”Apa hendak dikata, begitulah pemimpin yang berada dalam sistem kapitalisme, jabatan adalah sebuah jenjang menaikkan standar hidup hingga bergaya hidup mewah.”
Oleh. Umi Hanif
(Kontributor NarasiPost.Com dan Muslimah Peduli Negeri)
NarasiPost.Com-Ditetapkannya Kadiv Propam FS sebagai tersangka pembunuhan Brigade J, menguak sisi kehidupan mewah di kalangan pejabat. Kita tentu akan berdecak kagum ketika tahu kekayaan yang mereka miliki. Apa ini yang dinamakan aji mumpung? Mumpung jadi pejabat nikmati kemewahan sepuasnya.
Gaya hidup mewah yang ditunjukkan oleh pejabat ala FS dan orang di sekitarnya yaitu jet pribadi, tas branded milik PC dibanderol seharga Rp37 juta, outfit penyidik A dengan nilai selangit yaitu Rp14 juta dan Rp7 juta, beberapa mobil mewah ratusan hingga miliaran rupiah, rumah dengan fasilitas bak hotel berbintang dan lain-lain. (Suara.com, 3/9/2022).
Bukan tidak mungkin kekayaan yang lain masih ada serta banyak pejabat-pejabat di luar mereka yang kehidupannya sama mewahnya. Sungguh kehidupan pejabat dan rakyat bagai langit dan bumi, pejabat hidup enak, nyaman nan mewah sedangkan rakyat tetap susah. Sebelum BBM naik saja sudah sulit memenuhi hidup, apalagi sekarang saat BBM naik pasti akan ada efek domino kenaikan berbagai kebutuhan dan komoditas. Ditambah harga telur yang belum stabil membuat pusing rakyat bawah mengelola keuangan yang sak uprit.
Sebagaimana yang dialami seorang kakek pemulung kardus, beliau harus mencukupi kebutuhan dua orang cucunya. Di tengah guyuran hujan mendorong gerobaknya untuk mengais kardus bekas buat sesuap nasi, sedihnya kadang sehari tidak sampai dapat Rp10 ribu. (Tamanpendidikan.com, 4/9/2022).
Apa hendak dikata, begitulah pemimpin yang berada dalam sistem kapitalisme, jabatan adalah sebuah jenjang menaikkan standar hidup hingga bergaya hidup mewah. Tak ada kata malu untuk menunjukkan glamornya aksesoris yang dikenakan, padahal rakyatnya hidup segan mati tak mau.
Lain halnya dengan pemimpin dalam sistem lslam, tinta emas telah mencatat sikap wara’ (hati-hati) dan zuhud (mengambil seperlunya) terhadap harta. Bahkan, kepemimpinan pada masa mereka ditunjukkan dengan sikap amanah terhadap jabatan, mereka melaksanakan hadis Rasulullah: “Pemimpin adalah seperti penggembala dan akan dimintai tanggung jawab gembalaannya.” (HR. Muslim).
Saat Umar bin Khathab menjabat sebagai kepala negara/khalifah, ia rela makan tepung kasar hingga kulitnya menghitam karena pada saat yang sama terjadi wabah paceklik yang panjang. Hal itu menunjukkan betapa ia takut hisab berat jika abai terhadap amanah yang ada di pundaknya.
Demikian juga masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, yang mematikan lampu karena keperluan tamunya urusan pribadi sedang minyak lampu dari uang Baitulmal negara. Saat awal menjabat, Umar pernah menyuruh istrinya melepas perhiasannya dan memasukkan ke kas negara guna menghindari fitnah. Bahkan, saat tahu putrinya memakai perhiasan emas pemberian dari petugas Baitulmal, beliau pun menyuruh melepaskannya dan memasukkannya kembali ke dalam kas negara. Hal itu menunjukkan betapa Umar sangat hati-hati terhadap jabatan yang disandangnya, karena ia paham pemimpin harus memberi teladan kepada orang yang dipimpinnya.
Rasulullah saw. merupakan manusia terbaik sepanjang masa, namun rela tidur di alas pelepah kurma, hingga terdapat garis-garis di punggung Beliau yang mulia. Padahal, pengaruh kekuasaan beliau sudah menggentarkan negara besar kala itu, Persia Romawi.
Sungguh sistem lslam melahirkan para pemimpin yang amanah dalam mengemban jabatannya, keteladanan luar biasa yang tiada bandingannya dengan pemimpin mana pun hingga hari ini.
Jika kita ingin pemimpin yang amanah dan tidak hidup dalam kemewahan, semata ingin fokus pada pelayanan pada rakyat, tidak ada jalan lain harus menerapkan lslam dalam seluruh aspek kehidupan.
Allahu a’lam bi ash-shawwab.[]