Al-Aqsa Kami, Bukan untuk Ritual Yahudi!

"Pengadilan Israel telah memberikan izin kepada warga Yahudi untuk beribadah melakukan ritual mereka di kompleks Masjidi Al-Aqsa. Orang-orang Yahudi ini mendasarkan tindakannya itu karena menganggap bahwa kawasan tersebut sebagai Temple Mount atau Bukit Bait Suci. Menurut teologi Judaisme, kawasan Bukit Bait Suci ini merupakan tempat dimana kehadiran Tuhan itu melebihi kehadirannya di tempat yang lain. Padahal jika menarik linimasa ke belakang, disepakati bahwa umat Yahudi beribadah di wilayah Tembok Barat, bukan di Masjidilaqsa, karena Masjidilaqsa diperuntukkan bagi umat Islam, meski kedua kawasan ini berjarak dekat."

Oleh. Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si
(Alumni Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam UI
/ KonTap NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Masjid adalah tempat yang disucikan oleh umat Islam. Melalui masjidlah berbagai ibadah di dalam agama ini ditegakkan, bahkan Rasulullah saw. mempraktikkan bahwa masjid memiliki peran sentral dalam mengonsolidasikan kekuatan umat di Madinah dahulu. Islam pun memberikan pahala yang begitu besar bagi pemeluknya yang beribadah di masjid, khususnya di tiga masjid utama, yaitu Masjidilharam, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa. Namun sayang sungguh sayang, beberapa hari menjelang kaum muslimin sedunia merayakan maulid baginda Nabi Muhammad saw., Israel kembali membuat ulah di salah satu masjid suci umat ini.

Laman Tempo pada 8 Oktober 2021 mewartakan bahwa pengadilan Israel telah memberikan izin kepada warga Yahudi untuk beribadah melakukan ritual mereka di kompleks Masjidi Al-Aqsa. Orang-orang Yahudi ini mendasarkan tindakannya itu karena menganggap bahwa kawasan tersebut sebagai Temple Mount atau Bukit Bait Suci. Menurut teologi Judaisme, kawasan Bukit Bait Suci ini merupakan tempat dimana kehadiran Tuhan itu melebihi kehadirannya di tempat yang lain. Padahal jika menarik linimasa ke belakang, disepakati bahwa umat Yahudi beribadah di wilayah Tembok Barat, bukan di Masjidilaqsa, karena Masjidilaqsa diperuntukkan bagi umat Islam, meski kedua kawasan ini berjarak dekat.

Melalui kejadian ini, sebetulnya dapat disimpulkan bahwa berbagai diskriminasi dan ketidakadilan yang dilakukan oleh Israel hampir seluruhnya didasari pada klaim, sebagaimana yang dilansir oleh Mediaumat.news. Beberapa klaim yang mereka sebutkan adalah bahwa tanah Palestina adalah tanah yang dijanjikan untuk mereka, mereka juga mengklaim bahwa kompleks Masjidilaqsa terhitung sebagai tempat ibadah mereka, yang dimana seluruh klaim tersebut berujung pada digeser dan digusurnya posisi kaum muslimin.

Tindakan diskriminatif Israel yang mengizinkan hal ini juga tidak hanya menjajah, namun telah memprovokasi hingga mengusik ketenangan dan mengganggu ibadah umat Islam. Kejadian ini juga sebenarnya mematahkan pandangan bahwa masalah yang melibatkan Palestina dan Israel hanyalah masalah kemanusiaan belaka. Para pengusung pandangan ini menolak bahwa masalah dan konflik berkepanjangan ini dipicu oleh isu agama. Padahal sudah teramat jelas, bahwa agama dan ideologi sama sekali tidak dapat dipisahkan dari masalah yang telah berlangsung berdekade ini.

Berbagai kecaman memang sudah dilayangkan terkait peristiwa ini, dari dalam negeri hingga luar negeri. Indonesia pun turut bersuara yang diwakili oleh kecaman keras dari MUI. Diikuti dengan Turki dan Yordania, yang keduanya mengatakan bahwa keputusan Israel tersebut keliru dan berpotensi memicu eskalasi konflik yang lebih luas. Apa yang dapat ditarik dari kecaman-kecaman tersebut? Hal ini menunjukkan bahwa secara perasaan, masalah yang berkenaan dengan Palestina adalah “harga mati” alias tidak dapat diganggu gugat. Hanya saja, jika yang terusik hanyalah perasaan tentu tak mampu mengubah keadaan, meskipun ia adalah bekal yang baik untuk benar-benar mengeluarkan kaum muslimin di Palestina dari nestapa di bawah cengkeraman diskriminatif Zionis Israel.

Perlu ada langkah riil dari setiap negeri muslim yang memungkinkan untuk mengerahkan kekuatannya demi membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Terutama negara-negara tetangga Palestina yang jika digabungkan semuanya, maka akan membentuk sebuah postur militer yang tidak bisa diremehkan oleh dunia. Negeri-negeri Arab, bahkan negeri-negeri kaum muslimin di seluruh dunia, pada hakikatnya mampu melakukannya bila diiringi oleh kemauan dan tekad yang kuat untuk mengembalikan tanah suci titik keberangkatan Rasulullah saw. menuju sidratul muntaha, ke pelukan umat Islam.

Meski demikian, hal tersebut tidaklah mengherankan, mengingat kondisi umat Nabi Muhammad saw. hari ini memang belum pada titik idealnya, apatah lagi umat Islam di Palestina. Ketiadaan simpul yang dapat secara kuat mengikat umat ini akhirnya melonggarkan persatuan dengan menggesernya pada ikatan-ikatan kepentingan semu. Sebut saja kepentingan nasionalisme, kepentingan perut, hingga kepentingan yang sifatnya materialistis. Simpul akidah yang termanifestasi dalam kekuatan politik dan militer lagi-lagi disimpulkan menjadi sangat urgen untuk diwujudkan.

Perasaan kaum muslimin yang sudah terpantik, perlu dilanjutkan dengan pendalaman pemikiran terkait Islam termasuk isu-isu strategis di dalamnya. Harapannya, dengan perasaan dan pemikiran yang sudah berjalan beriringan dengan Islam, maka akan didapatkan pemahaman yang benar tentang bagaimana seharusnya pembebasan wilayah Palestina dilakukan. Pentingnya menegakkan usaha ini juga menjadi wasilah agar umat Islam tidak jatuh ke lubang yang sama dengan mengamini berbagai konsolidasi dan negosiasi pembebasan Al-Quds di luar skema pembebasan Islam semata, karena memang eksistensi tanah ini, bukan untuk dinegosiasikan dengan penduduk muslim lainnya. Wallahu a’lam bisshawwab.[]


Photo : Suarapalestina.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Iranti Mantasari BA.IR M.Si Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Hari Pangan Sedunia, Kapan Sejahtera?
Next
Perempuan di Mata Lelaki (Perspektif Islam)
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram