"Dalam pandangan Islam, politik luar negeri seharusnya menjadi representasi dari akidah Islam yang mengharuskan menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia, sehingga hubungan dengan negara-negara lain di bidang politik, ekonomi dan sebagainya, menjadikan dakwah Islam sebagai asas pada setiap tindakan dan kebijakan yang diambil. Oleh karena itu, seharusnya jika terjadi perebutan pengaruh politik oleh negara asing di wilayah kekuasaan kaum muslimin, Khilafah melindungi wilayah tersebut dengan jihad."
Oleh. Ummu Nailah
NarasiPost.Com-Dinamika yang terjadi di Indo-Pasifik beberapa waktu belakangan ini, semestinya menjadi alarm bagi Indonesia agar tetap waspada. Bagaimana tidak, situasi di Indo-Pasifik menjadi sorotan sejak terbentuknya AUKUS.
Meski pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, telah menyampaikan keprihatinan dan mengingatkan Australia untuk menjaga stabilitas kawasan, namun apakah langkah Indonesia ini sudah cukup dalam menyikapi terbentuknya AUKUS?
Menurut Pakar Hubungan International Sinergy Policies, Dinna Prapto Raharja, menyatakan bahwa dinamika di kawasan ini sangat aktif, pertumbuhan ekonomi dunia tetap hingga 10 tahun ke depan di sini. Tiongkok sebagai satu kekuatan besar di kawasan, terus berkembang besar secara ekonomi juga membangkitkan perasaan tidak nyaman dari negara-negara besar yang secara konvensional sudah memiliki posisi di kawasan. Dengan demikian, tampak bahwa Indonesia agak terlambat sebenarnya posisinya merespons hal ini.
“Indonesia jangan hanya fokus di militernya saja, karena jika dibesar-besarkan maka akan memancing perlombaan senjata di kawasan. Justru bisa jadi Australia tengah memancing respon keras dari indonesia.” ujarnya.
Indonesia pada posisinya, seharusnya tidak melupakan bahwa isu AUKUS bukan melulu bicara militer, tapi juga bicara terkait perdamaian di kawasan sebab erat kaitannya kemanusiaan. Sebab semua akan merasakan dampak bukan hanya pada masalah ekonomi, tetapi penghidupan jika terjadi perlombaan militer di kawasan. Juga terkait prediksi akan terjadi perpecahan ASEAN, tampak kini terjadinya jauh lebih cepat dari perkiraan.
Namun, kondisi Indonesi tengah terhimpit pertarungan dua kekuatan besar, yaitu Cina dan AS, juga ketidakberdayaan Indonesia menghalau kapal-kapal Asing yang berseliweran di perairan Natuna Utara yang merupakan wilayah Indonesia. Sungguh menyedihkan, bahwasanya negeri-negeri muslim hari ini tak bisa berbuat apa-apa selain hanya manut pada kebijakan internasional para penjajah.
Dalam pandangan Islam, politik luar negeri seharusnya menjadi representasi dari akidah Islam yang mengharuskan menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia, sehingga hubungan dengan negara-negara lain di bidang politik, ekonomi dan sebagainya, menjadikan dakwah Islam sebagai asas pada setiap tindakan dan kebijakan yang diambil. Oleh karena itu, seharusnya jika terjadi perebutan pengaruh politik oleh negara asing di wilayah kekuasaan kaum muslimin, Khilafah melindungi wilayah tersebut dengan jihad. Khilafah menunjukkan kekuatan dan eksistensinya di wilayah tersebut sehingga peluang pihak asing untuk berkuasa akan tertutup.
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)." (TQS a. Anfaal : 60)
Sebagaimana Rasulullah saw melatih tentara dan mempersiapkan alutsista (alat utama sistem pertahanan) untuk berjihad melawan siapa saja yang menghalangi dakwah Islam. Rasulullah saw. terus berusaha menaikkan level politik negaranya untuk bisa sampai pada posisi pemain utama dunia. Dengan demikian, negara Islam akan mampu menentukan sikapnya berdasarkan akidah Islam, serta mampu menyebarkan dakwah Islam ke seluruh dunia.
Oleh karena itu, Indonesia sebagai negeri muslim, dengan kekayaan SDM dan SDA yang melimpah, seharusnya bisa menjadi negara yang memimpin dan mengarahkan kawasan untuk lepas dari penjajahan. Hal ini hanya bisa dicapai dengan kesadaran penuh Indonesia atas posisi dan potensi strategis yang dimilikinya, serta mengadopsi Ideologi Islam dalam membangun politik luar negerinya.[]