Street Woman Fighter Remix Azan, Simbol Islam Dinista, Akankah K-Popers Diam?

"Penistaan tetap penistaan. Tak bisa diabaikan menjadi tiada. Tak layak seorang muslim berpikir perbuatan nista selesai hanya dengan kata maaf. Lalu bungkam seolah tidak terjadi apa-apa. Di mana maru'ah kita sebagai agama yang besar?"

Oleh: Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Stasiun TV Korea Selatan, Mnet dikecam umat muslim dunia. Pasalnya, salah satu acara mereka yakni "Street Woman Fighter", meremix azan sebagai lagu pembukaan acara. Terang saja umat Islam geram. Mnet telah menghina simbol yang disucikan dalam agama Islam? Apa mereka pikir umat muslim 'mudah', sehingga berani mencemari keagungan azan? Atau mereka sengaja menghina lantunan azan yang disakralkan oleh umat Islam seluruh dunia?

Pertanyaan-pertanyaan ini saya pikir wajar berkelebat di kepala muslim mana saja. Tak terlepas K-Popers yang mayoritas muslim. Perlu dunia tahu, azan adalah hal pertama yang dibisiki orang tua setiap muslim sejak dilahirkan ke dunia. Saking familiarnya azan, di-remix sekalipun, muslim tetap bisa mengenalnya. Karenanya, sudah sewajarnya K-Popers membela saat syariat agamanya dinistakan. Sekalipun itu dilakukan oleh Oppa-nya.

Ya, tentu saja. Sudah sangat tepat jika kita marah saat syariat dinista. Sudah seharusnya kita sakit hati karena azan yang agung dan sakral dibikin mainan. Sekalipun Mnet mengaku tidak memiliki niat lain. Tim produksi hanya berpikir lagu tersebut (azan) merupakan soundtrack elektronik yang terdaftar resmi di situs streaming, cocok sebagai musik latar program mereka. Lalu atas keteledoran tim, mereka menyampaikan permintaan maaf. Itu pembelaan mereka. Tapi, tetap saja, mereka telah melakukan penistaan.

Penistaan tetap penistaan. Tak bisa diabaikan menjadi tiada. Tak layak seorang muslim berpikir perbuatan nista selesai hanya dengan kata maaf. Lalu bungkam seolah tidak terjadi apa-apa. Di mana maru'ah kita sebagai agama yang besar?

Ayolah, kita sebagai muslim aware, lebih peduli lagi terhadap berbagai persoalan keumatan. Khususnya terkait penistaan agama yang kerap menimpa umat Islam. Sebagai umat yang besar, tidakkah kita bertanya, kenapa umat Islam terus direndahkan dan tidak memiliki wibawa sedikit pun di hadapan umat dan bangsa lain? Kenapa mereka begitu mudah meremehkan kaum muslim dan menistakan syariat yang kita junjung tinggi

Sebelum menjawab ini semua. Ada baiknya kita meluruskan pemahaman. Adanya penistaan terhadap agama tidak terlepas dari sudut pandang bagaimana para pembenci Islam itu melihat kedudukan kita, dari kacamata ideologinya. Bagi mereka, kita adalah kaum tertinggal, terjajah, kuno, dan terbelakang. Kita hanya kaum inferior yang terbiasa diinjak harga diri dan maru'ahnya. Hal ini 'dibaca' oleh mereka dalam perilaku dan sifat mayoritas kita, yang tidak mencirikan muslim dan malah berkiblat ke mereka. Mereka berpikir, merekalah trensetter dunia Islam hari ini. Kiblat kita adalah mereka. Karenanya mereka menghilangkan kewaspadaan dan respek terhadap budaya yang kita junjung, termasuk agama. Toh, selama ini -pada faktanya budaya mereka lah yang selalu kita elukan. Mereka adalah para idol yang digilai oleh remaja kita. Dan kita adalah fans fanatik mereka.

Ada banyak kasus penistaan yang berakhir blast of wind. Dimaafkan begitu saja. Seperti pencatutan nama Fatimah penghulu wanita di Surga, yang 'diremix' di Drama Memories Of The Alhambra dan kasus Jay Park yang menambah nama Allah dengan makna yang buruk dalam lagunya yang berjudul “Mukkbang (Remix)” dan dinyanyikan oleh Lil Cherry & Goldbuuda. "Worship m like Allah. Get it done like wallah (Puja aku bagai Allah. Selesaikan seperti wallah)". Parahnya!

Anehnya, masih banyak K-Popers muslim yang membela. Idol mereka tak pernah salah. Remaja muslim masih saja mengidolakan mereka. Katanya, itu salah agensi, salah pencipta lagu, salah koreografer, dan sutradara. Yang jelas Idolnya nggak pernah berdosa. Celakanya, inilah ciri inferioritas yang sebenarnya. Dimana kita tidak memiliki sikap dan wibawa. Semudah itu pandangan kita terhadap agama. Semudah itu, kita membela kawan-kawan mereka, setelah dihina. Apa kita tidak sadar juga? Idol, menajemen ,dan perusahan tempat mereka bernaung itu, mereka satu tim. Satu kepentingan dan mindset yang sama.

Dan inilah poin yang ingin penulis sampaikan. Bisa saja, penistaan yang berulang terjadi pada agama Islam hari ini, justru karena umat Islam tidak menghargai agamanya. Mereka melihat, bahwa kita bukan orang yang bangga dengan status keislaman kita. Kendati kita muslim, miliki sosok teladan terbaik sepanjang sejarah manusia, tetap saja kita mengidolakan mereka dan pelan-pelan mengikuti millah (agama, adat dan budaya) mereka. Jadi wajar, jika mereka berpikir kita adalah kaum rendah. Kaum terjajah. Mudah ditipudaya. Mereka melihat kita bukan orang yang respek terhadap agama. Justru membanggakan sosok dan budaya mereka. Lebih wajar lagi jika mereka pun tidak perlu respek kepada agama kita. Sehingga mereka berpikir agama kita mudah direndahkan. Dinista dan dijadikan mainan.

Seandainya umat Islam di dunia. Terkhusus generasi muslim Indonesia tidak menjadikan kiblat budaya dan tokoh-tokoh mereka, namun kokoh berpegang teguh pada ajaran Islam yang suci. Menjadikan generasi sahabat, shalafus shalih sebagai teladan, yang diidolakan. Mustahil mereka akan berani menistakan agama kita. Yang ada mereka takut. Mengingat generasi Islam terdahulu adalah orang yang memiliki semangat juang dan membela agamanya dengan sikap rela mengorbankan apa saja, bahkan nyawa.

Masih ingat kasus kasus bani Qainuqa yang diusir oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam saat awal bangunan Islam di Madinah? Yahudi Qainuqa melanggar perjanjian dengan Rasulullah, dan menista syariat Allah. Apa yang terjadi pada mereka? Rasulullah mengusir mereka dan tak membiarkan mereka menginjakkan kaki ke Madinah. Begitulah seharusnya kaum muslim tegas dalam bersikap. Bukan malah sekadar mengecam, namun tambah bucin dan mengidolakan mereka. Sungguh itu bukan sikap muslim. Malu kita jika kelak berjumpa dengan Rasulullah. Kita ini umatnya. Sukakah kita kelak digolongkan ke golongan mereka, yakni golongan pembenci Islam?

Mereka bukan Muslim, malah gemar menistakan agama kita. Logiskah jika kita tetap di pihak mereka? Mungkin sudah saatnya kita berpikir, kepada golongan mana kita wajib berpihak. Sembari mengingat sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam:

الْمرْءُ مع منْ أَحَبَّ يَوْمَ الْقِيامةِ

"Seseorang itu beserta orang yang dicintainya pada hari Kiamat.” (HR. Tirmidzi)

Wallahu'alam..[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Kawin Kontrak: Praktik Ilegal karena Liberalis Nakal
Next
Goresan Cakrawala Senja
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram