Kecil-Kecil Jadi Transgender

”Masalahnya, ketika si orang tua punya pemikiran yang salah tentang gender, dia akan menularkan kesalahan persepsinya itu pada anaknya. Jadilah anak kebingungan dengan identitas dirinya. Fisiknya laki-laki, tetapi merasa dirinya perempuan.”

Oleh. Ragil Rahayu, S.E.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Namanya Noella McMaher. Usianya baru 10 tahun, tetapi tampak luwes memeragakan busana wanita di catwalk. Salah satunya di New York Fashion Week. Namun, bukan hal itu yang menjadikannya kontroversial. Melainkan kenyataan bahwa dia adalah seorang transgender.

Miris memang. Noella disebut sebagai model transgender terkecil di dunia. Sang ibu, Dee McMaher, menyebutkan bahwa Noella telah diidentifikasi sebagai transgender pada usia dua tahun. Saat itu, Noella yang terlahir sebagai lelaki, mengaku dirinya perempuan.

Pada usia enam tahun, data gender di kartu keluarganya diubah. Ketika berumur 7 tahun, Noella yang berasal dari Chicago sudah menjadi model transgender. Sejak itu, dia banyak meraup cuan dari profesinya, bahkan diprediksi akan menjadi miliuner.

Hasil Pendidikan Orang Tua

Mungkin kita bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang anak balita memutuskan menjadi transgender? Hal ini tidak lepas dari pola asuh yang ia dapatkan. Ibu kandungnya, Dee, adalah pria transgender. Sedangkan ayahnya juga seorang nonbiner.

Bisa dibayangkan, proses pengasuhan oleh kedua orang tua tersebut berisi penanaman nilai-nilai yang melegitimasi transgender. Bahkan, keduanya memberikan contoh riil kehidupan transgender. Hasilnya adalah Noella yang kecil-kecil sudah menjadi transgender.

Namun, klaim bahwa Noella sudah memilih gender yang melawan kodratnya pada usia dua tahun cukup mengusik logika kita. Pada usia dua tahun, akal anak belum sempurna, bahkan dia belum mumayyiz, yakni belum bisa membedakan baik buruk dan benar salah. Lantas, atas dasar apa anak sekecil itu dianggap mampu membuat sebuah keputusan besar seperti memilih gender?https://narasipost.com/2021/05/04/ktp-el-bagi-transgender-sinyal-pengakuan-lgbt-di-negeri-mayoritas-muslim/

Ketika anak laki-laki usia dua tahun mengatakan dirinya perempuan, saat itu dia tengah salah dalam mengindra fakta. Sama dengan kondisi misalnya kita sodorkan pisang padanya, tetapi dia mengira itu apel.

Menyikapi kondisi ini, bagaimana sikap orang tua? Pastinya orang tua akan membimbing anak tersebut untuk mengindra secara benar dengan memberi informasi yang benar. Yakni bahwa yang ada di hadapannya adalah pisang, bukan justru membenarkan anggapan anak yang salah tersebut.

Demikian juga sikap ketika anak laki-laki mengira dirinya perempuan. Orang tua seharusnya membimbing sang anak untuk berpikir benar dengan cara memberi informasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Selanjutnya mengajak dia menilai dirinya secara benar, yakni bahwa dia seorang laki-laki.

Masalahnya, ketika si orang tua punya pemikiran yang salah tentang gender, dia akan menularkan kesalahan persepsinya itu pada anaknya. Jadilah anak kebingungan dengan identitas dirinya. Fisiknya laki-laki, tetapi merasa dirinya perempuan.

Padahal, sejatinya setiap anak itu dilahirkan fitrah, dia tidak akan pernah melawan kodrat yang telah Allah Swt. tetapkan baginya. Allah Swt. berfirman:

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَايَعْلَمُوْنَۙۙ

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Ar-Rum: 30)

Rasulullah saw. bersabda, "Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi."

Secara alami, anak laki-laki akan memiliki kecenderungan khas laki-laki. Sedangkan, anak perempuan juga memiliki kecenderungan khas perempuan. Tidak mungkin seorang anak memiliki pemikiran untuk menjadi transgender, kecuali ada pengaruh dari orang tuanya.

Fenomena Noella ini menjadi pelajaran bagi para orang tua untuk senantiasa menjaga fitrah anak dengan cara mendidik mereka dengan Islam, karena Islam adalah agama yang sesuai fitrah.

Pengaruh Lingkungan dan Sistem

Sekularisme liberal yang mendominasi negara-negara Barat melegitimasi keberadaan kaum pelangi, termasuk transgender. Sejak dini, di sekolah, anak-anak mendapatkan kebebasan untuk berpakaian sebagaimana yang ia kehendaki. Anak laki-laki boleh berpakaian perempuan dan sebaliknya.

Itulah sebabnya, banyak yang menjadi transgender sejak usia dini. Bahkan di London, Inggris ada klinik khusus untuk merawat transgender di bawah usia 18 tahun. Pada 2015, sebanyak 167 anak berumur 10 tahun atau di bawahnya dirawat di klinik tersebut. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.https://narasipost.com/2021/04/29/e-ktp-transgender-lgbt-dilegalkan/

Lingkungan dan sistem yang liberal di Barat menjadikan manusia menjalani gaya hidup permisif, yakni serba boleh. Akhirnya, aktivitas kaum Sodom dimaklumi dan pelakunya mendapatkan dukungan, alih-alih disadarkan. Padahal, makin banyaknya transgender cilik di Barat telah membuat banyak pihak di sana khawatir akan masa depan peradabannya. Namun, mereka tidak bisa melarang, karena aturan yang ada membolehkannya. Serba salah jadinya.

Islam Menjaga Fitrah

Maha Benar Allah yang telah melarang aktivitas homoseksual. Rasulullah saw. bersabda:

لَعَنَ اللَّهُ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ ، لَعَنَ اللَّهُ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ ، ثَلاثًا

“Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth. Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth, beliau sampaikan sampai tiga kali .” (HR. Ahmad)

Syariat ini menjaga manusia tetap dalam fitrahnya. Termasuk tetap menjaga kodratnya, sebagaimana Allah Swt. menciptakannya. Di dalam sistem Islam, kaum pelangi, termasuk transgender tidak akan mendapatkan panggung. Jika sudah balig, mereka akan mendapatkan sanksi yang tegas, yakni hukum bunuh. Sedangkan untuk anak-anak akan dididik agar kembali pada fitrahnya. Sistem Islam, yakni Khilafah, tidak akan menyediakan fasilitas medis bagi orang yang ingin mengubah tubuhnya dan melawan kodrat penciptaannya.

Fenomena Noella ini membuktikan kerusakan generasi akibat kehidupan yang tidak islami. Jadi, yuk, terapkan sistem Islam saja, agar fitrah generasi terjaga. Wallahualam. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Ragil Rahayu (Tim Penulis Inti NarasiPost.Com )
Ragil Rahayu S.E Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Curi-Curi Rezeki
Next
BBM Naik, Rakyat Kian Tercekik
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram