Fenomena Suicidal Thought Mengancam Generasi

Fenomena Suicidal Thought Mengancam generasi

Fenomena suicidal thought ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan siapa pun yang peduli terhadap masa depan generasi

Oleh. N' Aenirahmah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ada sebuah teori sederhana yang mengatakan "Jika ingin melihat kondisi dan nasib suatu negara di masa yang akan datang, maka lihatlah generasi mudanya". Artinya kondisi generasi muda bisa menjadi tolok ukur keberhasilan atau kegagalan sebuah sistem pendidikan.

Dunia pendidikan Indonesia sedang berkabung. Rentetan kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa tersebar di beberapa kota di Indonesia, seperti: Jakarta, Semarang, Bandung, dan Bogor.

Universitas Diponegoro (Undip) sedang berkabung, karena kehilangan mahasiswa PPDS Anestesi (AR) yang mengakhiri hidup dengan cara menyuntikkan obat bius jenis Roculax. Ia ditemukan tewas di kamar kosnya pada Senin, 12 Agustus 2024. (JawaPos.com, 17-8-2024)

Kampus IPB University juga berkabung, karena Sulthan Nabinghah Roytan (SNR, 18 tahun) yang tercatat sebagai mahasiswa baru, melakukan gantung diri di kamar mandi sebuah penginapan OYO yang terletak di Dramaga Hijau, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Republika.co.id, Jumat, 9-8-2024)

Pelaku bunuh diri di dunia pendidikan, bukan hanya terjadi pada mahasiswa. Namun, terjadi pula pada anak di usia sekolah dasar. Kita masih ingat dengan kasus anak kelas 4 SD di daerah Jakarta yang menjatuhkan diri dari lantai 4 sekolahnya hingga berujung kematian. Kejadian lainnya adalah seorang bocah SD yang melakukan gantung diri karena HP-nya diambil atau dirazia oleh orang tuanya.

Publik saat itu sangat heran, kok ada bocah kecil yang terpikir untuk bunuh diri? Apakah gerangan yang menyebabkan anak ingusan itu terpikir untuk bunuh diri?

Kasus bunuh diri yang masih hangat pun terjadi di Desa Simpangan, Cikarang Utara. Siswi SMP nekat menabrakkan diri ke kereta api di Stasiun Lemahabang pada hari Selasa, 27 Agustus 2024. Mirisnya ia sempat menulis surat wasiat untuk ibunya, agar diketahui maksud mengakhiri hidupnya. (Viva.co.id, 30-8-2024)

Ternyata fenomena bunuh diri bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan menjadi fenomena yang terjadi di belahan dunia. Hal ini berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Internasional Association of Suicide Prevention (IASP) yang mencatat lebih dari 1 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya karena bunuh diri. Bahkan di AS kasus bunuh diri disebut sebagai penyebab kematian terbesar kedua pada remaja usia 12-19 tahun. Sungguh sebuah fakta yang sangat memprihatinkan.

Rentetan kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa dan anak usia sekolah menambah kelam dunia pendidikan. Bagaimana tidak, mahasiswa sebagai kalangan terpelajar dan intelektual yang dianggap matang dalam berpikir, nyata tidak mampu mengendalikan dirinya sehingga gelap mata mengakhiri hidup dengan cara yang tragis. Fenomena ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan siapa pun yang peduli terhadap masa depan generasi, seraya semua pihak mencari tahu faktor penyebab dan jalan keluarnya.

Fenomena Bunuh Diri, Apa Penyebabnya?

Jika dicermati, maraknya fenomena bunuh diri belakang ini tidak hanya dilakukan oleh kalangan yang terkategori tidak memiliki masa depan, atau karena impitan ekonomi. Perilaku bunuh diri juga telah menjangkiti kalangan orang-orang terpelajar, intelektual, artis, dan pengusaha yang notabene sarat harta dan popularitas. Di Bandung, ada pengusaha konfeksi yang mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Di kalangan artis top dunia, sebut saja Whitney Houston, Tomy Page, Robbie William, dan Anthony Bourdain juga mengakhiri hidup mereka dengan cara yang tragis.

Menurut dr. Nur Ainy Fardana sebagai pakar psikologi, setidaknya ada lima faktor yang membuat seseorang melakukan bunuh diri. Kelima faktor tersebut yaitu: kesehatan mental, kehidupan sosial yang tidak harmonis, permasalahan finansial, mengalami trauma yang berat, dan tuntutan gaya hidup. (Kompas.com, 21-11-2023)

Kelima faktor di atas tidak muncul dengan sendirinya. Namun, merupakan konsekuensi dari penerapan sistem sekuler kapitalisme. Sistem ini telah memenuhi ruang atmosfer dunia dengan racun yang mematikan, memorak-porandakan naluri dan akal yang fitrah.

Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan telah menjauhkan peran Tuhan. Maka, ketika manusia ditimpa problem kehidupan membuatnya labil, gangguan kecemasan, stres, berputus asa, lalu terbesitlah apa yang disebut fenomena 'suicidal thought' yaitu suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengakhiri hidup sendiri. Diawali kemunculannya dari perasaan, pemikiran, atau keinginan untuk mengakhiri hidup.

Padahal cobaan atau problem adalah sesuatu yang alamiah. Ketika manusia menjalani kehidupan, tentu akan berhadapan dengan ujian, cobaan, dan tantangan. Adakalanya ujian itu ringan, bagai riak-riak ombak kecil saja sehingga ketika berhasil diatasi dengan solusi tepat, ujian tipe ini justru mempermanis hidup itu sendiri. Namun, adakalanya juga ujian itu besar dan berat, bagaikan ombak tsunami yang bisa mengubur cita, cinta, dan harapan. Maka yang demikian dibutuhkan kerja keras dan memeras otak dalam mencari solusinya. Sebenarnya ada faktor lain yang sangat penting yang harus dihadirkan ketika menghadapi masalah, yakni sikap rida, sabar, dan tawakal, seraya memohon kepada Zat Yang Memiliki Kekuatan dan Maha Sempurna, Dialah Allah Swt.

Namun dalam atmosfer sekuler yang menihilkan peran Tuhan, sikap rida, sabar, dan tawakal ini tidak muncul. Akibatnya bagi jiwa-jiwa yang labil akan mudah mengambil sikap yang pesimis dengan mengakhiri hidup atau istilah yang populer 'suicidal thought' atau bunuh diri.

Padahal manusia telah dibekali akal. Dengan akalnya manusia akan berinovasi mencari jalan untuk memecahkan masalah. Pada dasarnya tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, pasti ada jalan keluarnya, dan badai pasti berlalu.

Lalu mengapa ada manusia yang tidak menyadari potensi dalam dirinya, malah mengambil jalan pintas dengan 'suicidal thought' atau bunuh diri?

Pertama, penerapan sistem pendidikan sekuler telah melahirkan individu yang labil, karena meniadakan peran Tuhan dalam kehidupan dunia. Bisa jadi tingkat intelektualnya tinggi, tetapi secara rohaninya rapuh. Sistem sekuler telah gagal melahirkan generasi yang memiliki keimanan yang kuat, mental yang sehat, dan visi hidup yang jelas. Sistem sekuler kapitalis mendorong manusia untuk senantiasa meraih kesenangan duniawi, sehingga mereduksi tujuan penciptaannya sebagai hamba dari Tuhannya.

Kedua, perkembangan kemajuan teknologi telah memainkan peran dalam sikap memisahkan agama dari kehidupan. Gadget dan internet telah memengaruhi aspek psikologi dan perilaku generasi saat ini, bahkan menjadi candu jenis baru. Ketergantungan anak dan remaja pada internet membuatnya lebih agresif dan mudah tersinggung apabila aksesnya dibatasi. Keasyikan mereka di dunia maya telah memunculkan permasalahan baru, yakni berkurangnya interaksi di dunia nyata. Akhirnya mereka tak sedikit yang terisolasi dari lingkungan keluarga bahkan masyarakat. Dunia maya telah membentuk karakter generasi dengan gaya hidup dan budaya asing. Film, musik, dan segala produk kebebasan seperti judi online, pinjaman online, bahkan prostitusi online bisa diakses dengan mudah di medsos. Hal ini pula yang membuat generasi kehilangan arah dalam menentukan tujuan hidupnya.

Ketiga, pangkal utama dari semua problem kehidupan ini ketika negara menerapkan aturan buatan manusia. Seperti penerapan sistem ekonomi kapitalis, sistem pendidikan materialis, hingga sistem pergaulan liberalis.

Penerapan sistem ekonomi kapitalis telah menghalalkan sumber daya alam dikuasai para korporat. Sehingga kekayaan yang melimpah dari SDA hanya dinikmati oleh segelintir orang, sementara jutaan rakyat memperebutkan tetesan harta darinya dan terkena imbas kerusakan lingkungan.

Penerapan sistem kapitalis telah mengubah tujuan pendidikan dari mencetak generasi unggul menjadi bernuansa bisnis. Biaya pendidikan yang terus naik membuat rakyat miskin tidak mampu mencicipi pendidikan yang berkualitas. Pada akhirnya yang miskin tetap terpinggirkan, tidak bisa mengubah kondisinya dari ketertinggalan. Biaya pendidikan yang mahal hanya bisa diakses oleh orang kaya, sehingga mereka memiliki peluang mempertahankan bahkan meningkatkan level hidupnya.

Penerapan sistem pergaulan liberal telah melahirkan gaya hidup yang bebas tanpa aturan dan norma. Sehingga interaksi lawan jenis menjadi liar, pacaran, hamil di luar nikah, aborsi menjadi fenomena yang ikut memperparah kondisi sosial.

Telah nyata sistem sekularisme kapitalisme menjadi pangkal kerusakan seluruh sendi kehidupan. Inilah yang menjadi penyebab lunturnya kewarasan dalam berpikir dan bertindak. Seperti fitrahnya manusia yang berusaha mempertahankan hidup, bahkan ada yang berjuang untuk terus hidup, tapi di sisi lain justru ada segelintir orang yang memilih jalan mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Generasi Unggul Terlahir dari Sistem Islam

Kegelapan dunia akan berakhir, jika sistem Islam diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan. Islam mampu menjadi penerang dengan petunjuknya, Al-Qur’an. Islam juga mampu menjadi obat ketika syariatnya diterapkan. Dengan sistem Islam kaffah dijamin menciptakan kedamaian, kesejahteraan, dan keadilan.

Penerapan sistem Islam membutuhkan institusi negara. Negara sebagai pelaksana dan penjaga hukum-hukum Islam bisa terealisasi dengan sempurna. Negara Islam akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang tegak di atas landasan akidah Islam. Akidah Islam akan menjadi asas dalam menyusun kurikulum pendidikan, sistem pembelajaran, dan pengembangan ilmu dan teknologi.

Pada masa pemerintahan Islam lahirnya generasi-generasi yang unggul di bidang ilmu, sains, dan teknologi. Hal itu menjadikan mereka menguasai berbagai bidang ilmu (polymath). Di sisi lain, generasi yang lahir pada masa itu juga terkategori kuat keimanannya dan terbukti ketaatan dan kezuhudannya.

Di dalam sistem pemerintahan Islam, pendidikan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, karena bersifat gratis dengan kualitas yang sangat baik. Negara memfasilitasi infrastruktur dan sarana pendidikan yang mampu menunjang terlahirnya generasi yang unggul. Yang demikian itu karena ditopang oleh sistem ekonomi Islam yang diterapkan oleh negara. Di mana pendapatan negara terbesar dari hasil pengelolaan sumber daya alam oleh negara, dan hasilnya didistribusikan kepada rakyat dengan disediakan fasilitas pendidikan gratis.

Baca: bunuh-diri-marak-buah-sistem-rusak

Negara sebagai penanggung jawab dan pemelihara urusan rakyatnya. Dengan paradigma ini maka negara tidak akan berlepas tangan terhadap seluruh konten dan produk negatif yang bertentangan dengan akidah Islam di media sosial. Yang demikian itu karena interaksi di dunia maya sama dengan di dunia nyata. Segala hal yang dilarang seperti judi, riba, pornoaksi, dan pornografi terlarang juga di dunia maya.

Alhasil generasi terjaga dari virus-virus negatif yang memengaruhi cara berpikir dan bertindaknya. Ketika dunia menerapkan aturan Islam tidak akan ditemukan lagi orang-orang yang melakukan fenomena 'suicidal thought' atau bunuh diri, karena menyadari bahwasanya hal tersebut termasuk dosa besar yang harus dihindari. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
N' Aenirahmah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Crew Dragon Siap Menjemput Astronaut Terdampar
Next
Sidang Isbat Nikah, Solusi Hakiki?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram