Ketahanan Keluarga Kian Rapuh, Penerapan Islam Kaffah Solusi Ampuh

"Berbagai peristiwa kriminal yang dilakukan oleh orang-orang terdekat, sering kali terjadi. Baik itu peristiwa penganiayaan maupun pembunuhan. Tidak jarang antara pelaku dan korban adalah tetangga dekat. Bahkan ada yang masih memiliki hubungan keluarga. Mungkin suami, istri ataupun anak. Hubungan darah ternyata tidak menghalangi niat pelaku untuk menyakiti bahkan sampai menghabisi nyawa korban."

Oleh. Atien

NarasIPost.Com-Sudah menjadi tugas seorang ibu untuk membesarkan dan mendidik anaknya. Kasih sayang ibu yang begitu melimpah kepada anak tidak akan pernah sirna, meskipun anaknya mungkin sudah remaja atau bahkan sudah dewasa. Ucapan ibu yang kadang disertai nada marah adalah salah satu bentuk perhatian dan kasih sayang. Namun, perhatian yang berisi kalimat untuk mengingatkan ketika anak bersalah, justru memicu masalah. Merasa tidak nyaman dengan perlakuan ibunya, akhirnya anak menyikapi dengan cara berbeda. Emosi sesaat bisa berujung petaka. Nyawa sang ibu pun berakhir di tangan anaknya.

Peristiwa tragis itu terjadi di wilayah Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Seorang remaja berinisial MF (17) tega membunuh SM (34) ibu kandungnya sendiri. Ibu ini ditusuk dengan sebilah pisau yang mengakibatkan nyawanya tidak tertolong dan akhirnya meninggal dunia. Kasus yang terjadi pada Minggu (19/9/2021, kumparanNEWS), kini ditangani oleh Polres Jepara.

Kasatreskrim Polres Jepara, AKP M Fachrur Rozi, dalam keterangannya menyampaikan, "Tadinya pelaku berbohong dengan mengatakan kepada para tetangga bahwa ada orang gila yang masuk rumah dan melukai ibunya. Meskipun awalnya mengelak, MF akhirnya mengaku bahwa dia yang telah menganiaya dan membunuh ibunya. MF merasa kesal dengan ibu kandungnya karena sering dimarahi. Kekesalan tersebut membuatnya gelap mata dan berujung dengan peristiwa pembunuhan."

MF terkena Pasal 44 Ayat (3) UU RI No 23 Tahun 2004 tentang PKDRT dengan hukuman 15 tahun penjara atau denda sebesar Rp45 juta.Tidak terbayang oleh kita, di usia yang masih muda MF harus menjalani hari-harinya di balik jeruji besi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Peristiwa serupa juga pernah terjadi di Cilacap, Jawa Tengah. Seorang ibu penjual bubur dibunuh oleh anak kandungnya dengan menggunakan sebilah parang. Alasan pelaku tenyata juga dipicu oleh rasa sakit hati karena sering dimarahi. (8/9/2021, detiknews)

Berbagai peristiwa kriminal yang dilakukan oleh orang-orang terdekat, sering kali terjadi. Baik itu peristiwa penganiayaan maupun pembunuhan. Tidak jarang antara pelaku dan korban adalah tetangga dekat. Bahkan ada yang masih memiliki hubungan keluarga. Mungkin suami, istri ataupun anak. Hubungan darah ternyata tidak menghalangi niat pelaku untuk menyakiti bahkan sampai menghabisi nyawa korban. Saat amarah tidak terkendali apa pun bisa dilakukan.

Peran Ibu yang Tidak Maksimal

Banyaknya persoalan yang dihadapi dalam lingkungan keluarga dan masyarakat sering kali dituding sebagai pemicu munculnya tindakan serupa. Hubungan yang kurang harmonis antartetangga maupun antarkeluarga juga turut andil di dalamnya. Tidak terkecuali hubungan yang kurang baik antara ibu dan anak.

Hubungan yang kurang baik tersebut diakibatkan oleh kurangnya perhatian, pendidikan dan kasih sayang dari sang ibu. Kesibukan sang ibu yang tidak hanya mengurus anak dan rumah membuat peran ibu tidak maksimal. Sebab ibu juga harus ikut bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Hal inilah yang membuat peran ibu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Masalah mulai muncul ketika anak mulai tidak nyaman di rumahnya sendiri. Anak merasa dibatasi dan didikte dalam setiap
tindakannya. Anak pun merasa apa yang dilakukannya salah di depan orang tuanya. Apalagi jika anak tersebut sudah beranjak remaja. Pergaulannya juga tidak terbatas di lingkungan keluarga. Anak akan berbaur dengan lingkungan tempat ia tinggal dan berinteraksi.

Kebebasan dalam Sistem Kufur

Lingkungan yang penuh kebebasan di luar rumah membuat perilaku anak tidak terkontrol dan bertindak sesuka hati. Saat diingatkan maupun ditegur oleh orang tua, anak merasa tersinggung. Anak menjadi tidak betah di rumah sehingga mencari pelarian yang membuatnya merasa nyaman. Rasa nyaman anak dan remaja di luar rumah, tidak lepas dari lingkungan tempatnya tinggal. Kebebasan yang ada di masyarakat seakan menjadi rumah kedua bagi mereka. Mereka bebas berbuat apa pun tanpa ada yang mengganggu. Semua sibuk dengan urusan masing-masing.

Tidak heran, sebab lingkungan yang ada adalah lingkungan yang sudah terpapar sistem yang kufur.
Sistem ini memberi kebebasan kepada individu untuk bertingkah laku sesuai dengan keinginannya. Tidak peduli apakah tingkah lakunya tersebut benar atau salah, melanggar aturan agama atau tidak. Semua diserahkan kepada masing-masing orang.
Inilah kebebasan di sistem kapitalisme liberal. Sistem ini menjunjung tinggi kebebasan yang tanpa batasan. Wajar saja, sebab sistem ini lahir dari hasil pemikiran manusia yang terbatas.

Kebebasan dan Adab kepada Orang Tua dalam Islam

Hal berbeda ditunjukkan oleh Islam. Dalam Islam, kebebasan tetap harus diatur. Sebagai seorang muslim amal perbuatan kita harus senantiasa terikat dengan aturan Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya: "Apa saja yang telah Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang telah dia larang atas kalian, tinggalkanlah. (Al-Hasyr [59]: 7)

Firman Allah Swt tersebut menjadi pegangan dan standar kaum muslim untuk melakukan sesuatu. Berarti apa yang akan dilakukan harus sesuai dengan aturan islam. Manusia tidak bisa berbuat sekehendak hatinya. Kebebasan dalam Islam ada batasan dan ada aturannya. Islam juga mengajarkan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua dan berbuat baik kepada keduanya. Aturan tersebut terdapat dalam firman Allah Swt yang artinya:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orangtuanya, ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang terus bertambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua orangtuamu. Hanya kepada-Kulah tempat kembalimu." (TQS. Luqman [31]: 14).

Begitu sempurnanya Islam dengan seperangkat aturan yang Allah Swt berikan kepada manusia. Aturan tersebut wajib kita terapkan agar menjadi panduan dalam bertindak dan bertingkah laku.Termasuk tingkah laku kita terhadap kedua orang tua. Islam mengajak manusia untuk berbakti kepada kedua orang tua, terutama kepada ibunya. Islam juga memerintahkan untuk menjaga adab kepada mereka berdua. Menghormati dan menjaga perasaannya. Alangkah indahnya hubungan anak dan orang tua dalam Islam, penuh ketaatan, keharmonisan dan saling menjaga satu sama lain. Tidak ada rasa ingin saling menyakiti. Semuanya hanya ingin menggapai rida Illahi.
Apakah semua itu bisa terwujud? Tentu saja bisa, yaitu jika aturan Islam diterapkan secara kaffah (menyeluruh) dalam setiap aspek kehidupan.

Wallaahu 'alam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Atien Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Mengukur Rasa Cinta kepada Rasulullah
Next
Limbah, Persoalan Klasik di Negeri Kapitalistik
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram