Sinkretisme di Balik Kunjungan Paus

Sinkretisme di Balik Kunjungan Paus

Sinkretisme dalam pandangan Islam merupakan paham yang dapat mencemari tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus disembah.

Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Heboh diberitakan berbagai media, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi pusat perhatian. Pemimpin tertinggi umat Katolik yang bertakhta di Vatikan tersebut sedang mengadakan lawatan ke berbagai negara di Asia-Pasifik, termasuk Indonesia sebagai negara pertama yang dikunjungi. Sebelumnya, 35 tahun silam, Indonesia pernah dikunjungi Paus Yohanes Paulus II pada 1989.

Hanya saja, kunjungan paus kali terkesan berbeda dan disambut secara berlebihan. Salah satunya, acara keagamaan di Masjid Istiqlal terasa bernuansa gereja dan adanya larangan suara azan di televisi yang diganti sekadar teks berjalan. Pasalnya, dianggap akan mengganggu acara mereka. Selain itu, pemerintah melalui Menkominfo menyerukan agar televisi menayangkan acara misa secara langsung.

Sebagaimana diketahui, bahwa kunjungan Paus Fransiskus sering dijadikan momen penting untuk mempromosikan paham sinkretisme dengan dalih toleransi umat beragama dan perdamaian dunia. Oleh sebab itu, kunjungan rohaniwan kristiani bukan sekadar kunjungan biasa yang tidak memberikan pengaruh pada kebijakan publik negara-negara sekuler, terutama berkenaan dengan penyebaran paham sinkretisme.

Dalam hal ini, paham sinkretisme adalah pencampuran atau penggabungan dua atau lebih kepercayaan, praktik, atau ideologi yang berbeda menjadi satu bentuk yang baru. Dalam konteks agama, sinkretisme sering terjadi ketika ajaran atau ritual dari agama yang berbeda digabungkan, menciptakan suatu bentuk kepercayaan yang bercampur-aduk. Meskipun mungkin terlihat seperti upaya untuk menyatukan atau menghormati perbedaan, sinkretisme dalam Islam dianggap sangat berbahaya karena dapat merusak kemurnian ajaran Islam yang murni.

Sindiran Politik

Selain itu, sambutan yang berlebihan terhadap tokoh yang menjadi simbol dominasi komunitas nonmuslim ini sering kali menimbulkan pertanyaan tentang sikap dan prioritas negara yang mayoritas muslim dalam merespons kunjungan tokoh agama dari komunitas mereka sendiri.

Sebagai contoh, sambutan meriah yang diberikan kepada Paus Fransiskus bisa terlihat kontras jika dibandingkan dengan kunjungan tokoh agama muslim terkemuka, seperti Mufti Al-Azhar Mesir. Dalam beberapa kasus, meskipun Mufti Al-Azhar merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam dunia Islam dan memiliki peran yang signifikan dalam menentukan arah kebijakan dan pandangan keagamaan, kunjungan beliau sering kali dianggap sebagai peristiwa biasa saja. Ini menimbulkan sindiran bahwa ada ketimpangan dalam cara negara mayoritas muslim tersebut menghargai tokoh agama dari luar agama mereka dibandingkan dengan tokoh agama mereka sendiri.

Sindiran ini bisa ditafsirkan dalam beberapa cara:

Pertama, ada yang berpendapat bahwa sambutan berlebihan terhadap Paus Fransiskus lebih didorong oleh tekanan politik internasional atau keinginan untuk memperbaiki citra di mata dunia Barat. Ini bisa dilihat sebagai upaya untuk menunjukkan dan toleransi terhadap agama lain, yang secara strategis menguntungkan di kancah diplomasi global. Namun, di sisi lain, sikap yang lebih "biasa saja" terhadap kunjungan tokoh agama muslim sendiri bisa menunjukkan ketidakpedulian atau bahkan ketidakpercayaan terhadap nilai-nilai yang mereka anut secara internal.

Kedua, sindiran politik ini juga mencerminkan ketegangan internal di negara-negara tersebut, di mana ada perbedaan pandangan mengenai identitas keagamaan dan nasional. Beberapa pihak mungkin merasa bahwa sambutan berlebihan terhadap Paus Fransiskus menandakan adanya ketergantungan yang tidak proporsional pada kekuatan eksternal, sementara pihak lain melihatnya sebagai langkah positif menuju perdamaian dan kerja sama antaragama.

Kunjungan Paus Fransiskus ke negara mayoritas muslim, meskipun membawa pesan perdamaian, seharusnya tidak menutupi pentingnya menghormati tokoh-tokoh agama yang juga memiliki peran besar dalam masyarakat tersebut. Dengan cara ini, dialog antaragama tidak hanya menjadi alat diplomasi, tetapi juga cerminan nyata dari dominasi sekularisme dalam memaksakan ide-idenya, sehingga wajar Paus Fransiskus mengatakan bahwa homo seksual bukan sebuah kejahatan. (CNBCIndonesia.com, 26-1-2023)

Bahaya Sinkretisme

Sinkretisme dalam pandangan Islam merupakan paham yang dapat mencemari tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Ketika seseorang mulai mencampurkan ajaran-ajaran dari agama lain ke dalam Islam, hal ini dapat menyebabkan penyimpangan dari ajaran-ajaran yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sinkretisme dapat berbentuk praktik-praktik ibadah yang tidak ada dasarnya dalam Al-Qur'an dan hadis atau kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

Tauhid adalah inti dari ajaran Islam, yaitu keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Ketika ajaran atau ritual dari agama lain dimasukkan ke dalam praktik Islam, ini bisa mengarah pada syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan yang lain. Syirik adalah dosa besar dalam Islam, dan Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur'an, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya" (QS. An-Nisa: 48).

Selain itu, sinkretisme dapat menyebabkan kebingungan dan ambiguitas dalam memahami Islam. Ketika elemen-elemen dari kepercayaan lain dicampurkan, batas-batas antara yang benar dan yang salah menjadi kabur. Hal ini dapat membuat umat Islam kehilangan identitas keislaman mereka, karena praktik dan keyakinan yang bercampur tersebut bisa jadi tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni.

Baca: moderasi-beragama-adakah-dalam-islam

Dengan menggabungkan ajaran dari berbagai agama, seseorang dapat dengan mudah tersesat dari jalan yang benar. Penyimpangan akidah bisa terjadi ketika seseorang percaya bahwa semua jalan menuju Tuhan adalah sama, padahal Islam menegaskan bahwa jalan yang benar adalah Islam. Allah Swt. secara tegas menyatakan, bahwa siapa yang mencari agama selain dari Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran: 85).

Oleh karena itu, ketika umat Islam mulai mengadopsi praktik-praktik yang bukan berasal dari Islam, hal ini dapat melemahkan kekuatan dan persatuan umat. Perbedaan dalam praktik ibadah dan keyakinan dapat menyebabkan perpecahan di antara umat Islam, yang pada akhirnya merugikan mereka sendiri. Allah memerintahkan umat Islam untuk bersatu dan tidak bercerai-berai, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai." (QS. Ali Imran: 103).

Wallahu'alam bish Shawwab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Maman El Hakiem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Syariat Parsial di Afganistan Menyengsarakan Perempuan
Next
Kala Cinta Menyapa Ananda
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
13 days ago

[…] Baca: sinkretisme-di-balik-kunjungan-paus […]

trackback
26 days ago

[…] Baca: sinkretisme-di-balik-kunjungan-paus […]

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
28 days ago

Barakallah pak Maman. Artikelnya selalu memberikan pencerahan.
Saatnya umat Islam makin disadarkan untuk Bangga ber Islam kaffah, jangan latah, sampai menggadaikan akidah, naudzubillah.

Yuli Sambas
Yuli Sambas
28 days ago

Simbol dominasi komunitas non-muslim di negeri mayoritas muslim. Sangat ironis.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram