“Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Al-Isra: 30)
Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Fenomena pasangan muda yang menerapkan gaya hidup yang disebut frugal living kian marak. Dikatakan bahwa frugal living adalah sebuah konsep hidup yang menekankan pada prioritas keuangan dan mampu mengatur arus pengeluaran uang secara detail. Kesadaran mindfulness saat mengeluarkan uang menjadi hal penting saat ingin menjalankan gaya hidup ini.
Hidup hemat atau frugal living menjadi viral lantaran media mengungkapkan adanya pasangan yang menjalani gaya hidup ini memiliki dampak yang sangat besar dalam kehidupan mereka. Dilansir dalam media viva.co.id, tanggal 20 Juli 2023 menyebutkan sebuah konten yang menjadi viral di media sosial tentang sepasang suami istri yang menerapkan frugal living hanya menggunakan uang 3,5 juta per bulan. Hingga mampu membeli rumah, mobil secara tunai, jalan-jalan, dan sebagainya. Tentu saja hal tersebut menjadi kontroversial karena hidup di kota besar, bahkan di desa sekalipun tidak akan pernah cukup hidup berlebihan jika masih menerima gaji seukuran UMR.
Memahami mengapa frugal living menjadi tren saat ini pasti memiliki alasan yang memicu mengapa gaya hidup ini muncul di masyarakat. Kerasnya kehidupan yang dijalani dan besarnya kebutuhan dalam rumah tangga membuat mereka harus memutar otak bagaimana caranya agar bisa hidup tercukupi dan terpenuhi segala kebutuhan keluarganya.
Gaya hidup frugal living bagi masyarakat dianggap sebagai pro dan kontra, karena melihat apakah gaya hidup ini nyata? Mungkinkah sesuai dengan kebutuhan hidup yang jelas begitu besar saat ini? Sebut saja, biaya bahan pokok makanan yang selalu naik harganya, biaya pendidikan sekolah dan kuliah terbaik melambung tinggi, biaya kesehatan yang semakin mahal, bahkan biaya parkir, maintenance kendaraan, listrik, gas, telepon, dan sebagainya jelas terpampang di depan mata. Karena sudah menjadi rahasia umum saat ini, kehidupan kita diatur oleh satu sistem yang membuat segalanya dinilai sebagai materi. Sistem kapitalisme yang membuat kebutuhan yang ada semakin melambung tinggi, bahkan negara pun belum mampu memberikan solusi dari permasalahan rakyatnya yang kesulitan dengan ekonomi. Itulah fakta yang ada di masyarakat kini.
Lalu, bagaimana mungkin gaya hidup frugal living menjadi masuk akal jika benar-benar diterapkan dengan fakta kebutuhan yang ada di sistem kapitalisme saat ini? Mari kita perhatikan dari unggahan yang dilakukan oleh para pelaku frugal living tersebut (viva.co.id, 20/7/2023) di mana gaji yang diterima seorang kepala keluarga setiap bulannya sebesar Rp3.500.000,- dengan pengeluaran dan daftar kebutuhan (selama tinggal di Purwakarta) sebagai berikut:
- Infak Rp200.000,-
- Kontrakan Rp500.000,-
- Dapur (minyak, gas, beras) Rp150.000,-
- Kebutuhan rumah Rp150.000,-
- Jajan dan bensin suami Rp200.000,-
- Listrik tanpa AC dan mesin Rp150.000,-
- Wifi Rp150.000,-
- Makan sebulan Rp800.000,-
- Hiburan Rp200.000,-
- Susu Rp200.000,-
- Menabung Rp500.000,-
- Iuran RT Rp35.000,-
Dan pengakuannya lagi, selama melakukan sistem gaya hidup hemat ini, mereka bisa merasakan staycation setahun sekali, membeli Iphone, jalan-jalan sekaligus makan di luar setiap dua minggu sekali, mengajak keluarga keluar kota setiap tahun untuk liburan. Usia pernikahan yang ke-3, bisa membeli mobil secara tunai, usia pernikahan yang ke-5 bisa membeli rumah, hingga menyekolahkan anak di sekolah favorit. Sungguh luar biasa jika memang ada yang mampu menerapkan gaya hidup seperti ini. Pendapatan tidak banyak tetapi capaian yang dihasilkan begitu luar biasa.
Gaya hidup hemat ini sebenarnya bukan satu hal yang salah atau dilarang dalam kehidupan seseorang, tetapi yang dipermasalahkan adalah antara penghasilan dan realitas kebutuhan seakan tidak sinkron di dalamnya. Tentu banyak masyarakat yang bertanya-tanya apakah benar, frugal living menjadi solusi tepat untuk hidup lebih baik dalam hal pencapaian materi?
Bahkan banyak yang memberikan komentar dan pendapatnya bahwa tidak ada bedanya frugal living dengan gaya hidup “pelit” yang sangat meminimalisasi kebutuhan sebenarnya daripada yang diuraikan, dengan yang dimaksud gaya hidup terstruktur atau terencana.
Islam Memandang Frugal Living
Pandangan Islam terkait gaya hidup tentu sudah memiliki tuntunan yang di contohkan oleh Nabi Muhammad saw. Jika umat manusia mengikuti cara hidup Rasulullah maka hidup yang terbentuk adalah hidup yang mencapai kebahagiaan, ketenangan lahir dan batin.
Islam memandang gaya hidup yang dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu gaya hidup Islam dan gaya hidup non-Islam. Gaya hidup yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman memiliki landasan yang mutlak dan kuat, yang tidak terbantahkan yaitu tauhid. Sedangkan gaya hidup non-Islam landasannya bersifat relatif, lemah, dan rapuh, yaitu syirik yang menjadi gaya hidup kebanyakan orang kafir.
Sistem Islam telah mengatur kehidupan manusia sesuai dengan yang Allah perintahkan sesuai syariat-Nya. Pedoman inilah yang membuat umat Islam membawa ketenangan dan kebahagiaan jiwa dan raganya. Salah satunya adalah sikap kanaah yaitu sikap rela, ikhlas menerima, dan merasa cukup dengan apa yang telah dihasilkan atau diusahakannya. Sikap kanaah ini juga mengajarkan manusia untuk menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Orang-orang yang memiliki sikap ini senantiasa memiliki pendirian yang kuat, bahwa apa yang didapatnya atau yang ada pada dirinya adalah kehendak Allah dan mencapainya dengan cara berusaha dan mencari rida-Nya.
Allah Swt. berfirman surah Al-Isra ayat 30:
اِنَّ رَبَّكَ يَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ يَّشَآءُ وَيَقۡدِرُؕ اِنَّهٗ كَانَ بِعِبَادِهٖ خَبِيۡرًۢا بَصِيۡرًا
“Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya.”
Dalam Islam, cara mengatur keuangan agar mampu memenuhi kebutuhan keluarga yaitu dengan mengatur keuangan yang masuk akal dan tidak menzalimi diri dengan maksud berhemat atau irit sekalipun. Karena dalam daulah Islam, pemimpin umat seperti khalifah akan senantiasa mengontrol warga negaranya agar tidak ada yang kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan pokok hidupnya. Sehingga, uang yang ditabung dapat dijadikan sebagai modal usaha berdagang, membeli kebutuhan penunjang aktivitas seperti mobil, dan pergi ke luar negeri dalam rangka mencari wawasan lebih luas akan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan sekadar rihlah sekaligus berdakwah menikmati alam ciptaan Allah Swt.
Cara mengatur keuangan dalam Islam antara lain:
- Mengurangi utang.
- Menyisihkan uang untuk modal.
- Menabung.
- Memiliki dana darurat.
- Menyisihkan zakat, infak, dan sedekah.
- Hidup sederhana, kanaah.
Inilah gaya hidup Islam yang semestinya dilakukan oleh generasi mana pun. Gaya hidup ini bisa diaplikasikan oleh semua pihak, karena maslahatnya sama dengan yang dihasilkan.
Adapun sebagai umat Islam, kepribadian dan ketaatan yang berkaitan dengan akidah memengaruhi gaya hidup real seorang muslim yang menciptakan keharmonisan, keseimbangan antara kehidupan di dunia yang sejahtera juga keselamatan di kehidupan akhirat kelak, di antaranya:
- Salat tepat waktu dan beribadah secara rutin, di mana salat adalah tiang agama dan menunaikan amalan yang bernilai di hadapan Allah.
- Memiliki dan menjaga hubungan baik dengan keluarga dan masyarakat. Dengan saling menghormati orang tua, menjaga hubungan baik sesama muslim dan nonmuslim.
- Menjaga kebersihan.
- Mengonsumsi makanan halal.
- Berpakaian sopan dan menjaga aurat.
- Menjaga perilaku yang baik dan memiliki kepribadian Islam.
Saatnya umat beralih kepada gaya hidup yang sesuai dengan fitrah dan syariat-Nya. Tidak perlu memaksakan diri dalam gaya hidup yang diciptakan oleh sistem kapitalisme, karena mereka memang terbukti tidak mampu memenuhi fitrah manusia untuk bisa terpenuhi kebutuhannya secara fungsional dan tidak dengan menzalimi dalam prosesnya, hanya demi meraih materi yang dikejar dan bernilai dunia saja. Materi yang bisa memberikan kebahagiaan sesaat, dan tidak memiliki nilai manfaat dalam akhiratnya.
Gaya hidup Islam ini dapat dinikmati dan dijalani oleh seluruh kalangan masyarakat. Tidak hanya sebatas muslim, bahkan nonmuslim pun dapat menjalani gaya hidup ini. Sejatinya, hanya sistem Islam Kaffahlah yang mampu mewujudkan gaya hidup hakiki. Karena Islam adalah kebahagiaan dunia akhirat dengan aturan yang sempurna dan paripurna bagi makhluk-Nya. Wallahu a’lam bishawab.[]
Dari awal kemunculan gaya hidup ini, rasa aneh. Karena biaya kebutuhan hidup sehari-hari untuk skala pokok aja makin mahal. Itu lebih ke arah pelit banget. Maka menerapkan gaya hidup sesuai Islam adalah yang terbaik.
Hem, kalau liat catatan di atas, nabung tiap bulan 500rb tapi bisa beli rumah di usia 5 tahun pernikahan apakah benar? Sedangkan kalau dikalkulasi saja uangnya gak bakalan cukup.
Yuk, ikutan gaya hidup ala Islam saja.
Landasannya tauhid.
Insyaallah hidup akan tenang.
Pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari irit. Tapi, gaya hidupnya selangit ya. Gaya hidup "aneh" di alam kapitalisme.
Ini mah gaya hidup pelit di satu sisi, namun boros di sisi lain.. hmhmh.. makin aneh saja gaya hidup orang2 akibat kapitalisme ni
Wah konsep frugal living di atas sangat tdk masuk akal. Apa lg punya byk anak biaya sekolah aja udah mahal. Setiap keluarga kebutuhan berbeda.
Tiap hari rakyat udah ngencengin ikat pinggang. Gimana mau frugal living, he he
Gak masuk akal ya
Persoalannya pendapatan atau gaji kepala keluarga terkadang hanya 3,5jt rupiah jadi harus mati-matian menutup kebutuhan dasar apalagi anak kuliah dan sekolah. Tidak semua orang mendapatkan upah gaji yang lebih dari itu. Bahkan di bawah jumlah tersebut. Praktik frugal living sudah dilakukan namun tak tersisa di masa kapitalisme ini makin sulit. Mungkin ada yang bisa melakukan itu karena pendapatan mencapai 10jt dan suami istri bekerja.
Kapitalisme buat solusi untuk mereka sendiri
Betul mbak Desi, gaya hidup frugal living macam di atas serasa nggak masuk akal ya. Sepertinya dia lupa kalau setiap keluarga juga harus nambahin dana darurat yang dikeluarkan di luar rencana. Hoaks kali ya kalau dibilang dengan hidup hemat bisa staycation, beli ini dan itu, apalagi gaji minimalis, hehe ...
Berbagai macam cara ok un influencer menyeeatkan masyarakat dengan caranya sendiri mungkin untuk tenar ya mbak, yang ada masyarakat yang mengikuti malah terjebak dengan Utang pinjol gara gara gaya hidup ini