AUKUS, Senjata Baru Adu Kekuatan di Indo-Pasifik

"Kemungkinan yang akan menimpa negara-negara yang berada di wilayah Indo-Pasifik. Mereka akan sukar mempertahankan keamanan wilayahnya. Serta kemungkinan terseret dalam arus perebutan kekuasaan semakin besar. Dikhawatirkan, wilayah Indo-Pasifik menjadi medan perang selanjutnya. Inilah ciri negara kapitalis yang selalu mencari wilayah baru untuk dikuasai."

Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Seperti hitam dan putih, kanan dan kiri. Dunia dibagi menjadi dua kekuatan besar. Barat dan Timur. Barat dimobilisasi oleh negara adidaya Amerika Serikat, sedangkan Timur dikuasai rentenir baru, Cina dengan kekuatan ekonominya yang semakin menggelembung. Adu kekuatan ini tak hanya soal ekonomi, namun telah merambat pada kekuasaan regional dan internasional.

Kawasan Indo-Pasifik kembali menjadi bidikan negara kuat, ketika Cina hendak mengikis jarak dari Amerika Serikat terkait teknologi militer. Senjata nuklir yang dikembangkan Cina dirasa menjadi ancaman nyata bagi kepentingan AS dikawasan tersebut. Dilansir dari sindonews.com, 25/9/2021 Cina telah membangun rudal dan silo nuklir baru. Tak hanya itu, Cina pun memperkuat militernya dengan membangun sejumlah alat tempur seperti tank, kapal induk, jet tempur, drone serang dan drone mata-mata, bahkan Cina juga membuat senapan baru untuk mempersenjatai pasukannya.

Pergerakan Cina tak dibiarkan begitu saja, Amerika merespon dengan membantu Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir, yang ditandai dengan adanya pakta AUKUS antara Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Pakta ini diklaim Cina sebagai pelanggaran berat terhadap perjanjian non-proliferasi nuklir. Aroma ketegangan pun mengemuka antara negara-negara adidaya tersebut. Sesungguhnya, apa yang dimiliki Indo-Pasifik hingga mampu mengundang banyak perhatian negara-negara besar?

Potensi Indo-Pasifik

Indo-Pasifik merupakan sebutan bagi negara-negara yang terdapat di kawasan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dikutip dari news.detik.com, 21/5/2021 mantan Wapres Jusuf Kalla dalam forum Dialog Tingkat Tinggi Kerja Sama Indo-Pasifik menyebutkan bahwa, wilayah Indo-Pasifik adalah tempat bagi 3/5 populasi dunia. Bahkan total GDPnya menembus sekitar 52 triliun dolar AS. Sehingga negara di area Indo-Pasifik dapat mencapai stabilitas dan kerjasama yang bisa menentukan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.

Begitu pula dengan kondisi geografis kawasan ini, dinilai sangat strategis dari berbagai aspek. Mulai dari aspek politik, ekonomi, hingga militer. Tentu membuat negara-negara kolonial kepincut dengan kemolekan Indo-Pasifik. Berkumpulnya geopolitik, geostrategis, dan peluang kerja sama yang besar, sungguh semua hal yang diinginkan negara maju berada dalam satu wilayah.

AUKUS dan Adu Pengaruh

Menurut Budi Mulyana, S.I.P., M.Si., dalam kanal Youtube KC news, mengatakan bahwa terdapat dua faktor sebagai alasan AS menunjukkan taringnya di kawasan Indo-Pasifik. Pertama, dibentuknya AUKUS (Australian, UK, and US) merupakan peringatan bagi negara-negara lain, jika Amerika masih mempunyai dominasi di zona tersebut, juga sebagai pertanda bahwa pengaruh Cina semakin menguat di kawasan Indo-Pasifik. Sebagai negara nomor satu, tentu Amerika merasa gerah jika ada kekuatan baru yang ingin adu pengaruh di dalam kawasannya.

Dalam beberapa dekade ini, kekayaan Cina semakin menggurita. Sehingga, memungkinkan bagi negara itu untuk membangun militer canggih dan kuat. Meski saat ini jika dibandingkan dengan Amerika dan Rusia, Cina masih berada di bawah mereka, namun emerging power Cina yang terus membesar dapat menjadi peluang untuk Cina mengungguli kekuatan militer Amerika dan Rusia. Budi pun menambahkan, jika AS telah mengalihkan basis kekuatannya dari Timur Tengah Menuju Indo-Pasifik, ditandai dengan penarikan tentara AS dari Afghanistan. Amerika memilih Australia menjadi kepanjangan tangan untuk mengamankan kawasan Indo-Pasifik dari pengaruh Cina. Hingga Beijing pun berang, ketegangan antarnegara berkepentingan di Indo-Pasifik pun semakin menguat.

Kedua, berdirinya AUKUS juga menyolidkan hubungan antara Amerika dan Inggris. Hal ini berimbas pada suasana politik di Eropa. Persaingan Inggris dan Prancis dinilai menjadi lebih buruk dengan adanya pakta AUKUS tersebut. Apalagi, Prancis merasa ditusuk dari belakang oleh Amerika dan Australia. Sebab dengan diumumkannya pendirian AUKUS, Australia memutus kontrak pembangunan kapal selam berbiaya 90 miliar dolar dengan Prancis secara sepihak.

Dengan adanya negara-negara kuat yang memperebutkan pengaruh di wilayah Indo-Pasifik, memunculkan pertanyaan baru, apa dampak manuver mereka terhadap negara-negara di Indo-Pasifik?

Dampak Adu Pengaruh di Indo-Pasifik

Negara ASEAN yang menempati sebagian besar kawasan Indo-Pasifik, merupakan negara non-blok yang selama ini mengklaim menjadi negara netral. Tidak memihak blok Barat maupun blok Timur. Namun, ketika Indo-Pasifik menjadi panggung besar perebutan kekuasaan, maka ASEAN harus waspada.

Menurut Aleksius Jemandu, pengamat Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan, dampak yang akan terjadi adalah terganggunya stabilitas regional di kawasan ini. Parahnya, jika panggung negara besar dialihkan di Indo-Pasifik maka negara-negara sekitar bisa terseret memasuki salah satu kubu. Hingga klaim negara non-blok akan hilang seiring menguatnya adu pengaruh antara Amerika dan Cina. (cnnindonesia.com, 22/9/2021)

Tak bisa dielakkan perairan Indonesia dan negara sekitar pun akan menjadi lalu lintas kapal-kapal selam bertenaga nuklir. Maka kewaspadaan harus terus ditingkatkan. Selain itu, terdapat kemungkinan penggunaan senjata nuklir jika terjadi baku tembak antara kedua blok, dan tentu akan berimbas pada negara-negara kawasan Indo-Pasifik.

Demikianlah, kemungkinan yang akan menimpa negara-negara yang berada di wilayah Indo-Pasifik. Mereka akan sukar mempertahankan keamanan wilayahnya. Serta kemungkinan terseret dalam arus perebutan kekuasaan semakin besar. Dikhawatirkan, wilayah Indo-Pasifik menjadi medan perang selanjutnya. Inilah ciri negara kapitalis yang selalu mencari wilayah baru untuk dikuasai. Lalu, bagaimana tindakan negara Islam jika berada dalam pusaran perebutan wilayah?

Ketika Khilafah Menjadi Negara Digdaya

Khilafah merupakan sebuah institusi yang berdiri berlandaskan syariat Islam. Menyangkut persoalan luar negeri, Khilafah mempunyai misi untuk menyebarkan Islam ke penjuru dunia melalui dakwah. Tentu, dakwah ke luar negeri harus dibarengi dengan kekuatan militer yang mumpuni. Ketika militer dan kebijakan luar negeri sudah terpondasi, negara tidak akan terombang-ambing menunggu kebijakan-kebijakan negara adidaya. Karena Khilafah akan menjadikan dirinya sebagai negara digdaya. Hingga mampu mengatur kebijakannya sendiri.

Untuk menjadi negara yang kuat secara militer, maka Khilafah akan menyediakan alutsista terbaik dan tercanggih. Serta melatih prajuritnya menjadi tentara yang siap berjihad di jalan Allah. Siapa saja yang menghalangi misi penyebaran agama Islam, maka dipastikan akan berhadapan dengan tentara dan senjata Khilafah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Anfal ayat 60, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.”

Maka ketika Khilafah telah berdiri, adu pengaruh dan kekuasaan yang saat ini ditampilkan Amerika dan Cina tidak akan dibiarkan begitu saja. Karena jelas, tindakan kedua negara akan membahayakan keamanan Khilafah dan sekitarnya. Allahu a’lam bis-showwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Dia Dwi Arista Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Industri Itu Bernama Demokrasi
Next
Ideologi Tak Pernah Punah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram