Harga BBM Turun, Kenapa Tidak?

"Kenaikan harga BBM sungguh menambah penderitaan rakyat. Terutama rakyat miskin yang semakin dimiskinkan secara sistemis. Meski bantuan langsung tunai diberikan, masih tidak sebanding dengan besarnya kebutuhan hidup mereka."

Oleh. Rery Kurniawati Danu Iswanto
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com- Waktu istirahat jam makan siang, dua orang sahabat, Paijo dan Paimin, duduk-duduk melepas penat sambil menikmati bekal nasi bungkus yang mereka beli pagi tadi di warung kopi Mak Sati. Kali ini mereka bercengkerama di tumpukan semen di lokasi proyek jalan tol yang sedang mereka kerjakan. Mereka membuka bekal nasi bungkus berisi seporsi besar nasi ditambah potongan tempe seruas jari, sambal, dan kerupuk. Mereka lahap menikmati bekal makan siang di hadapannya. Menu ini sudah cukup mewah bagi mereka, ditambah rasa lapar dan lelah setelah tenaga terkuras sejak pagi buta. Tapi meski sederhana, dua sahabat ini begitu asyik bercengkerama, seakan beban hidup yang mereka pikul bukanlah sesuatu yang berat. Begitulah, Paijo dan Paimin menikmati waktu istirahat mereka dengan bahagia.

"Jo, BBM kan udah naik nih, upah kita bakal naik juga gak yo?" tanya Paimin sambil mengunyah nasi dengan lahap.

"Lha perusahaan aja repot karena BBM naik, lha apalagi kalo harus naikin upah buruh to Min, Min." jawab Paijo dengan nada serius seperti pemimpin perusahaan yang sedang serius memikirkan nasib perusahaannya.

"Weee lha, gitu ya? Trus nasib kita gimana dong?" tanya Paimin lagi.

"Ya tanggung sendiri nasibmu, nasib'e wong cilik, meskipun waktu dulu BBM di subsidi atau sekarang subsidinya dicabut, Yo tetep kismin eh miskin." jawab Paijo kembali masih seperti pemimpin perusahaan yang sedang memberikan kesimpulan hasil rapat.

"Hahahahaaa…." Kedua sahabat itu pun terbahak-bahak menertawakan nasib mereka.

Begitulah gambaran nasib rakyat kecil di negeri ini. Meski hidup mereka tak juga sejahtera, tapi cerita kebahagiaan selalu mewarnai di sela-sela kehidupan berat yang mereka alami. Paijo dan Paimin harus menelan pil pahit akibat kenaikan harga BBM. Meski rasa pahit hal yang biasa mereka hadapi setiap hari, tapi hal ini tentu semakin menambah berat beban hidup mereka.

Kenaikan harga BBM selalu memicu efek domino berupa kenaikan harga berbagai komoditas lainnya. Tidak hanya itu, dampak langsung yang paling dirasakan adalah kenaikan tarif transportasi. Hal ini tidak dapat dihindari karena BBM menjadi komponen penting untuk menjalankan kendaraan dalam kegiatan distribusi dan transportasi. Tak sampai hitungan hari, begitu harga BBM naik, terjadi pula kenaikan tarif berbagai moda angkutan.

Jika BBM naik 30% maka kenaikan tarif moda transportasi sangat mungkin akan mengalami kenaikan dengan prosentase yang hampir sama. Berkenaan dengan kenaikan tarif moda transportasi ini juga dikemukakan oleh Menteri Perhubungan, sebagaimana diberitakan di kompas.com (6/9/22) bahwa penyesuaian tarif harus dilakukan. Belum lagi kenaikan harga-harga komoditas bahan pokok, prosentase kenaikan akan sangat bervariasi. Kenaikan ini otomatis akan berdampak pula pada inflasi.

Kenaikan harga BBM sungguh menambah penderitaan rakyat. Terutama rakyat miskin yang semakin dimiskinkan secara sistemis. Meski bantuan langsung tunai diberikan, masih tidak sebanding dengan besarnya kebutuhan hidup mereka.

Di luar sana, ketika rakyat seperti Paijo dan Paimin tetap sibuk memeras keringat, ada sekelompok orang yang menyuarakan penolakan kenaikan harga BBM dengan cara demonstrasi. Ribuan massa dari aliansi buruh, petani, pedagang, melakukan aksi agar dilakukan penurunan kembali harga BBM.
Akankah harga BBM kembali diturunkan?

Sebetulnya ada solusi tuntas untuk menurunkan harga bahkan menggratiskan BBM bagi seluruh rakyat. Hanya saja, hal ini akan terjadi jika para pengelola negara mengelola aset sumber daya minyak bumi dan gas berdasarkan aturan Islam. Dalam Islam, sumber daya alam apa pun bentuknya yang dapat memenuhi kebutuhan hajat hidup orang banyak, maka wajib hukumnya dikuasai dan dikelola oleh negara. Negara harus mengolah dan memproduksi berbagai kebutuhan untuk rakyat seperti BBM dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki. Tidak boleh sumber daya alam ini diprivatisasi, apalagi dikuasai perusahaan asing. Dengan demikian, seluruh hasil dari pengolahan aset ini dapat dinikmati oleh rakyat.

Mudah bukan jika hidup diatur syariat? Andai saja manusia mau mengambil pelajaran dari apa-apa yang sudah tertulis dalam Al-Qur'an. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. At-Thaahaa ayat 2 -4, "Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah, melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi." Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rery Kurniawati Danu Iswanto Kontributor NarasiPost.Com
Previous
'Sleepover Date' Tren Salah Kaprah, Muslimah Jangan Ikutan Latah
Next
Hanya Islam yang Memuliakan Perempuan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram