Keamanan Kritis di Negara Kapitalis

"Indonesia, darurat kejahatan! Negara gagal memberikan rasa aman pada warga negaranya. Khususnya, kepada para dai yang notabene penyampai ajaran Islam. Entah terjadi karena motif ekonomi ataukah sentimen agama? Pastinya, ini tak pantas terjadi di negeri yang mayoritas penduduknya muslim."

Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasIPost.Com-Keamanan minim, terjadi di Indonesia. Perampokan, pemerkosaan, pencurian, penjarahan, dan pengeroyokan kerap menghantui. Sasarannya pun tidak bisa diprediksi, semua orang dengan segala rentang usia bisa menjadi korban. Terbaru, terjadi pemukulan terhadap seorang Ustaz di Batam, Kepulauan Riau pada 20/9/21, korbannya adalah Ustaz Abu Syahid Chaniago. Beliau tengah memberi ceramah di Masjid Bait Asy-Syakur ketika peristiwa itu terjadi (regional.kompas.com, 20/9/2021).

Pelaku yang datang dengan pakaian rapi, tiba-tiba menyerang Ustaz Abu. Parahnya, pemukulan tersebut terjadi pada tengah hari di hadapan ibu-ibu yang menjadi peserta pengajian. Pelaku yang sudah ditangkap akhirnya dibawa ke Polresta Barelang. Anehnya, ketika diinterogasi, pelaku meracau dan berbelit-belit. Tak hanya itu, kasus penembakan kepada ustaz juga terjadi di Pinang, Kota Tangerang. Korban yang bernama Ustaz Armand atau Ustaz Alex ditembak dua orang pelaku seusai sholat maghrib. Menurut keterangan saksi, dua pria selama tiga hari berturut-turut selalu nongkrong di warung sekitar rumah korban. Korban yang kehilangan banyak darah akhirnya meregang nyawa saat dibawa ke rumah sakit terdekat (m.liputan6.com, 21/9/2021).

Keamanan menjadi salah satu kebutuhan yang wajib dipenuhi dalam bermasyarakat. Namun, ketika keamanan sudah dalam tahap kritis, bagaimana nasib kehidupan rakyat? Apalagi jika negara yang seharusnya memberi rasa aman pada setiap warga malah senyap kehadirannya.

Kasus Berulang

Keamanan yang minim sering dirasakan oleh rakyat Indonesia. Apalagi, penyerangan terhadap para tokoh agama. Sejak tahun 2018 hingga kini, banyak para ustaz dan ulama yang menjadi korban. Lucunya, menurut kepolisian kebanyakan pelaku adalah orang dengan gangguan mental. Maka delik aduan tidak berkembang jika dihadapkan dengan orang berpenyakit mental. Keanehannya lagi, mengapa target mereka mayoritas adalah tokoh agama Islam?

Kasus demi kasus penganiayaan terhadap ulama terus berulang, seperti yang terjadi pada ulama tersohor, Almarhum Ustaz Ali Jaber yang ditusuk orang tak dikenal saat sedang ceramah di Kota Bandar Lampung (13/9/2020). Sebelum itu kasus serupa juga dialami oleh
Ustaz Abdul Rahman (53), beliau ditusuk ketika sedang mengimami salat subuh di Masjid Darul Muttaqin, Sawangan Depok. Pelaku pun divonis mengalami gangguan kejiwaan. Penganiayaan juga terjadi di Sidoarjo Jawa Timur. Ketika sedang mengimami salat, Ustad Tajuddin dipukul belakang kepalanya hingga memar. Setelah diselidiki, ternyata pelaku yang bernama Muhammad Rudiyanto mengalami gangguan jiwa (cnnindonesia.com, 14/9/2020).

Inilah beberapa kasus yang menambah deret penganiayaan terhadap ulama. Dengan kasus yang sama, seharusnya negeri ini berbenah. Adakah minimnya keamanan karena motif golongan atau kurangnya perhatian pemerintah?

Kejahatan Merata

Pada tahun 2016, Numbeo.com mengeluarkan indeks kejahatan negara-negara di dunia. Indonesia masuk peringkat ke-41 indeks kejahatan sedunia. Dengan nilai mencapai 49,51 menjadikan Indonesia negara dengan kasus kejahatan sedang. Kejahatan dinilai dengan angka terendah adalah 20 hingga 40. Sedangkan, dari 40 hingga 60 dianggap sedang, adapun 60 hingga 80 merupakan indeks dengan kejahatan mengerikan, negara sudah dalam taraf sangat tidak aman (m.liputan6.com, 18/12/2016).

Tren kejahatan di Indonesia pun semakin naik, bahkan menurut databoks.katadata.id setiap 1 menit 33 detik terjadi kejahatan di Indonesia. Data ini merujuk dari Badan Pusat Statistik 2018. Kejahatan pun dibagi menjadi empat bagian. Kejahatan pertama yang sering terjadi umumnya adalah kejahatan konvensional, diantaranya, narkoba, pencurian, perampokan, dll. Kedua, kejahatan🎉 transnasional yang melibatkan warga negara lain di Indonesia. Ketiga, kejahatan terhadap kekayaan negara seperti, korupsi, suap, dsb. Terakhir, kejahatan berimplikasi kontingensi (kejahatan yang berdampak pada sektor ekonomi, politik, sosial dan keamanan)(m.medcom.id, 19/1/2021). Keempat jenis kejahatan tersebut tak sulit ditemui di negeri yang terkenal ramah ini.

Kapitalis Penyebabnya

Lazim diketahui, jika kebanyakan penyebab terjadinya kejahatan adalah kemiskinan dan ketersediaan pekerjaan rendah. Negara ini dikenal karena letaknya yang strategis, negara dengan pulau-pulau yang indah. Indonesia juga merupakan destinasi wisata yang perlu diperhitungkan. Adapun barang tambang, hampir dari ujung Sabang hingga Merauke, tanah Indonesia menimbun berbagai mineral dan batu-batu mulia.

Namun mirisnya, penduduk negeri ini miskin. Jangankan pendidikan dan kesehatan terpenuhi, untuk makan pun banyak yang harus mengais di tong sampah sekadar mencari sesuap nasi. Hal ini terjadi karena kemiskinan sistemik, imbas dari peraturan negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis. Ekonomi kapitalis mempunyai asas sekularisme. Semua bisa dilakukan, asal mendapat keuntungaan. Sistem ini tak akan berpikir dua kali dalam menghancurkan masa depan suatu bangsa. Asalkan dapat mengeruk semua sumber daya alam, segala daya upaya dilakukan, tak ada patokan pasti dalam menentukan mana yang boleh dilakukan dan tidak.

Sistem ekonomi kapitalis hanya fokus pada kesejahteraan individu pemilik modal. Rakyat biasa hanya dijadikan sebagai objek dan pekerja kasar, bahkan mereka tidak bisa menikmati pelayanan hak-hak dasar dari negara, yang seharusnya didapatkan secara gratis. Beda perlakuan inilah yang menyebabkan kesenjangan sosial menganga dalam sistem ini. Pemodal bagai anak kandung, rakyat biasa bagai anak tiri.

Tergambar wajah asli sistem kapitalis, sistem ini merusak seluruh aspek kehidupan, dari politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga pendidikan dan pergaulan. Racun sekularisme sudah menyebar ke seluruh nadi masyarakat dunia. Hingga tunggu saatnya saja, negara-negara pembebek kapitalis akan dikeruk habis. Menyebabkan kemiskinan merata, dan meningkatnya kejahatan. Maka, keamanan yang selama ini diimpikan hanya sebuah khayalan.

Amerika sebagai induk kapitalisme, menghadapi bencana kriminalitas yang sudah sampai level mengerikan. Pada tahun 2011, m.republika.co.id mewartakan bahwa Amerika Serikat adalah negara dengan 20 juta kriminalitas. Kemiskinan pun bisa dilihat dengan mata telanjang. Mahalnya pendidikan, kesehatan juga perumahan, memperburuk jumlah pengangguran dan gelandangan. Diwartakan oleh rm.id (10/5/2021) data dari Departemen Tenaga Kerja AS, jumlah pengangguran di AS mencapai 14,7 persen, puluhan juta warga dalam keadaan tanpa pekerjaan. Kriminalitas dan kemiskinan di Amerika adalah cerminan nyata bahwa kapitalisme tidak mampu menciptakan kesejahteraan rakyat. Potret buram inikah yang diinginkan Indonesia?

Khilafah Solusinya

Allah menetapkan hukum syara' dengan tujuan mewujudkan kemaslahatan bagi penduduk bumi, baik itu di dunia maupun di akhirat nanti. Syariat yang Allah turunkan mempunyai tujuan-tujuan yang hendak dicapai di antaranya, menjaga agama, akal, jiwa, keturunan dan harta. Syariat Islam tidak akan bisa mencapai tujuannya jika diterapkan secara parsial, apalagi hanya sebagai teori dan diskusi. Syariat Islam butuh satu wadah untuk penerapannya. Wadah ini disebut dengan Khilafah.

Khalifah sebagai kepala negara wajib melaksanakan maqashid syariah tersebut. Keamanan pun meliputi seluruh tujuan-tujuan syariat diterapkan. Penerapan syariat tidak akan pernah merugikan manusia, baik muslim atau nonmuslim. Sebab, Islam adalah rahmatan lil'alamin.

Rusaknya tatanan kehidupan, baik disebabkan oleh kejahatan maupun rusaknya akal hingga manusia terjerumus pada paham-paham sesat, akan mudah ditanggulangi oleh Khilafah. Kemiskinan sistemis yang menjadi induk kejahatan, berawal dari kesejahteraan masyarakat yang tidak terpenuhi. Susahnya lowongan pekerjaan, hingga kepala keluarga tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok dirinya maupun keluarga, menyebabkan aksi nekat untuk melakukan tindakan kriminalitas.

Begitu pula dengan minimnya pemahaman agama, memudahkan mereka melakukan kemaksiatan. Tentu kemaksiatan yang dilakukan berakhir pada kejahatan seperti, korupsi, perzinaan, pemerkosaan dan sebagainya. Ketika syariat diterapkan, maka Khilafah akan menjamin kesejahteraan rakyatnya. Mulai dari ketersediaan kebutuhan pokok yang mencakup sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

Sistem keuangan berbasis Baitul Mal yang dianut Khilafah memungkinkan negara memperoleh dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Terdapat tiga sumber pemasukan Baitul Mal yang akan digunakan untuk menyejahterakan rakyat. Pertama, dari harta milik umum berupa tambang, dan kekayaan alam lainnya. Kedua, harta kepemilikan negara yang didapatkan dari fa'i, jizyah, rikaz, kharaj, humus dan dharibah. Ketiga, harta dari zakat yang dikhususkan untuk delapan golongan, termasuk di dalamnya fakir dan miskin.

Khilafah juga akan mewajibkan lelaki untuk bekerja, tentu tugas negara pula membuat lapangan pekerjaan terbuka lebar. Apalagi, ketika tambang-tambang yang dimiliki negara dikelola secara mandiri, akan membuka peluang pekerjaan yang besar. Selain itu, Khilafah juga akan menjamin kesehatan dan pendidikan. Sehingga, rakyat tidak dipusingkan dengan biaya yang mahal.

Permasalahan keamanan, Khilafah akan menindak tegas pelaku kriminal sesuai dengan kriteria kejahatannya. Hingga ketegasan Khilafah akan membuat jera pelaku dan menjadi peringatan bagi yang lain agar tidak melakukan hal yang sama. Demikianlah, mekanisme Khilafah dalam menjaga keamanan rakyat. Jika negara dalam keadaan sejahtera, sistem peradilan berfungsi dengan baik, dan masyarakat pun mempunyai kepribadian Islam. Insyaallah negara akan aman dari segala tindak kriminalitas.

Allahu a'lam bi ash-showwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Dia Dwi Arista Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Al-Qur'an Dijadikan Pembungkus, Penistanya Wajib Diringkus!
Next
Guru Honorer Menaruh Asa di PPPK, Mungkinkah Sejahtera?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram