Hak Pendidikan Siswi Hamil? Saatnya Dunia Pendidikan Berbenah

"Inilah kenapa masalah ini harus clear hingga akar, maka pembahasannya tidak bisa dicukupkan pada hak anak untuk mendapatkan pendidikan tapi bagaimana agar dunia pendidikan bersih dari perilaku menyimpang siswa."

Oleh. Sri Wahyuni, S.Pd
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com- Hamil di luar nikah menjadi redaksi yang sangat sering terdengar beberapa tahun belakangan ini. Bukan karena menjadi korban pemerkosaan tetapi sebagian besar kasus terjadi karena kesadaran melakukan. Persis yang terjadi dengan seorang siswi SMA di Jumapolo, Karanganyar yang mengalami kontraksi saat proses pembelajaran berlangsung. Dari pengakuan siswi tersebut, ia dihamili oleh pacarnya dari sekolah yang berbeda. Kasus semacam ini sebenarnya sudah sering terjadi, bak gunung es hanya tampak di permukaan karena yang sebenarnya jauh lebih banyak.

Meski demikian, nyatanya tak menjadikan dunia pendidikan berbenah, pun tidak jelas regulasi untuk merespons kasus tersebut. Psikolog anak dan pendidikan, Karina Adistiana, pada tahun 2013 silam pernah menyatakan keprihatinannya dimana siswi yang hamil di luar nikah banyak yang putus sekolah lantaran dikeluarkan pihak sekolah. Ia menyayangkan keputusan tersebut yang dinilai melanggar pasal 32 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dimana setiap anak Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak, tidak terkecuali para siswi yang tengah mengandung.

Betul, pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara. Namun, dengan maraknya kasus seks bebas hingga hamil di luar nikah, tidakkah kita berpikir untuk menyelesaikan kasus ini hingga tidak terulang lagi? Jika sebatas fokus pada hak pendidikan anak tanpa adanya pencegahan, maka akan membuka celah yang lebar terjadinya seks bebas di lingkungan pendidikan.

Inilah kenapa masalah ini harus clear hingga akar, maka pembahasannya tidak bisa dicukupkan pada hak anak untuk mendapatkan pendidikan tapi bagaimana agar dunia pendidikan bersih dari perilaku menyimpang siswa.

Apakah Penyuluhan Seks Bebas Bisa Menjadi Solusi?

Penyuluhan seks bebas yang diselenggarakan oleh sekolah, umumnya berkaitan dengan reproduksi seksual yang mencakup arti dari seks bebas, faktor penyebab seks bebas, cara-cara pencegahan seks bebas, serta bahaya seks bebas. Sayangnya, sekalipun materi telah tuntas diberikan bahkan telah ditunjukkan fakta mengenai dampak negatif seks bebas, mulai dari hamil di luar nikah, kehilangan kesempatan berkarier, hingga hukuman sosial, nyatanya tidak mengurangi jumlah pelaku seks bebas. Justru mereka semakin pintar mencari solusi aman, mulai dari menggunakan alat kontrasepsi hingga aborsi.

Ini menandakan bahwa penyuluhan seks bebas tak cukup ampuh sebelum kesadaran siswa akan hakikat penciptaan manusia dipahamkan sempurna. Bahwa manusia sebagai bagian dari ciptaan Sang Khalik tidak bisa bebas berperilaku. Karena apa yang dilakukan hari ini akan ada hisab yang menanti. Keimanan dan ketakwaan harus terus ditumbuhkan pada diri siswa hingga setiap keputusan yang diambil didasari ketakutan kepada Al-Khalik. Dorongan ini akan membuat mereka akhirnya takut berbuat maksiat.

Tak hanya itu, harus dipahamkan tata pergaulan laki-laki dan perempuan bahwa ada batasan interaksi antara keduanya. Syarak telah mengatur hal tersebut sehingga laki-laki dan perempuan tidak bisa secara bebas bertemu. Inilah yang justru banyak terjadi saat ini, interaksi begitu bebas yang akhirnya peluang maksiat juga semakin terbuka lebar. Begitu pun juga terkait pakaian laki-laki dan perempuan yang mensyaratkan menutup aurat dalam kehidupan umum menjadi bagian yang tak boleh terlewatkan untuk menutup celah terjadinya pergaulan bebas.

Saatnya Menata Ulang Kurikulum Pendidikan

Aroma yang mendominasi pendidikan saat ini sangat materialistik. Tolak ukur keberhasilan adalah capaian materi. Cara pandang ini akan menjadikan sekolah hanya sebagai sarana meraih duniawi. Semestinya pendidikan bisa menjadi metode untuk menjaga pemahaman agama dalam benak siswa. Dalam sistem pendidikan Islam, kurikulum dan mata pelajaran akan disusun dengan memperhatikan dua tujuan pokok pendidikan:

  1. Membangun kepribadian islami siswa.

Hal ini dilakukan dengan menyelaraskan pola pikir dan pola sikap agar sesuai dengan Islam. Tujuannya yakni untuk membentengi generasi dari segala pemikiran yang merusak seperti sekularisme, liberalisme yang memalingkan generasi dari aturan agama dalam kehidupan.

  1. Mempersiapkan generasi menjadi ulama yang ahli dalam setiap aspek kehidupan.

Dalam hal ini, generasi akan disiapkan agar dapat berdaya guna untuk umat yakni menjadi problem solver yang mengurai problematika umat. Sehingga mereka akan disiapkan untuk memiliki kemampuan yang mumpuni, baik dalam ilmu keislaman, ijtihad, fikih, peradilan, dll, malaupun juga ilmu-ilmu terapan seperti teknik, kimia, fisika, kedokteran, dll.

Cukupkah Peran Sekolah?

Berjalannya pendidikan tidak bisa lepas dari peran negara sebagai institusi tertinggi, sekolah bahkan tak memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan, termasuk mengubah arah pendidikan yang materialistik menjadi berorientasi umat dan akhirat. Oleh karenanya, tak cukup hanya peran sekolah, tetapi butuh peran penuh negara dalam mewujudkan lahirnya generasi terbaik agar peradaban yang rusak ini bisa berubah menjadi peradaban agung yang menempati posisi puncak di antara bangsa-bangsa dan negara-negara lain dunia.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Sri Wahyuni, S.Pd Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Terobosan Pendidikan yang Kian Membingungkan
Next
Jungkir Balik Intelektual
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram