Tanah Surga yang Salah Kelola, Islam Solusi Paripurna

"Syariah Islam mengharuskan hadirnya peran negara dalam usaha menyejahterakan rakyatnya. Negara menjamin kebutuhan kolektif warga, tanpa membedakan status sosial, kaya atau miskin. Warga negara dipelihara oleh negara hingga menjadi masyarakat yang cerdas, sehat, kuat, dan aman. Negara menjamin kesejahteraan rakyatnya individu per individu. Memastikan kelayakan hidup bagi seluruh warga negaranya."

Oleh. Isty Da'iyah
(Aktivis Muslimah)

NarasiPost.Com-Orang bilang tanah kita tanah surga,
tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
Orang bilang tanah kita tanah surga,
tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Lirik lagu di atas adalah gambaran negeri Indonesia yang gemah ripah loh jinawii. Yang artinya adalah tenteram dan makmur serta sangat subur tanahnya. Namun, anugerah dari Allah Swt. tersebut sekarang tidak bisa sepenuhnya dinikmati oleh penduduk negeri ini. Karena hampir semua sumber daya alamnya telah tergadai di tangan para korporasi. Apalagi selama hampir dua tahun pandemi menghantam negeri, kesejahteraan rakyat kecil seakan jauh panggang dari api.

Bahkan negara yang dijuluki Zamrud Khatulistiwa ini, untuk sekadar memberi bantuan sosial kepada rakyatnya di kala pandemi saja sudah tidak mampu lagi. Bantuan sosial tunai sebesar Rp300 ribu, pada akhirnya juga harus terhenti. Seperti yang diberitakan oleh CNN Indonesia (21/9/21) bahwa Menteri Sosial, Tri Rismaharini, menyatakan mulai bulan September tahun ini, telah menghentikan Bantuan Sosial Tunai (BST) Covid-19 kepada warga yang terdampak pandemi. Alasan dihentikannya bansos tunai PPKM ini adalah pihaknya hanya merencanakan memberikan bantuan ini selama 4 bulan, yakni Januari sampai April. Alasan lainya saat ini perekonomian masyarakat sudah mulai bergerak, meskipun masih ada PPKM. Risma juga mengungkapkan bahwa tidak semua bantuan harus dibebankan kepada pemerintah (21/9).

Padahal adanya negara dan pemerintah adalah agar kehidupan seluruh rakyatnya sejahtera. Namun, kenyataanya tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya rezim berkuasa kembali gagal menyejahterakan rakyatnya. Hal ini terlihat dari tidak terpenuhinya hajat hidup asasiyah. Di antaranya sandang, pangan, air bersih, maupun permukiman. Demikian juga dengan kesehatan, pendidikan, keamanan hingga energi dan transportasi. Meskipun pihak rezim berkuasa menyuarakan keberhasilan, namun fakta justru berkata sebaliknya.

Kesejahteraan dalam Kapitalisme Hanya Ilusi

Kesulitan ekonomi yang dirasakan saat ini, hanya satu di antara sekian banyak derita yang dihadapi masyarakat Indonesia. Pemerintah seakan telah mati rasa terhadap rakyat, terutama kalangan papa (kalangan marginal dan rakyat jelata). Pemerintah tega memosisikan dirinya menjadi perpanjangan tangan para pemilik modal.

Penguasa saat ini pun tidak berbeda dengan para penguasa terdahulunya. Selama masih berkiblat kepada sistem kapitalisme sekuler, berharap rakyat akan sejahtera hanyalah ilusi. Karena dalam sistem ini, penguasa tidak akan pernah sungguh-sungguh berpihak dan melayani kebutuhan rakyatnya. Sistem kapitalisme sekuler tidak sepenuh hati meri'ayah rakyat. Bantuan yang diberikan kepada rakyat hanya sementara, ini jelas tidak mampu menyelesaikan masalah. Janji manis penguasa untuk memberi kesejahteraan kepada rakyat hanya retorika belaka.

Pelayanan terhadap kepentingan rakyat secara pasti semakin dikurangi. Rakyat kecil akan menjadi penderita utama dalam sistem kapitalis ini. Subsidi energi dan sejenisnya dikurangi, bahkan tiada lagi. Makin jauh harapan rakyat kecil dari kata sejahtera, ironisnya di tengah derita rakyat kecil ini, penguasa justru semakin memakmurkan pengusaha asing dan korporat di negeri ini.

Melalui produk undang-undang, negara memosisikan dirinya hanya sebagai regulator kepentingan oligarki. Negara tidak lagi berperan sebagai pelayan rakyat yang membuat rakyat sejahtera, dan tidak berusaha menyediakan semua hajat hidup masyarakat secara layak dan murah, bahkan gratis. Tapi pemerintah telah bersalin rupa menjadi pengusaha yang turut menjadikan rakyat sebagai sumber pendapatan negara, dengan menggadaikan kepemilikan umum menjadi milik individu atau swasta, bahkan asing untuk mengelola hajat hidup rakyatnya.

Inilah konsekuensi nyata jika sistem kapitalisme masih bercokol di suatu negeri. Sebuah sistem yang berdasar pada landasan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), yaitu sebuah sistem yang mengakui agama hanya dari sisi keberadaannya, bukan dari sisi perannya. Membuat kehidupan manusia tidak menggunakan aturan agama, sehingga sistem ini melahirkan berbagai aturan yang bersumber dari hawa nafsu manusia semata, yang justru akan menimbulkan berbagai masalah dan bencana.

Karena manusia meninggalkan hukum-hukum Allah dan menerapkan kapitalisme, maka masyarakat saat ini mengalami kesengsaraan yang luar biasa. Hal ini sebenarnya terjadi bukan hanya di negeri ini, tapi di seluruh dunia. Sebagaimana Al-Qur'an telah memberi peringatan dalam surat An-Nahl ayat 112 yang artinya:
"Dan Allah telah membuat sesuatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat."

Sejahtera dengan Sistem Islam

Hal ini akan berbeda jika Islam dijadikan landasan berdirinya sebuah pemerintahan. Dalam Islam, kesejahteraan diartikan sebagai terpenuhinya seluruh hajat hidup manusia secara optimal. Hal ini menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan ilmu agama sebagai tuntunan hidup. Dan termasuk kebutuhan sekunder maupun tersier.

Dengan sistem keuangan yang didukung oleh sistem ekonomi yang kuat, memungkinkan negara Islam mempunyai sumber pembiayaan yang kuat pula. Dengan sumber pemasukan yang sudah diatur oleh hukum syara', kas negara yang bernama Baitul Maal niscaya tidak akan kosong. Dalam pandangan Islam, negara bertindak sebagai pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya dan bertanggung jawab mewujudkan kemaslahatan bagi mereka melalui penerapan hukum Islam secara kaffah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, yang artinya:
"Seorang imam seperti pengembala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang digembalakannya." (HR.Bukhari dan Ahmad)

Syariah Islam mengharuskan hadirnya peran negara dalam usaha menyejahterakan rakyatnya. Negara menjamin kebutuhan kolektif warga, tanpa membedakan status sosial, kaya atau miskin. Warga negara dipelihara oleh negara hingga menjadi masyarakat yang cerdas, sehat, kuat dan aman. Negara menjamin kesejahteraan rakyatnya individu per individu. Memastikan kelayakan hidup bagi seluruh warga negaranya. Hal ini pernah dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khatthab pada masa pemerintahannya. Khalifah Umar pernah melakukan perjalanan keliling kota untuk melihat secara langsung kehidupan rakyatnya. Ketika ditemui rakyatnya yang kelaparan, beliau sendiri yang memanggul karung makanan untuk diberikan kepada rakyat yang kelaparan tersebut, bahkan ia sendiri yang mamasakannya.

Kisah lain, Umar pernah berkata kepada pegawainya yang bertugas membagikan sedekah: " Jika kamu memberikan maka cukupkanlah," selanjutnya berkata lagi: "Berilah mereka itu sedekah berulangkali sekalipun salah seorang di antara mereka memiliki seratus unta." Bahkan Umar juga telah membangun "rumah tepung" dengan tujuan untuk menolong orang-orang yang singgah dalam perjalanan dan rakyat yang membutuhkan sampai kebutuhannya terpenuhi.

Inilah fakta dimana sistem Islam dalam bingkai khilafah telah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pokok dan menyejahterakan rakyatnya. Demikianlah gambaran jaminan kesejahteraan yang diberikan Islam kepada warga negaranya. Sistem Islam telah terbukti mampu menghadirkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Sistem Islam yang diterapkan dalam bingkai negara khilafah mampu melahirkan peradaban yang rahmatan lil'alamin serta mendapatkan pengakuan dunia secara mutlak selama 14 abad lamanya.

Oleh karena itu sebagai umat terbesar di negeri ini, sudah saatnya mencari solusi alternatif untuk mewujudkan kesejahteraan yang hakiki, yaitu sebuah tatanan pemerintahan yang diridai Allah Swt, tersebab semua hukum Islam bisa diterapkan secara kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyah.

Wallahu'alam bishawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
isty Daiyah Kontributor NarasiPost.Com & Penulis Jejak Karya Impian
Previous
Wakil Rakyat (Kembali) Terlibat Suap
Next
Al-Qur'an Dijadikan Pembungkus, Penistanya Wajib Diringkus!
1 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Solusi tuntas permasalahan hanya 0ads sistem Islam yang diterapkan secara kaffah

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram