
Waallahu alam bi ash sawwab.[]