Program MBG, Rawan Kepentingan Swasta

Program MBG, Rawan Kepentingan Swasta

Tentu saja, tidak ada makan siang gratis. Pemerintah mesti memikirkan adanya kepentingan swasta di balik sokongannya untuk Program MBG.

Oleh. Dyah Pitaloka
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto berencana melibatkan sektor swasta untuk berkontribusi dalam pendanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu janji kampanye utamanya. Program ini diharapkan mampu mengatasi masalah stunting dan gizi buruk yang masih tinggi di Indonesia.

DPR telah mengesahkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang akan dijalankan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto dan wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka. Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama pemerintah juga menyetujui penambahan anggaran belanja negara untuk mendukung program-program Prabowo-Gibran, termasuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan alokasi sebesar Rp71 triliun.

Sebelumnya, Tim Prabowo-Gibran memperkirakan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan memerlukan anggaran sekitar Rp100—120 triliun per tahun. Program ini dijadwalkan mulai berjalan pada 2 Januari 2025 dengan target penerima sebanyak 15,42 juta orang, termasuk anak sekolah, santri, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita di 514 kabupaten/kota. Makanan yang disediakan dalam program ini akan memenuhi standar kecukupan gizi, mencakup protein, vitamin, mineral, dan energi.

Rencana Patungan Swasta

Dengan besar anggaran di bawah rencana semula, pemerintah tentu saja akan berupaya mencari sumber dana dari luar APBN. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyatakan bahwa sektor swasta dapat berkontribusi melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Dadan menambahkan bahwa keterlibatan swasta sangat memungkinkan, mengingat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2024 tentang Badan Gizi Nasional menyebutkan bahwa pendanaan lembaga ini dapat berasal dari sumber lain yang tidak mengikat. (suara.com, 18/9/24) Ketidakmampuan RI secara ekonomi membuat pemerintah berpikir pragmatis dengan menggandeng swasta untuk menyokong dana bagi Program MBG.

Tentu saja, tidak ada makan siang gratis. Pemerintah mesti memikirkan adanya kepentingan swasta di balik sokongannya untuk Program MBG. Pemerintah harus memberikan “tanda terima kasih” pada perusahaan yang memberi bantuan dana. Rakyat juga harus bersiap menjadi korban bagi kepentingan swasta.

Mengkritisi Sokongan CSR dalam Program MBG

Bukan hanya rencana, dalam uji coba program Makan Siang Gratis pun Prabowo-Gibran sudah mulai mengajak pihak swasta untuk menggelontorkan dana CSR. Hal ini mengusik makna dari CSR sendiri yang notabene adalah dana yang wajib dikeluarkan oleh perusahaan ekstraktif. Dana CSR difungsikan untuk memperbaiki lingkungan sekitar perusahaan yang terdampak, sebagai dana pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah perusahaan, dan lainnya.

Selain itu, besar dana CSR dari setiap perusahaan biasanya tidak lebih dari 5% dalam laba yang diperoleh oleh perusahaan. Dengan demikian, besaran dana sokongan CSR bagi program MBG tentu tidak signifikan. Justru kebijakan tersebut akan membuat perusahaan harus merogoh kocek lagi karena ada peruntukan khusus dari dana CSR yang tidak terpenuhi.

MBG Kewajiban Negara

Program MBG untuk mengentaskan stunting dan gizi buruk di negeri ini sebetulnya merupakan tanggung jawab pemerintah. Bukan hanya Indonesia, negara-negara internasional seperti Finlandia dan Swedia juga sudah memberlakukan makan siang gratis bagi siswa sejak lama.

Hal positif seperti ini bahkan menjadi bagian jaminan yang digagas oleh Komisi Eropa pada 2021. Jaminan tersebut terangkum dalam European Child Guarantee yang intinya setiap negara di Eropa diharapkan bisa memberi jaminan pendidikan, perawatan, tempat tinggal, termasuk nutrisi (dalam hal ini makanan) bagi anak-anak. (cnnindonesia.com, 20-02-2024)

Pemenuhan nutrisi dengan makanan bergizi, khususnya bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memang tanggung jawab negara. Sayangnya, hal ini tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah. Anggaran yang disahkan pemerintah bahkan jauh dari kata cukup. Terlebih, harga bahan kebutuhan pokok saat ini makin meroket.

Solusi Pragmatis Makan Bergizi Gratis

Awalnya program MBG ditujukan sebagai solusi agar nutrisi rakyat dapat dipenuhi. Seharusnya pemerintah dapat mencermati bahwa akar masalah tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi rakyat adalah karena rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat. Tingginya PHK dan kurangnya lapangan kerja adalah dua contoh alasan yang menyebabkan nutrisi generasi tidak terpenuhi. Ekonomi yang stabil seharusnya menjadi prioritas negara sehingga negara bisa mampu memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya.

Makin sejahtera rakyat maka kebutuhan nutrisi seimbang bagi generasi pasti akan terpenuhi. Namun, hal ini tidak akan terwujud dalam sistem demokrasi kapitalisme. Pemerintahan kapitalis tidak hadir untuk melayani dan menyejahterakan umat. Solusi yang diambil adalah solusi pragmatis, yakni dengan menyediakan makanan gratis.

Islam Mampu Memenuhi Nutrisi Umat

Dalam Islam, pemenuhan kebutuhan pokok setiap warga negara adalah tanggung jawab negara. Sistem pemerintahan Islam (Khilafah) menjamin kebutuhan pokok warga negara, yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Khilafah hadir untuk menjaga ketahanan pangan yang merupakan salah satu elemen utama yang harus dipenuhi negara. Oleh karena itu, kemandirian dan ketahanan pangan adalah target utama yang harus dicapai oleh Khilafah.

Islam memiliki pandangan dan konsep yang sangat berbeda dari kapitalisme. Pangan bukan hanya dilihat sebagai persoalan ekonomi, tetapi juga terkait aspek politik yang memengaruhi kestabilan negara. Hanya negara yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunah yang dapat menangani persoalan pangan secara komprehensif. Kebijakan yang diambil akan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan rakyat, bukan untuk kepentingan pengusaha besar seperti yang terjadi saat ini. Fokus kebijakan bukan semata mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi untuk memastikan pangan tersedia bagi semua lapisan masyarakat hingga ke tingkat individu.

Negara Islam yang mengikuti tuntunan Rasulullah saw. akan mengimplementasikan kebijakan yang menyentuh semua aspek. Dimulai dari penguatan akidah hingga penerapan sistem ekonomi Islam dalam pengelolaan kepemilikan dan muamalah. Sektor-sektor seperti perikanan dan kelautan akan diserahkan kepada tenaga ahli dengan dukungan penuh dari negara. Dengan begitu, persoalan pangan, khususnya pemenuhan nutrisi umat, dapat diselesaikan secara menyeluruh di bawah kepemimpinan Khilafah.

Khilafah Mampu Memberi MBG

Program MBG memang membutuhkan dana fantastis sehingga butuh anggaran besar dalam memenuhinya. Sistem Islam membuktikan kedigdayaannya dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) sehingga keuntungannya mengalir ke rakyat. Dalam Islam, barang tambang yang melimpah seperti migas, emas, perak, tembaga, batu bara, nikel, dll. wajib dikelola negara untuk kemaslahatan rakyat. Penguasa wajib menjaga harta yang dikelola negara untuk sampai sepenuhnya pada rakyat.

Baca: Program Makan Gratis Harus Realistis

Rasulullah saw. bersabda, “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Maksudnya, kaum muslim dapat bekerja sama untuk mengelola ketiga hal di atas untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian, program MBG dapat didanai oleh negara dalam sistem Islam tanpa perlu dibantu oleh swasta. Khilafah Islam mewujudkan kemandirian negara sehingga terhindar dari kepentingan swasta atau asing. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Dyah Pitaloka/ Tim Penulis Inti NP
Dyah Pitaloka Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Balas Dendam terhadap Swedia, Pantaskah?
Next
Lavender Marriage, Merusak Kesucian Pernikahan
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Netty
Netty
13 days ago

Kebijakan setengah hati memang. Ingat prinsip tidak ada makan siang gratis

Rasti Astria
Rasti Astria
14 days ago

Sepertinya sih kayak perhatian, tetapi sebetulnya ya begitulah,, syulitt memepercayainya ,, demokrasi

Aniyatul Ain
Aniyatul Ain
15 days ago

Programnya setengah hati, makan siang gratis untuk cegah stunting tapi tidak dibarengi dengan penyediaan rumah layak bagi masyarakat, sanitasi yang layak, penyediaan air bersih, penyediaan lapangan pekerjaan untuk ayahnya.

Ibarat kata kalau nutrisinya terpenuhi tapi tangan anaknya kotor karena gak ada air bersih, nutrisi/gizi yg dimakan anak bakal dimakan cacing. Mal nutrisi juga ujungnya. Yuk serius ngurus rakyat jangan main2. Pajak yang disetorin rakyat juga gak main2...

Novianti
Novianti
15 days ago

Betul. Program MBG bakal.jadi program sesaat. Sulit diterapkan di tengah APBN hampir 50% nya untuk utang dan bunga. Lalu perusahaan pun apakah bakal rela memberikan?

Sartinah
Sartinah
15 days ago

Tugas pemerintah itu memastikan seluruh kebutuhan rakyatnya terpenuhi, tak hanya soal makan. Andai negeri ini mengelola SDA secara mandiri menggunakan konsep Islam, pasti tidak akan kelimpungan mencari pendanaan untuk pembiayaan kebutuhan rakyat.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
15 days ago

Benar, makan siang gratis hanyalah solusi pragmatis dengan biaya bombatis di tengah karut marutnya sistem pendidikan saat ini

Deena
Deena
16 days ago

Pangan merupakan kebutuhan pokok yg wajib dipenuhi oleh negara secara tidak langsung. Bukan hanya cukup secara kuantitas, tetapi juga pangan yg layak, yakni yg halal dan thayib (baik, sehat, bergizi).
Tak perlu dijanjikan, tetapi wajib diselenggarakan oleh negara agar seluruh rakyat dapat tercukupi kebutuhan pangannya.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
16 days ago

Ya kok aneh bikin program Makan Bergizi Gratis (MBG) kok cari dana dengan menggandeng pendanaan dari swasta dan menambah beban APBN. Rakyat lagi nih yang harus digenjot. Roda pemerintahan berjalan karena dari hasil pajak rakyat. Hello padahal negara kaya akan SDA kenapa enggak diolah sendiri?

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram