Pemuda Menyongsong Visi Mulia

"Di pundak pemudalah masa depan agama dan peradaban manusia digantungkan. Keberhasilan membangun visi kehidupan kepada pemuda, akan menjadi titik awal menyelamatkan dunia dan peradabannya. Sebaliknya, kehancuran dunia berawal dari kegagalan generasi terdahulu menanamkan visi kehidupan kepada generasi muda hari ini."

Oleh: Weni Anggraeni

NarasiPost.Com-Negeri ini masih diwarnai dengan serba-serbi pandemi. Dari awal kemunculannya, pandemi telah menjamah semua lini. Tak ketinggalan para pemuda-pemudi juga terdampak, baik fisik maupun emosi.

Emosi pemuda hari ini begitu mudah tersulut. Hanya karena adu mulut bisa berakhir dengan baku hantam dengan sesama pemuda lainnya.

Selama pandemi, kita tentu mendengar berita tentang ulah para pemuda. Saat pandemi pun dijumpai terjadinya tawuran, dan diklaim bahwa pandemi membuka peluang meningkatnya kenakalan atau ulah kawula muda. Jika kita telisik lebih dalam, kenakalan yang dilakukan oleh kawula muda adalah akibat dari kekosongan dan kekeliruan visi dan misi hidup para pemuda.

Kekosongan dan kekeliruan visi dan misi hidup mengakibatkan seseorang mudah rapuh, mengalami kebingungan, galau dan sering kehilangan semangat karena tidak memahami untuk apa hidupnya. Kondisi seperti ini harus segera diatasi. Jika dibiarkan, maka segenap potensi yang ada pada pemuda hanya digunakan dalam aktivitas-aktivitas yang nirmanfaat bahkan bisa terjerumus pada hal-hal kerusakan. Bukankah kita melihat, banyaknya pemuda hari ini lebih tertarik dengan joget tiktok, ngeprank, nonton film hingga belasan episode, daripada menambah literasi atau diskusi? Sungguh ironis.

Padahal menurut pandangan Islam, di pundak pemudalah masa depan agama dan peradaban manusia digantungkan. Keberhasilan membangun visi kehidupan kepada pemuda, akan menjadi titik awal menyelamatkan dunia dan peradabannya. Sebaliknya, kehancuran dunia berawal dari kegagalan generasi terdahulu menanamkan visi kehidupan kepada generasi muda hari ini.

Visi dapat dikatakan sebagai impian, cita-cita, tujuan yang hendak dicapai. Sebagai seorang muslim, visi ditentukan bukan berdasarkan keinginan pribadi, instansi ataupun korporasi. Tetapi visi ini sesuai dengan perintah Allah Swt sebagai Rabb semesta alam ini. Maka apa pun yang akan kita lakukan harus merujuk pada petunjuk hidup yang telah Allah diberikan, yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Dalam Al-Qur'an surah Adz-Dzariyat ayat 56 disampaikan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Inilah visi besar seorang mukmin. Adapun dalam surah Ali Imran ayat 110 secara jelas Allah Swt menggariskan misi hidup kaum muslimin dengan predikatnya sebagai khairu ummah (umat terbaik), yakni melakukan amar makruf nahi mungkar dan memegang teguh keimanan kepada Rabb-nya.

Dengan demikian, visi hidup seorang muslim adalah beribadah kepada Allah dan berusaha mendapatkan rida-Nya. Maka seluruh aktivitas kita mestinya berporos pada ibadah kepada Allah agar Allah rida kepada kita. Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Jika seseorang sudah sadar akan visi penciptaannya sebagai manusia di bumi ini, maka tak ada waktu yang terbuang begitu saja. Setiap kesempatan yang ada ia akan digunakan untuk perbuatan yang dapat mendatangkan keridaan Allah. Dan ia akan menggunakan segala potensi yang telah Allah berikan semata-mata beribadah kepada Allah. Ia akan menyingkirkan segala sesuatu yang bisa menjadi penghalang terwujudnya visi besar yang telah ia patri dalam hati.

Kita bisa belajar dari sosok pemuda asal Quraisy yang bernama Mus'ab bin Umair r.a. Ia merupakan pemuda tampan, kaya raya, cerdas, penuh semangat, dan selalu dimanjakan dengan kenikmatan yang menyilaukan mata. Tetapi, sesaat semua itu sirna. Ia rela melepaskan segala macam kenikmatan tersebut dan demi visi mulia yang sudah Ia pegang teguh.

Baca juga di :https://narasipost.com/2021/09/06/ancaman-bagi-para-pencari-ilmu/

Kisahnya begitu memesona. Mus'ab bin Umair r.a adalah salah satu pemuda yang ditempa oleh Islam dan dididik langsung oleh Rasullullah Muhammad saw.

Suatu hari, Mus'ab bin Umair r.a dipilih oleh Rasullullah saw untuk menjadi duta pertama Islam di Madinah. Ia diberikan tugas yang agung dan juga berat. Rasullullah saw perintahkan ia untuk mengajarkan agama kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasullullah saw di bukit Aqabah. Dan mengajak masyarakat Madinah untuk masuk Islam serta mempersiapkan Madinah menjadi Daulatul Ula.

Mus'ab bin Umair r.a pemuda cerdas itu menyadari visi agung yang Ia emban tidaklah mudah. Ia memahami tugasnya dan mampu menempatkan diri sesuai kapasitasnya. Ia sadar tugasnya hanya menyampaikan, menyeru kepada Allah, menyadarkan manusia yang masih terkungkung kegelapan menuju cahaya Islam.

Dengan kemuliaan akhlak dan kecerdasan berpikir yang dikaruniakan Allah kepadanya, akhirnya berhasil membuat penduduk Madinah berbondong-bondong masuk Islam. Mus'ab bin Umair r.a telah berhasil menyongsong visi mulia itu, hingga tiba waktunya Rasullullah dan para Sahabat hijrah ke Madinah.

Keberhasilan Mus'ab bin Umair r.a dalam mengemban visinya patut kita teladani. Ia berhasil menjadi pionir tersebarnya Islam di Madinah dan mengubah pola pikir penduduk Madinah dengan Islam. Hingga terbentuklah masyarakat Islam pertama di sana.

Hari ini muslimin terpuruk dan terjajah dalam atmosfer kapitalisme, begitupun pemudanya, mereka disibukan dengan kesibukan yang melenakan hingga lupa akan visi mulia yang mereka pikul. Wahai pemuda Islam, jadilah Mus'ab bin Umair berikutnya yang senantiasa menyongsong visi mulia demi tegaknya Islam dan kemuliaan kaum muslim.
Wallahu'alam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Weni Anggraeni Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Intervensi AS: Kekangan bagi Taliban
Next
Neraca Logika, Saat Akal Dijadikan Tuhan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram