"Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Itulah buah dari sitem sekuler kapitalisme yang dianut oleh negari ini. Sistem sekuler kapitalisme yang menciptakan gap kelas yang sangat besar antara rakyat jelata dan pejabat penyelenggara negara."
Oleh. Ayu Mela Yulianti, SPt
(Pemerhati Generasi)
NarasiPost.Com-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyoroti hasil laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) yang diterima. Hasilnya, tercatat sebanyak 70 persen penyelenggara negara memiliki harta yang kian berlimpah. Selain di lembaga legislatif, harta para pejabat di eksekutif dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah naungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama pandemi Covid-19 juga bertambah. (Merdeka.com, September 2021)
Di sisi lain, satu keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan anak yang masih berusia 6 tahun ditemukan tewas di dalam tumpukan puluhan plastik berisi baju baru siap edar. Polisi menduga, mereka tewas karena tertimpa puluhan tumpukan baju di sebuah rumah yang menjadi gudang penyimpanan pakaian.
Kasat Reskrim Polresta Banjarmasin, Kompol Alfian Tri Permadi, mengatakan ketiganya merupakan satu keluarga yang ditugaskan pemilik salah satu penjual baju menjaga gudang itu. Ketiganya ditemukan tewas pada Jumat (10/9) malam. (Kumparan.com, September 2021)
Miris, kehidupan berkecukupan di kalangan penguasa dan pejabat penyelenggara negara berbanding terbalik dengan kehidupan sempit yang dinikmati publik. Hingga ada banyak rakyat yang menderita, sampai-sampai hidup pun tinggal di gudang pakaian dan mati mengenaskan sebab tertimpa benda-benda di dalam gudang. Entah bagaimana nanti hisab yang akan diterima oleh para pemimpin dan pejabat penyelenggara negara saat mereka benar-benar abai dalam mengurusi rakyatnya. Sehingga rakyatnya banyak yang tertimpa kelaparan dan ketiadaan tempat tinggal, sedangkan para pejabat penyelenggara negara hidup dalam kemakmuran.
Pasti mereka, yaitu para pemimpin dan pejabat penyelenggara negara, akan dituntut oleh rakyatnya di hadapan hakim yang Mahaadil, Allah Swt. Dan Allah Swt akan menimpakan siksaannya yang sangat pedih akibat abainya mereka terhadap amanah jabatan dan kekuasaan. Itu pasti terjadi.
Sebetulnya, Rasulullah saw telah mengabarkan kepada kita bahwa Allah Swt telah memerintahkan manusia agar menerapkan hukum syariat yang telah ditetapkan-Nya untuk kehidupan manusia. Hal tersebut agar timbul keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan. Rakyat tidak didmzalimi dan penguasa serta pejabat penyelenggara negara pun tidak berbuat zalim terhadap rakyatnya.
Namun, karena hukum syariat Islam tidak diterapkan dalam kehidupan, maka semua terkena akibat buruknya, yaitu rakyat dizalimi sebab haknya tidak ditunaikan oleh negara. Adapun pejabat penyelenggara negara pun menzalimi rakyatnya sebab tidak menunaikan kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah Swt terkait amanat jabatan dan kekuasaan untuk mengurusi seluruh kebutuhan rakyatnya, mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan, dan pendidikan. Inilah buah pahit nan beracun yang harus kita telan saat meninggalkan hukum syariat Islam dan mengambil hukum sekuler kapitalis dalam kehidupan kita.
Para penguasa dan pejabat penyelenggara negara akan berlomba-lomba untuk memperkaya diri sendiri, sebab sistem sekuler kapitalis membolehkannya. Para penguasa dan pejabat penyelenggara negara akan leluasa untuk melakukan korupsi sebab sistem sekuler kapitalisme melegalkannya melalui perundang-undangan yang dibuatnya. Alhasil, perilaku demikian akan menyebabkan para penguasa dan pejabat penyelenggara negara akan merampok kekayaan negara dengan jalan yang sangat rakus. Ditambah dengan gaya hidup hedonis liberalistik yang dilahirkan dari rahim sistem sekuler kapitalisme, menambah daftar kekayaan publik yang dirampas dan masuk ke dalam rekening penguasa dan pejabat penyelenggara negara semakin membesar. Hal ini menyebabkan harta publik raib dan para penyelenggara negara tidak mampu mengurusi urusan publik yang seharusnya diurusi dengan benar berupa kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Hal itu dikarenakan hilangnya harta negara akibat aktivitas perampokan yang dilegalkan undang-undang yang dibuatnya sendiri.
Alhasil menjadi pemandangan yang biasa saja terjadi dalam sistem sekuler kapitalisme, jika rakyat hidup penuh dengan penderitaan, kurang makan, kurang minum, tidak punya tempat tinggal, tidak bersekolah, tidak sehat dan tidak aman. Adalah hal yang biasa saja terjadi dalam sistem sekuler kapitalisme jika pejabat penyelenggara negara hidup mewah berkecukupan dengan gaya hidup mewah yang dipertontonkan, sedangkan rakyat hidup penuh dengan derita. Adalah hal yang biasa saja terjadi dalam sistem sekuler kapitalisme jika kehidupan rakyat jelata terpisah dengan kehidupan penguasa dan pejabat penyelenggara negara. Sebab sistem sekuler kapitalisme akan menciptakan gap kelas yang sangat besar antara rakyat jelata dan pejabat penyelenggara negara. Hampir-hampir antara rakyat dan pejabat penyelenggara negara, mereka tidak mengenal satu sama lain. Inilah hasil dari sistem sekuler kapitalisme yang sangat tidak manusiawi.
Lalu sampai kapan kita akan bertahan dalam hidup yang penuh dengan kezaliman ini? sungguh jawabannya adalah sampai kita mau membuang dan mengubur sistem hidup sekuler kapitalisme dan menggantinya dengan sistem hidup yang sangat manusiawi, yaitu sistem Islam kafah yang menerapkan syariat Islam secara total. Dalam sistem Islam, penyelenggara negara wajib amanah dengan jabatannya, ia tidak boleh mengambil harta rakyat untuk kehidupannya. Ia wajib memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya dengan baik. Ia wajib memberi makan minum rakyatnya yang kelaparan dan kekurangan makan. Ia wajib memberi tempat tinggal bagi rakyatnya yang tidak memiliki tempat tinggal. Ia wajib memberi pakaian bagi rakyatnya yang tidak memiliki pakaian. Ia wajib memberi rasa aman kepada rakyatnya. Ia wajib menyejahterakan seluruh rakyatnya. Ia pun wajib mencerdaskan rakyatnya dengan memberikan pendidikan yang baik. Demikianlah tanggung jawab besar para penguasa dan pejabat penyelenggara negara.
Islam telah mengharamkan jabatan dan kekuasaan dijadikan sebagai jalan untuk meraup kekayaan duniawi pejabat dan penyelenggara negara. Dan Islam tidak pernah memberikan jalan pada para penjabat dan penyelenggara negara untuk mengambil dan mengoleksi banyak harta. Islam mengancamnya dengan ancaman yang sangat pedih bagi para pejabat dan penyelenggara negara yang berbuat demikian. Hal tersebut telah dicontohkan oleh Baginda Rasul saw dan para sahabatnya. Sebagai negarawan sejati, Rasul Munammad Saw adalah orang yang pertama lapar dan terakhir kenyang. Pun dengan para sahabat yang menjadi pemimpin umat sepeninggalnya. Rasul saw dan para sahabat mengurusi masyarakat yang menjadi rakyatnya dengan baik, hingga ada segolongan kaum miskin, papa, dan lemah dalam segala hal diurusi dengan baik oleh Baginda Rasul saw. Mereka yang dikenal dengan golongan ahlu suffah, diberi tempat tinggal oleh Baginda Rasul saw, dipenuhi segala kebutuhannya dengan sangat baik.
Pun begitu dengan Umar bin Khattab r.a, sahabat Rasul yang menjadi Amirul Mukminin sepeninggal Baginda Rasul saw, yang memiliki kekuasaan yang sangat besar, yang mampu menaklukan imperium Persia dan Romawi. Umar bin Khattab r.a hidup dalam kesederhanaan dan kebersahajaan, jauh dari kehidupan mewah dan berfoya-foya. Sedangkan kehidupan rakyatnya sangat sejahtera dan sangat berkecukupan. Semua hal ini dilakukan oleh umar bin Khattab r.a karena beliau mencontoh dan meneladani cara Rasul saw ketika menjadi pemimpin umat.
Pun begitu dengan Umar bin Abdul Aziz r.a, salah satu khalifah dari Bani Umawiyah, yang berhasil menyejahterakan rakyatnya sampai pada titik sulitnya penyelenggara negara untuk menemukan orang miskin yang mau menerima harta zakat. Alhasil, harta zakat tertumpuk penuh di Baitul Mal sebab tak ada satu pun rakyatnya yang mau menerima harta zakat, sebab sejahteranya kehidupan mereka. Begitulah seharusnya kehidupan ini berjalan, yaitu merapkan syariat Islam kafah dalam bingkai Khilafah sebagai sistem kehidupan warisan baginda Rasul saw, yang telah terbukti mampu mengantarkan kebaikan dan keberkahan hidup. Wallahualam.[]