"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap satu dari keduanya dengan seratus kali deraan. Dan janganlah kamu belas kasihan kepada keduanya di dalam menjalankan (ketentuan) agama Allah yaitu jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan hendaklah (dalam melaksanakan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (An-Nur : 2)"
Oleh. Dia Dwi Arista
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- Penyakit HIV/AIDS hingga kini masih menjadi penyakit seumur hidup. Hal ini dikarenakan belum ada penelitian yang berhasil meramu obat untuk menyembuhkannya. Oleh karena itu, menderita HIV/AIDS bagi sebagian orang seperti death sentence, atau vonis mati, meski itu tak benar. Namun, tetap saja penyakit ini menjadi momok menakutkan bagi manusia.
Untuk mencegahnya, Dinkes Kota Bandung, melancarkan program "Si Eling" (Promosi dan Edukasi Kesehatan Keliling). Mobil Si Eling akan berkeliling pada 12 titik sasaran pada bulan September ini. Tema utama yang diangkat adalah seputar HIV/AIDS. Mulai dari pengenalan, pencegahan, hingga kesehatan organ reproduksi. Tentu, usaha ini perlu diapresiasi. Mengingat, Kota Bandung adalah kota dengan pengidap HIV/AIDS tinggi.
Data Pengidap HIV/AIDS di Bandung
Mengutip dari laman detikjabar.com, 23/08/2022, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung hingga tahun 2021 mencatat terdapat 10 ribu kasus penderita HIV/AIDS. Sedangkan untuk kasus pada tahun 2018 saja, menurut Open Data Jabar, terdapat 1.054 kasus. Namun, sayangnya kasus HIV ini bagai gunung es, yang tampak puncaknya saja. Sedang dibawahnya tak diketahui pasti berapa jumlah pengidap HIV/AIDS. Pun, dari 10 ribu penderita tersebut, tak semuanya menjalani atau melanjutkan pengobatan. Hingga risiko penularan terhadap anggota keluarga terdekat melebar.
Terbukti, terdapat ratusan, 664 IRT (Ibu Rumah Tangga), yang tertular dari suaminya, gegara suami mereka "jajan sembarangan". Bagai efek domino, meski persentasenya kecil, anak-anak yang dilahirkan dari ibu pengidap HIV/AIDS pun ikut mengidap penyakit mematikan ini. Tercatat 164 kasus, atau 2,76 persen pengidap HIV dari kalangan anak-anak. Adapun dari seks bebas kalangan mahasiswa, menyumbang 414 kasus akibat pergaulan bebas. Dan ditemukan banyak kasus HIV/AIDS disebabkan dari hubungan sesama jenis/LBGT.
Data ini hanya merujuk pada Kota Bandung. Sedangkan data nasional, angkanya tidak main-main. Tercatat hingga Maret 2021, Ditjen P2P, Kemenkes RI, membuka sebanyak 558.618 kasus. Dan sayangnya, meski dengan sosialisasi dan penanggulangan yang dilakukan pemerintah, kasus HIV/AIDS nyatanya terus membengkak. Dengan banyaknya kasus ini, harusnya pemerintah merenung kembali, apa yang salah?
Sekularisme-Liberalisme Sistem Rusak
Ketika melihat kembali pada track record sebab munculnya kasus HIV/AIDS, akan ditemukan jika penyumbang utama dari penyakit ini adalah seks bebas. Baik dari sesama jenis maupun lawan jenis, disusul dengan penggunaan jarum suntik narkoba secara bersama-sama. Hingga efek domino penularan suami ke istri, ibu ke anak. Tak dimungkiri perilaku bebas inilah penyumbang utama dari banyaknya kasus HIV/AIDS di Bandung, nasional, bahkan internasional.
Adanya kehidupan bebas adalah hasil dari diterapkannya sistem rusak, yakni sekularisme dan liberalisme. Sekularisme yang menampik adanya campur tangan agama dalam mengatur perilaku manusia, mengakibatkan bebasnya manusia dalam berperilaku. Tak ada hukum yang menjadi tolok ukur dari perbuatan mereka, sehingga kehidupan bebas tak ayal akan mereka jalani sesuai dengan dorongan hawa nafsunya.https://narasipost.com/2020/11/06/lindungi-generasi-dari-seks-bebas/
Pun dengan abainya negara terhadap perilaku rakyatnya, menambah miris kehidupan manusia. Tak heran, sebab negaralah yang bertanggungjawab dalam mengadopsi sistem sekuler-liberal diterapkan dalam negeri ini. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga. Sistem rusak inilah yang mengahasilkan kehidupan rusak yang saat ini dijalani oleh manusia.
Maka, jika kehidupan bebas sudah sistematis, apakah Si Eling dapat menghapus HIV/AIDS di Bandung?
Mekanisme Islam dalam Memberantas HIV/AIDS
Islam adalah obat. Ya, aturan hidup yang diturunkan oleh Sang Pencipta ini begitu sempurna, hingga dapat menjadi obat bagi setiap penyakit. Apalagi penyakit masyarakat karena hidup tanpa aturan.
Islam mempunyai seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia agar berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Diterapkannya syariat Islam akan mampu memberantas segala macam penyakit masyarakat. Dalam Islam, zina adalah perbuatan maksiat yang akan dihukum berat oleh negara. Allah Swt. Berfirman dalam surah An-Nur ayat 2, "Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap satu dari keduanya dengan seratus kali deraan. Dan janganlah kamu belas kasihan kepada keduanya di dalam menjalankan (ketentuan) agama Allah yaitu jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan hendaklah (dalam melaksanakan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman."
Pun dalam hadis Rasulullah saw. telah mengabarkan bahwa zina adalah tanda-tanda akhir zaman. Di mana perilaku manusia sudah di ambang kebodohan. "Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat yaitu diangkatnya ilmu dan kebodohan tampak jelas, dan banyak yang minum khamar dan banyak orang berzina secara terang-terangan” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nafsu manusia adalah fitrah, namun jika dibebaskan akan menjadi kebablasan. Islam mempunyai cara untuk mengatur nafsu tersebut. Salah satunya adalah dengan pernikahan. Dengan pernikahan, maka dihalalkan atas suami, istrinya. Begitu pula sebaliknya. Pun menghindari ikhtilat, khalwat, menjaga pandangan mata, menutup aurat, dan berpuasa dapat menjadi penangkal jitu dalam mengatur hawa nafsu.https://narasipost.com/2020/12/08/ketika-zina-adalah-hutang/
Dan yang terpenting, adalah peran negara dalam menerapkan aturan pada masyarakat. Jika aturannya sesuai dengan syariat, maka selamatlah masyarakatnya. Namun jika aturannya menjunjung nilai sekuler-liberal, maka rusaklah masyarakatnya. Sebab, negara adalah pintu utama masuknya paham-paham rusak tersebut.
Khatimah
Upaya pemerintah dalam memberantas penularan HIV/AIDS perlu diapresiasi. Sebab, hal ini menunjukkan adanya kesadaran pemerintah dalam memberangus penyakit masyarakat. Namun, sayangnya program tersebut tak menyelesaikan persoalan dari akarnya. Yang berakibat pada penularan yang makin bertambah. Sudah saatnya pemerintah melirik dan beralih pada solusi jitu dalam menanggulangi penyakit masyarakat. Yakni dengan diterapkannya Islam kaffah dalam kehidupan. Yang nantinya akan dapat menjadi pencegah dan penyolusi berbagai persoalan mereka.
Allahu a'lam bis-showwab[]