“Barang siapa yang datang kepadamu dengan kebenaran maka terimalah kebenaran itu darinya, meskipun ia adalah orang yang jauh dan dibenci. Dan barang siapa yang datang kepadamu dengan kebatilan maka tolaklah, meskipun ia adalah orang yang dicintai dan dekat”. (Ibn Mas’ud)
Oleh: Ulfah Sari Sakti, S.Pi (Jurnalis Muslimah Kendari)
NarasiPost.com -- Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan pemberitaan Disdik Provinsi Bangka Belitung (Babel) yang menginstruksi siswa membaca buku Muhammad Al Fatih karya Felix Siauw, untuk meningkatkan minat literasi siswa. Kemudian belakangan kebijakan tersebut dibatalkan.
Melansir Viva.co.id, surat bernomor 420/11.09.F Disdik tertanggal 30 September 2020 itu ditujukan kepada seluruh Kepala SMA/SMK se-Provinsi Bangka Belitung yang ditandatangani Muhammad Soleh, Kepala Dinas Provinsi Bangka Belitung.
Namun baru sehari surat instruksi tersebut viral di media sosial, langsung diklarifikasi Dinas Pendidikan terkait. Melalui akun Twitter Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Jumat, 2 Oktober 2020, merilis pembatalan surat instruksi sebelumnya.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bangka Belitung, Muhammad Soleh mengaku teledor membuat surat edaran ke seluruh SMA/SMK untuk membaca buku Muhammad Al Fatih. Soleh mengatakan bahwa dia tidak mengetahui jika salah satu buku wajib bagi siswa untuk belajar di rumah di masa Pandemi Covid-19 merupakan karya aktivis HTI.
Ketua PWNU Babel, KH Jaafar Siddiq mengatakan, PWNU sudah mengirimkan surat keberatannya kepada Gubernur Babel. Dia mengatakan kewajiban membaca buku karangan Felix Siauw dinilai memiliki agenda terselubung (InewsBabel.id, 2/10/2020).
Senada itu, politikus Anggota DPR RI dari PDI-P, Ahmad Basarah mengkritik keluarnya instruksi dari Kepala Dinas Provinsi Bangka Belitung. Basarah sebut penulis buku adalah tokoh organisasi yang dibubarkan pemerintah HTI (portalislam.id/4/10/2020).
Larang Mempelajari Sejarah Kegemilangan Islam, Tanda Islamofobia
Berbeda dengan politikus PDI-P, politikus Gerindra, Fadli Zon mengatakan bahwa politisi yang takut siswa membaca Buku Al Fatih terjangkit Islamofobia.
“Sultan Mehmed II atau Al Fatih adalah pahlawan besar umat Islam menaklukan Konstatinopel pada 1453. Waktu itu usianya masih 21 tahun,” ungkap Anggota Komis I DPR-RI, Fadli Zon melalui akun Twitter-nya.
Karena itu Fadli merasa heran jika ada politisi apalagi Muslim sampai takut siswa di Indonesia membaca sejarah Al Fatih. Fadli menduga hal itu karena islamofobia yang sudah menjangkit di kalangan tertentu (dailynewsindonesia.com, 7/10/2020).
Keteladan Muhammad Al Fatih
Ditaklukannya Kontatinopel oleh Muhammad Al Fatih, bukan merupakan perkara yang mudah, mengingat pemimpin dan panglima tentara Islam sebelumnya tidak ada yang mampu menaklukannya. Hanya sebaik-baik pemimpinlah yang akan menaklukannya.
Seperti sabda Rasulullah saw, “Kota Konstatinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan” (HR Ahmad bin Hanval Al Musnad).
Selain mahir dalam taktik perang, Muhammad Al Fatih juga merupakan ahli ibadah. Sehari sebelum berlangsungnya perang, dirinya meminta semua pasukan untuk berpuasa pada siang hari dan tahajjud pada malam harinya sebelum berperang, untuk meminta kemenangan kepada Allah.
Kesalehannya terbentuk karena sejak usia 8 tahun, telah menghafal Al-Qur’an dan menguasai tujuh bahasa yaitu Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Parsi dan Ibrani.
Muhammad Al Fatih memiliki keinginan yang kuat untuk menaklukan Konstatinopel atas didikan orang tuanya, yang mana setiap hari ayahnya (Sultan Murad) mengajak Al Fatih duduk di puncak menara masjid yang tertinggi, lalu Sultan menunjuk tangannya jauh di sebuah cakrawala sambil berkata, ”Mehmed, lihatlah! Di depan, jauh di depan sana, di sanalah Konstatinopel. Kota itu adalah salah satu pusat dari kekufuran. Ibu Kota Romawi Timur yang sangat kuat. Kota itu akan jatuh ke dalam kekuasaan Islam. Dan engkaulah, Insya Allah, yang akan menaklukannya kelak."
Selain itu Sultan Murad memberikan guru terbaik untuk Al Fatih. Sejak kecil beliau telah diajari oleh ulama besar yang nasabnya tersambung sampai pada sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq, Syaikh Aaq Syamsuddin.
Menerima Kebenaran dari Siapapun
Sehubungan dengan buku yang ditulis Felix Siauw tentang Muhammad Al Fatih, sebaiknya tidak dikaitkan dengan ormas tertentu. Mengingat isi dari buku Felix Siauw tidak ada yang bertentangan dengan sejarah asli Muhammad Fatih yang ditulis oleh penulis-penulis lainnya, sehingga otomatis terbantahkan adanya misi terselubung dalam buku tersebut.
Apalagi dalam Islam, kita diminta untuk menerima kebenaran dari siapa pun. Dari Ali Ibn Abi Thalib, bahwa beliau berkata,” Janganlah mengenal kebenaran itu berdasarkan individu-individu tertentu. Kenalilah kebenaran itu niscaya engkau akan mengenal pemiliknya”.
Dari Ibn Mas’ud, beliau berkata, “Barang siapa yang datang kepadamu dengan kebenaran maka terimalah kebenaran itu darinya, meskipun ia adalah orang yang jauh dan dibenci. Dan barang siapa yang datang kepadamu dengan kebatilan maka tolaklah, meskipun ia adalah orang yang dicintai dan dekat”.
Semoga saja bukan karena tekanan dari pihak tertentu, sehingga Disdik Provinsi Babel melupakan esensi dari sejarah kegemilangan Islam, khususnya jihad dalam penaklukan Konstatinopel. Semoga ke depannya kebijakan yang diambil lebih arif dan bijaksana lagi, sehingga akan lahir generasi muda Islam yang gemilang di negara ini. Wallahu’alam bishawab.[]
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected] atau melalui pesan WhatsApp ke nomor +61452 068 210.