Sistem Rusak Membahayakan Anak

"Bila diselisik, kekerasan seksual ini berangkat dari keadaan di mana sebuah sistem tak mampu memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan bagi manusia. Sistem perlindungan yang lemah membuat anak-anak berada dalam berbagai ancaman."

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Di masa kini dalam sistem yang tengah berlangsung sekarang, kejahatan tak mengenal tempat. Pelakunya pun tak terduga. Terlihat baik, namun nyatanya bejat. Bak musang berbulu domba, pelaku kejahatan beralih rupa seolah baik namun siap memangsa kapan saja.

Kejahatan tak hanya dilakukan oleh orang asing yang tak dikenal, ia bisa dilakukan oleh orang terdekat. Bahkan dalam lingkungan keluarga, kekerasan terjadi tanpa disangka. Rumah yang harusnya menjadi tempat berlindung yang aman bagi anak ternyata menyimpan bahaya.

Ke mana anak mencari perlindungan bila kekerasan yang dialami justru berasal dari keluarga sendiri? Bisakah sistem ini menghentikan kekerasan pada anak?

Anak Korban Kejahatan

Anak yang seharusnya mendapat kasih sayang dan perlindungan, justru menjadi korban kekerasan yang dilakukan orang tua sendiri. Orang yang dipercayai justru tega melukai. Orang dewasa yang harusnya memberi contoh yang baik bagi anak-anak, malah berperilaku buruk dan jahat kepada mereka.

Mirisnya, kenyataan ini banyak terjadi di sekitar kita. Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas Perlindungan Anak, mengatakan bahwa angka kekerasan terhadap anak terus naik meski di masa pandemi seperti sekarang. Ia mencatat bahwa ada 2.726 kasus kekerasan yang menimpa anak sejak Maret 2020 hingga Juli 2021. Dari jumlah itu, 52% adalah kekerasan seksual yang di antaranya dilakukan oleh orang terdekat, yakni anggota keluarganya sendiri. (republika.co.id, 7/9/2021)

Kenyataan ini sungguh pahit. Bagaimana tidak? Orang tua yang harusnya mendidik dan menjaga anak-anaknya justru berbuat kasar dan amoral. Orang tua tega melakukan kekerasan seksual kepada anaknya sendiri.

Sebagaimana kasus dugaan kekerasan seksual terhadap tiga orang anak yang terjadi di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Kasus yang terjadi di tahun 2019 lalu ini sebenarnya telah ditutup oleh Polres Luwu karena kurangnya alat bukti. Kini kasus kekerasan seksual ini kembali mencuat dan menyita perhatian publik setelah Project Multatuli mempublikasikan laporannya pada Rabu (6/10/2021). Laporan tersebut mengungkapkan kisah ibu dalam mencari keadilan bagi ketiga anaknya yang mengalami kekerasan seksual. (nasional.kompas.com, 10/10/2021)

Terduga pelaku yang adalah ayah korban sendiri menimbulkan kemarahan publik. Masyarakat meminta agar kasus ini diusut tuntas dan diberikan hukuman yang tegas.

Kebobrokan Sistem Menciptakan Perilaku Amoral

Bila diselisik, kekerasan seksual ini berangkat dari keadaan di mana sebuah sistem tak mampu memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan bagi manusia. Sistem perlindungan yang lemah membuat anak-anak berada dalam berbagai ancaman. Hukuman yang ada tak mampu memberikan efek jera bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Tak heran bila kejahatan terus saja terjadi.

Kehidupan masyarakat yang diatur dengan prinsip sekularisme liberal memunculkan perilaku bebas dan jauh dari agama. Tidak ada rasa takut akan adanya sanksi akhirat membuat manusia bertindak semaunya. Tindakan dilakukan demi memuaskan keinginan semata.

Arus liberalisasi sekuler begitu derasnya menerpa masyarakat kita dari berbagai sisi. Segala macam pemikiran, gaya hidup, dan aturan bersendi materi ala sekularisme dibiarkan hidup berkembang, bahkan dilegalisasi. Pergaulan yang bebas, pornografi, pornoaksi, dan perilaku menyimpang serta penyakit seksual menjadi makanan sehari-hari. Masyarakat kita dicekoki oleh tontonan yang tak mendidik di televisi. Media sosial memberi wadah bagi para penganut kebebasan untuk terus menunjukkan eksistensi.

Serangan liberalisasi sekuler turut menghantam keluarga. Ketiadaan pondasi yang kokoh menjadikan keluarga tak mampu menghadapinya. Tidak adanya prinsip akidah Islam dalam mendidik anak membuat orang tua tersesat di tengah gencarnya serangan liberalisasi Barat.

Bangunan keluarga pun luluh lantak hingga menimpakan bahaya bagi para penghuninya. Orang tua tak mampu menjalankan tugasnya dalam memberikan perlindungan dan pendidikan yang baik untuk anak-anak. Alih-alih melindungi anak-anaknya, orang tua justru bertindak kasar hingga mengancam keselamatan mereka. Perasaan memiliki anak seperti layaknya ‘barang’, membuat orang tua merasa berhak melakukan apa saja. Sadar atau tidak, orang tua sering menyakiti anak, baik secara fisik maupun nonfisik, hingga menimbulkan trauma. Mereka bahkan bisa bertindak otoriter dan kejam.

Anak-anak juga sering kali ‘dimanfaatkan’ untuk kepentingan orang tuanya. Dengan cara halus maupun kasar, anak-anak ‘dibujuk’ untuk memenuhi kesenangan orang tua. Bahkan demi memuaskan nafsu bejatnya, orang dewasa ini tega memperdayai anak sendiri.
Begitulah bila agama jauh dari kehidupan. Sistem yang rusak hanya memberikan permasalahan tiada henti. Beragam kerusakan berlangsung di semua segi kehidupan. Bencana pada moral manusia menjadi kian nyata. Perilaku amoral, sesat, menyimpang dan kufur merajalela tak terbendung. Manusia bahkan menjadi lebih rendah dari pada hewan.

Sistem yang Melindungi Anak

Islam memberikan perlindungan yang hakiki terhadap anak. Keluarga yang menjadi tempat anak-anak tumbuh harus dibangun berlandaskan prinsip akidah Islam. Di dalam keluargalah pendidikan anak bermula. Karena itu, orang tua harus mendidik dan mengasuh anak dengan cara yang diperintahkan syariat. Menanamkan akidah yang kuat sebagai bekal menjalankan kehidupan.

Ayah sebagai kepala keluarga tak hanya memenuhi kebutuhan materi semata tetapi juga memberikan perlindungan dan keteladanan dalam bersikap. Sedangkan ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak menjalankan tugas dalam balutan kasih sayang. Keduanya harus menjadi panutan yang baik bagi anak-anak. Orang tua adalah contoh terdekat bagi anak. Maka, prinsip Islam haruslah menjadi pemimpin dalam roda perjalanan keluarga.

Masyarakat yang menjadi tempat anak-anak bersosialisasi juga ditata menurut aturan Islam. Sistem pergaulan ala Islam diterapkan untuk menjaga interaksi lawan jenis agar tak menyimpang dari fitrahnya. Gaul bebas tidak akan dibiarkan. Pornografi, pornoaksi dan perilaku seksual menyimpang tidak akan diberi ruang sama sekali.

Masyarakat menjadi tempat melakukan amar makruf nahi mungkar. Masyarakat tidak boleh diam bila melihat ada kekerasan yang menimpa anak. Masyarakat harus berupaya menghentikan dan mengingatkan bila terjadi pelanggaran terhadap hak anak. Masyarakat juga saling menjaga dan tolong-menolong satu sama lain untuk menghindarkan dari hal-hal yang mengangganggu keamanan dan ketrentaman. Saling menasihati di antara warga masyarakat agar segala bentuk penyimpangan bisa dicegah. Masyarakat juga mengoreksi setiap kebijakan dan aturan yang tidak sesuai dengan prinsip Islam.

Namun, itu semua tak akan terwujud dengan baik bila tanpa peran negara. Sulit menciptakan lingkungan kehidupan yang aman dan nyaman bagi anak bila tidak ada sebuah institusi yang memiliki wewenang menjalankan aturan. Tanpa negara, aturan tidak akan bisa berjalan efektif mencapai tujuan.

Negara adalah yang terdepan dalam memberikan perlindungan bagi anak. Negara bertugas menerapkan sistem kehidupan yang ramah anak melalui aturan yang bersumber dari syariat Islam. Prinsip-prinsip yang bertentangan dengan Islam akan ditinggalkan.

Dalam bidang ekonomi, sistem ekonomi Islam diterapkan guna menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang hakiki. Dengan begitu, rakyat terhindar dari jeratan permasalahan ekonomi ala kapitalisme sekuler yang bisa merongrong keluarga muslim. Bangunan keluarga pun akan tetap solid hingga mampu melindungi anak-anak di dalamnya.

Sistem pendidikan Islam untuk membentuk pribadi yang bertakwa. Ketakwaan menjadi jaminan pelaksanaan setiap perbuatan sesuai dengan perintah Allah semata. Tanggung jawab menjadi orang tua akan dijalankan dengan sepenuh hati dan amanah karena menyadari adanya hari penghisaban kelak. Orang tua akan mendidik dan mengasuh anaknya sebaik mungkin sesuai syariat.

Sistem pergaulan diterapkan di dalam masyarakat agar kehidupan sosial dilingkupi ruh Islam yang menentramkan jiwa. Naluri terhadap lawan jenis dijaga agar tidak terbangkit dan tersalurkan dengan cara yang liar sebagaimana dalam alam liberalisme sekuler. Segala hal yang bisa menjadi jalan kejahatan seksual akan ditutup.

Sistem sanksi yang tegas ditegakkan. Sanksi tersebut akan mampu memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan sekaligus sebagai penebus dosanya. Setiap kejahatan akan diberi hukuman yang setimpal. Hal ini bisa menjadi pencegahan agar kejahatan tak terus terjadi. Dengan begitu, anak-anak akan senantiasa aman dan terlindungi di bawah aturan Islam yang hakiki.

Seperti inilah sistem yang dibutuhkan oleh anak-anak untuk menjaga keselamatan tetap terjaga. Dengan penerapan aturan Islam yang kaffah melalui institusi khilafah, anak-anak akan hidup, tumbuh dan berkembang dalam naungan penuh berkah.
Wallahu a’lam bish-shawwab[]


Photo Source :Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Miss Queen Indonesia: Ajang Kaum Pelangi Unjuk Gigi, di Mana Peran Negara dalam Memberikan Proteksi?
Next
Kepercayaan Terkikis Akibat Penanganan Pragmatis
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram