Jika perubahan hanya berputar mengarah pada penolakan kebijakan atau penerapannya Undang-undang, akan sampai kapan hal ini terus terjadi? Karena perubahan yang terjadi tidak sampai akarnya, maka perubahan harus sampai pada menolak sistem demokrasi-kapitalisme yang nyata-nyata menyengsarakan rakyat.
Oleh: Haura Az-Zahra
NarasiPost.com -- Akhir-akhir ini Indonesia dihebohkan dengan adanya sejumlah aksi di berbagai daerah untuk menolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker). Aksi dilakukan oleh buruh, pelajar dan Mahasiswa. Mereka melakukan demonstrasi, karena menilai UU Cipta Kerja sangat berbahaya serta merugikan masyarakat dan justru menguntungkan pengusaha.
Adanya aksi tersebut, menimbulkan komentar dan kritik dari kalangan pemerintah pusat. Salah satunya kritik disampaikan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartato yang menduga bahwa aksi demo tersebut dilakukan karena ada yang mensponsori. Airlangga juga menyinggung pihak yang dituding sebagai sponsor aksi demo penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja (finance.detik.com 8/10/20).
Selain Airlangga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, meresponsnya dengan mengeluarkan surat edaran tentang pelarangan Mahasiswa untuk ikut aksi dalam demo tolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja. Kemendikbud juga meminta pimpinan perguruan tinggi melanjutkan pembelajaran jarak jauh dan memastikan para Mahasiswanya untuk mengikuti pembelajaran di rumah masing-masing (cnnindonesia.com, 10/10/20).
Tak hanya dari kalangan pemerintah pusat yang memberikan komentar terhadap aksi yang terjadi, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja juga berkomentar bahwa UU Ciptaker dibuat untuk menciptakan lapangan kerja yang manfaatnya dapat dirasakan para Mahasiswa. Shinta juga menilai jika tidak ada UU Ciptaker, mahasiswa akan sulit mendapatkan pekerjaan (finance.detik,com, 8/10/20).
Melihat pernyataan dari para penguasa menunjukkan tiadanya independensi Mahasiswa dalam menyuarakan perubahan bangsa. Alih-alih negara demokrasi, nyatanya suara Mahasiswa masih terus dibatasi. Potensi Mahasiswa dikerdilkan hanya untuk sekadar memikirkan kemaslahatan pribadi. Mahasiswa diminta hanya untuk mementingkan urusan akademik, tidak diberi ruang untuk kritis terhadap lingkungan sekitarnya.
Padahal sejatinya Mahasiswa itu mengabdi kepada masyarakat. Pemuda diibaratkan sebagai agent of change, di tangan pemudalah suatu peradaban dapat berubah. Menghalang-halangi Mahasiswa untuk mengkritisi kebijakan pemerintah sama saja mencederai peradaban dunia kampus yang identik dengan intelektualnya.
Namun peran Mahasiswa dalam mengkritisi kebijakan juga mestinya direkontruksi ke arah perubahan hakiki yang mengantarkan pada perubahan mendasar. Perubahan yang terjadi tidak hanya sekedar menolak undang-undang yang merugikan rakyat, tapi juga perubahan ke arah sistem yang memproduksi undang-undang tersebut.
Jika kita amati, selama sistem demokrasi kapitalisme masih terus berdiri, akan menghasilkan ribuan undang-undang yang menyengsarakan rakyat. Karena pada dasarnya kebijakan dibuat hanya untuk kepentingan segelintir orang yang berkuasa (pemilik modal) dan mengorbankan kepentingan rakyat.
Selama ini kita juga menyaksikan banyaknya permasalahan yang tiada hentinya menimpa rakyat. Jika perubahan hanya berputar mengarah pada penolakan kebijakan atau penerapannya Undang-undang, akan sampai kapan hal ini terus terjadi? Karena perubahan yang terjadi tidak sampai akarnya, maka perubahan harus sampai pada menolak sistem demokrasi-kapitalisme yang nyata-nyata menyengsarakan rakyat.
Inilah gambaran jika hukum yang mengatur manusia dibuat oleh manusia itu sendiri. Islam hadir sebagai agama yang sempurna, mengatur segala aspek kehidupan manusia. Allah yang menciptakan manusia, Allah juga pasti mengetahui yang dibutuhkan dan yang terbaik bagi umatnya.
Allah sudah menurunkan Islam sebagai agama dengan seperangkat aturan yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Sunnah untuk manusia taati. Oleh sebab itu, jika manusia tidak mentaati aturan yang dibuat-Nya, maka yang terjadi adalah kerusakan-kerusakan akan menimpa manusia itu sendiri.
Mahasiswa merupakan kaum intelektual muda yang tentunya memiliki segudang ilmu dan energi yang mampu membawa bangsa ini menuju perubahan hakiki, yaitu perubahan menuju diterapkannya Islam sebagai satu-satunya sistem yang mengatur negeri ini. Di tangan pemuda perubahan akan terjadi. Jadi, masihkah kamu berharap pada sistem buatan manusia ini? Wallahu a'lam.[]
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected].