Iman dan negara memang memiliki korelasi yang kuat, jika negara tersebut adalah negara beriman. Namun jika negaranya liberal atau sekuler, maka sebaliknya, kaum muslimin justru seringkali terancam.
Oleh: Ratna Kurniawati (Aktivis Remaja)
NarasiPost.com -- Publik kembali dihebohkan dengan film pendek My Flag “Merah Putih vs Radikalisme” di kanal Youtube NU Channel yang tayang 22 Oktober 2020. Film berdurasi 8 menit bercerita tentang Merah Putih versus Radikalisme yang diperankan oleh Gus Muwaffiq dan santri NU Talent.
Film tersebut menceritakan tentang perjuangan para santri menjaga kedaulatan negara. Mereka berjuang sekuat tenaga melindungi kehormatan bendera Merah Putih. Dalam film tersebut pada menit ke 3 ada adegan ketika para santriwati bertarung melawan beberapa wanita bercadar. Para santriwati menang dalam pertarungan tersebut kemudian mereka membuka paksa cadar lawan mereka dan membuangnya.
Adegan tersebut memantik kemarahan publik lantaran dinilai merendahkan para wanita bercadar. Hal ini yang memantik kemarahan mayoritas umat Islam, seakan menjustifikasi cadar dan celana cingkrang identik dengan radikalisme.
Ironis, narasi radikalisme dalam film ini seolah ditujukan kepada beberapa santri lain yang bercelana cingkrang dan bercadar, serta membawa bendera hitam putih. Tentu saja narasi ini (jika benar) sangat menyesatkan. Sebab celana cingkrang dan cadar adalah bagian dari ajaran Islam, meski empat imam mazhab beda pendapat.
Cadar jelas bukan bagian dari simbol radikalisme. Radikalisme sendiri adalah narasi kafir Barat yang dihembuskan untuk menghadang kebangkitan Islam. Berbagai kritikan tajam memenuhi kolom komentar di film tersebut. Salah satunya, "Astaghfirullah… Kenapa buat film kok ada adegan sesama saudara Islam berkelahi apalagi masalah cadar dan cingkrang? Apa salahnya?"
Dikutip dari RMOL Jatim, NU sendiri, menurut Kiai Luthfi, mengakui bahwa cadar termasuk ajaran syariat. Kiai Luthfi lantas mengutip salah satu tulisan di NU Online di mana Syekh Syarqawi menulis, “Adapun aurat perempuan di luar salat dari sisi pandangan laki-laki lain terhadap dirinya adalah seluruh badannya, sampai wajah dan kedua telapak kakinya.”
“Di sini jelas, maka siapapun yang menghina cadar hukumnya adalah murtad,” sebut Kiai Luthfi.
Menengok Lagi
Muncul pertanyaan dalam benak, kenapa harus santriwati bercadar dan santri bercelana cingkrang? Hal ini tentu akan menggiring opini untuk framing jahat bahwa santriwati bercadar dan santri bercelana cingkrang identik dengan radikalisme dan anti NKRI. Framing jahat ini juga akan membuat masyarakat untuk memusuhi dan membenci muslimah bercadar. Hal ini akan memberikan angin segar kepada kafir penjahat untuk ikut-ikutan menyerang celana cingkrang.
Film nasionalisme dari pesantren justru digambarkan dengan sosok-sosok santri yang memusuhi saudara seiman yang memiliki perbedaan pendapat. Bukankah perbedaan dalam Islam adalah rahmat? Perkelahian antar santri dalam adegan film ini, selain melecehkan institusi pesanten juga berpotensi menimbulkan rasa permusuhan dan kebencian sesama Muslim. Mengapa sesama Muslim digambarkan sebagai musuh, bukan saudara.
Padahal Allah SWT dalam firmanNya menegaskan bahwa sesama Muslim adalah bersaudara dan tidak boleh saling mengolok-olok.
Perhatikan firmanNya :
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (QS Al Hujurat : 10).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (QS Al Hujurat : 11).
Karena itu seorang muslimah tak bercadar tak sepatutnya mengolok-olok muslimah bercadar. Muslim yang tak bercelana cingkrang tak selayaknya melecehkan Muslim bercelana cingkrang, sebab bisa jadi mereka lebih baik dari yang mengolok-olok. Cadar sendiri adalah bagian dari ajaran Islam.
Dalam sistem negara Islam, iman dan kepercayaan rakyat justru dijaga dengan baik, sementara iman kaum muslimin justru seringkali terancam di negeri ini. Negara seringkali membiarkan berbagai bentuk penistaan atas Islam dan kaum muslimin. Lihatlah harmonisasi pluralitas dalam daulah Madinah yang dipimpin Rasulullah. Iman dan negara memang memiliki korelasi yang kuat, jika negara tersebut adalah negara beriman. Namun jika negaranya liberal atau sekuler, maka sebaliknya, kaum muslimin justru seringkali terancam.
Di berbagai negara, umat Islam yang ingin menjalankan keyakinannya justru sering kali dituduh sebagai kaum radikal, bahkan dituduh teroris. Wallahu a'lam bishshawab.[]
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected].