Yang Tua Mati, Yang Muda Tidak Lahir

“gave birth to the stronggest family hearth in the world, and this entity founded a public life wich has never been seen in the history of any nation.” Hukum keluarga berdasarkan syariat melahirkan keluarga kuat dan masyarakat yang istimewa yang tidak ada dalam sejarah bangsa manapun.
( Gaston Jezz )

Oleh. Muthi Nidaul Fitriyah

NarasiPost.Com-Diakui oleh berbagai kalangan masyarakat di berbagai wilayahnya bahwa dunia hari ini sedang tidak baik-naik saja, banyak problem yang tidak terselesaikan bahkan semakin memburuk. Bukan tanpa upaya perubahan, upaya itu selalu ada, namun belum pernah sampai pada perubahan hidup yang diharapkan. Seperti agenda yang masih diaruskan yaitu, agenda global pengendalian jumlah penduduk. Teori ini telah digagas oleh Thomas Maltus sejak era 1800-an. Menurutnya, pangkal problem (main problem) adalah kelebihan populasi manusia. Jika populasi manusia sedikit, maka dianggap problem dunia tidak akan sebanyak hari ini. Maka gagasan childfree (komitmen pernikahan tanpa anak), waithood (menunda pernikahan), dan keengganan menikah menjadi gagasan yang tepat yang seolah harus dipropagandakan.

Problem Kelangkaan Makanan

Teori ini mungkin pernah kita dengar semasa duduk di bangku sekolah. Agenda pengendalian jumlah penduduk yang dimasukkan ke negeri muslim kala itu, khususnya Indonesia adalah melalui program keluarga berencana (KB), dengan pembahasan jika polulasi manusia tidak di batasi, maka akan menyebabkan populasi manusia semakin banyak dan akan terjadi kelangkaan makanan. Tanpa pemahaman Islam yang cukup tentu penjelasan tersebut akan dianggap sebagai kebenaran.

Sebagaimana yang diteorikan oleh Robert Maltus tahun 1798, peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung dan pertumbuhan mengikuti deret ukur sehingga manusia pada masa depan akan mengalami ancaman kekurangan pangan. Faktanya jumlah kekayaan dan jumlah pasokan makanan hanya berputar di kalangan tertentu saja, begitupun adanya tingkat obesitas di kalangan tertentu dan di sebagian lain kekurangan gizi, si kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin dengan jumlahnya yang terus bertambah.

Prediksi tentang pertumbuhan penduduk memang benar terjadi, tapi prediksi tentang kelangkaan makanan itu tidak pernah terjadi. Mengapa? Karena Allah sebagai pencipta manusia telah mencukupkan rezeki setiap individu. Sudah banyak lahir teknologi ketahanan pangan serta teknologi-teknologi di berbagai bidang pun sudah banyak ditemukan. Jadi, kesalahannya bukan pada jumlah produksi makanan, akan tetapi kesalahan pada pengelolaan dan distribusi makanan yang ini memang berkaitan langsung dengan sistem bernegara yang diterapkan.

Masalah Ketimpangan

Pengendalian jumlah penduduk harus tetap dilakukan dengan alasan semakin banyak manusia, masalah kerusakan lingkungan, emisi karbon, deforestasi, ketersediaan pekerjaan, tempat tinggal, pendidikan, hak asasi manusia, ketimpangan pendapatan dan lainnya.

Inilah sederet alasan yang diciptakan untuk melancarkan aganeda besar mereka, yakni mengendalikan jumlah penduduk, yang mengerucut kepada penghancuran keluarga muslim, serta menghalangi tegaknya sistem Islam.

Problem Utama yang Sebenarnya

Childfree, waithood, tidak mau menikah, bahkan LGBT yang dianggap sebagai langkah tepat, tapi faktanya juga tidak membawa pada perbaikan. Banyak yang mempertanyakan bahkan di negara asalnya sendiri. Ide-ide ini sejak awal bertentangan dengan nilai-nilai agama, awalnya hanya dianut oleh orang yang keimanannya rendah bahkan dipertanyakan. Masyarakat sulit mengenali dan memahami kerusakannya, hal itu diperburuk dengan dijadikannya ide-ide ini sebagai langkah politik kekuasaan, dipropagandakan secara sistemis, kerusakan yang terjadi terus ditutupi dengan iming-iming kebahagiaan. Gagasan ini terus menyebar dan semakin banyak penganutnya, bahkan hari ini telah dianut dan dipropagandakan secara langsung oleh kalangan umat Islam itu sendiri.

Sebagai seorang muslim yang telah Allah beri gelar sebagai umat terbaik, maka kita memiliki amanah dakwah. Oleh karena itu, kita dituntut cermat menilai setiap gagasan, ide, dan pemikiran. Kita harus menjadi umat yang paling terdepan menuntun manusia kembali kepada fitrah penciptaan, memahami hakikat penciptaan manusia, serta mampu memberi dan menjadi solusi kepada umat manusia yang lainnya. Jangan mudah tertipu oleh ide-ide kufur yang beredar.

Dianutnya gagasan-gagasan nyeleneh seperti childfree, menurut pakar ekonomi, David Foot, berhubungan langsung dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seorang perempuan, maka akan semakin besar kemungkinan untuk tidak punya anak atau membatasi jumlah anak. Ya, inilah produk pendidikan sekuler kapitalis, yang hanya berorientasi pada materi dan menafikan keberadaan fitrah manusia, tujuan penciptaan, dan jauh dari nilai-nilai agama. Jika kita melihat data angka pertumbuhan penduduk di dunia secara keseluruhan, kita akan dapati justru trennya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sebagaimana yang ditunjukan para peneliti di Institute for Health Metrics and Evaluation, University of Washington, AS menunjukan angka kelahiran di 23 negara dunia mengalami penurunan tajam. Puncak angka kelahiran tahun 1950 adalah 4.7, pada tahun 2017 angkanya turun menjadi 2.4. Angka tersebut diperkirakan akan terus merosot mencapai angka di bawah 1.7 pada tahun 2100.

Diprediksi jumlah manusia di Bumi mencapai puncaknya sebanyak 9,7 miliar di tahun 2064, sebelum berkurang hingga 8,8 miliar pada akhir abad ini. Profesor Christopher Murray sebagai salah satu peneliti menyatakan bahwa sangat sulit dipikirkan dan dikenali seberapa luar biasanya permasalahan ini sehingga kita perlu menata ulang populasi manusia di bumi. Hal ini bukan masalah jumlah sperma atau angka kesuburan, akan tetapi dipicu oleh tingginya pendidikan perempuan, lebih banyak yang bekerja, memilih menggunakan kotrasepsi, dan memilih untuk memiliki sedikit anak. Angka kelahiran terburuk ada di Jepang, tahun 2017 dengan jumlah 128 juta jiwa, turun sampai angka 53 juta jiwa pada akhir abad ini. Dalam waktu yang sama, Italia mengalami penurunan dari angka 61 juta jiwa menjadi 28 juta. Cina sekalipun mengalami penurunan dari 1,4 miliar empat tahun sebelum benar-benar turun menjadi 723 juta jiwa pada tahun 2100. Jumlah penduduk Inggris diperkirakan 75 juta jiwa pada tahun 2063 turun menjadi 71 juta jiwa pada tahun 2100. Termasuk Spanyol, Portugal, Thailand dan Korea Selatan diperkirakan populasi penduduknya menurun lebih dari separuhnya.

Sedangkan populasi manusia dengan usia di atas 80 tahun akan melonjak dari 141 jiwa pada tahun 2017 menjadi 866 juta jiwa pada 2100. Akan terjadi perubahan sosial yang sangat besar. Lantas siapa yang akan membayar perawatan kesehatan untuk orang tua, merawat orang tua, apakah orang masih bisa pensiun dari pekerjaan? (liputan6.com, 17/06/2020)

Jika orang tua wafat sedangkan generasi baru tidak lahir, justru inilah problem besar kita hari ini, krisis generasi (lost generation).

Strategi Penghancuran Peradaban Islam

Rasulullah saw, berbangga dengan jumlah umatnya yang banyak. Adagium khas keluarga muslim yang mungkin pernah kita dengar “banyak anak, banyak rezeki”. Keluarga muslim memang model keluarga terbaik yang pernah ada sepanjang masa karena kehidupan mereka dilandaskan kepada wahyu. Inilah yang ditakuti oleh peradaban sekuler hari ini, maka cara terbaik untuk membendung kebangkitan Islam itu adalah dengan menghancurkan model keluarga muslim. Maka menjadi wajar begitu banyak program-program disasarkan untuk kaum perempuan, sebab perempuan adalah jantung keluarga Islam.

Gaston Jezz seorang profesor hukum keluarga dari Swiss menggambarkan buah pemberlakuan hukum keluarga di masa Khilafah Utsmani, “gave birth to the stronggest family hearth in the world, and this entity founded a public life wich has never been seen in the history of any nation.” Hukum keluarga berdasarkan syariat melahirkan keluarga kuat dan masyarakat yang istimewa yang tidak ada dalam sejarah bangsa manapun.

Salah Pikir Mengambil Ilusi Kemajuan Peradaban Barat

Barat menawarkan kemajuan peradaban dengan menampilan perempuan Barat yang bebas dalam berpakaian, bebas memilih model keluarga baru ala Barat, mereka juga bebas untuk berprinsip waithood dan chilfree. Para perempuan didorong untuk bekerja, berkontribusi menopang ekonomi bangsa, dengan begitu mereka dinilai berharga di hadapan bangsa dan masyarakatnya, berbeda dengan perempuan-perempuan di negeri muslim. Di sisi lain mereka juga harus mengakui bahwa kenapa mereka harus bekerja, karena tidak ada yang menanggung ekonomi mereka. Maka trik jahat agar perempuan menikmati dan bangga menjadi pekerja, mereka diberikan mitos, yakni bahwa perempuan bekerja itu menunjukan perempuan yang mandiri, pahlawan keluarga, bahkan pahlawan bangsa.

Gagasan dan gerakan pengendalian penduduk, dengan merebaknya ide feminisme, waithood, childfree, juga disebabkan adanya trauma pengasuhan dan trauma akibat sistem yang tidak memberikan kebahagian, kebebasan, yang tidak memberikan hak-hak mereka sebagai manusia. Akhirnya mereka mencari hak-hak mereka sendiri yang didorong rasa emosional, bahkan dibuat persaingan antara perempuan dan laki-laki dengan ide kesetaraannya, karena tidak mau mengalami kesengsaraan hidup yang lebih besar untuk dirinya juga generasinya nanti. Padahal jika mau berpikir lebih mendalam, maka akan ditemukan titik kesalahannya bahwa sangat jelas ketidakadilan atas hak-hak hidup yang traumatis itu disebabkan oleh sistem gagal yang sedang diterapkan di negeri mereka. Kebobrokan sistem ini terus ditutupi dengan racun kebahagian semu, maka sangat penting bagi kita memahami akar permasalahan. Karena untuk mengetahui kesalahan-kesalahan ide liberalisme dan feminisme itu perlu pengkajian yang cukup mendalam.

Apa yang harus Muslim Lakukan?

Seorang muslim dan keluarganya adalah satu-satunya harapan perubahan ke arah yang lebih baik, sebagaimana yang pernah terukir dalam sejarah. Model keluarga muslim adalah model keluarga terbaik, penyokong pembangun peradaban terbaik, yakni peradaban Islam. Posisi terbaik itu akan bisa terwujud ketika syariat Islam dijadikan pedoman dalam kehidupan dan menjadikan amar makruf nahi munkar sebagai kebiasaan baik untuk menjaga satu sama lain dari kerusakan. Maka hal yang harus dilakukan sejak dini bagi seorang muslim itu adalah memahami Islam secara komprehensif dan tidak tergiur dengan budaya hidup Barat yang menyesatkan. Selanjutnya, kita sampaikan kembali Islam kepada umat, agar umat sadar tentang akar permasalahannya. Kita juga perlu menampilkan kebobrokan-kebobrokan peradaban Kapitalisme sekuler hari ini, kemudian kita berkomitmen bersama umat untuk memperjuangkan peradaban Islam. Wallahu alam bi shawab.

*catatan penulis dalam kajian bedah buku “Perempuan Salah Langkah?” yang diselenggrakan Fan Page Muslimah News dengan sedikit banyak disertai prespektif penulis.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Muthi Nidaul Fitriyah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Risalah Jomlo
Next
LGBTTTQQIAA, Kebebasan Tanpa Batas Melahirkan Ketidakteraturan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram