Mengapa Harus Belajar Bahasa Arab?

"Sesungguhnya, bahasa Arab adalah bagian dari agama. Mengetahuinya adalah kewajiban. Sebab, memahami Al-Kitab dan as-Sunah merupakan kewajiban. Keduanya tidak dapat dipahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Satu kewajiban yang tidak dapat dilaksanakan secara sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu juga menjadi wajib. Di antara hukum mempelajari bahasa Arab ada yang fardlu 'ain dan ada pula yang fardlu kifayah."
(Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah )

Oleh. Mariyatul Qibtiyah, S.Pd
( Pegiat Literasi )

NarasiPost.Com-Pengamat intelijen, Susaningtyas Nefo Kertopati, membuat statement yang kontoversial. Ia menyatakan bahwa di Indonesia saat ini mulai banyak sekolah yang menjadikan Taliban sebagai kiblatnya. Padahal menurutnya, Taliban adalah organisasi yang radikal.
Ia kemudian menjelaskan ciri-ciri sekolah dan guru yang berkiblat ke Taliban, yaitu tidak mau menghafal nama-nama menteri, partai politik, serta tidak mau memasang foto presiden dan wapres. Ciri lain yang mengindikasikan seorang anak muda terpapar radikalisme adalah belajar bahasa Arab.

Setelah masyarakat mengkritisi ucapannya, Susaningtyas pun melakukan klarifikasi. Ia mengatakan bahwa sebagai anak bangsa yang telah memiliki bahasa nasional, semestinya harus memahami perbedaan konteks kedudukan bahasa Arab, antara sebagai bahasa resmi di PBB dan sebagai alat komunikasi sehari-hari. (republika.com, 08/09/2021)

Klarifikasi itu seolah menyiratkan bahwa tidak seharusnya generasi muda di negeri ini menggunakan bahasa Arab untuk berkomunikasi. Padahal, banyak juga anak muda di negeri ini yang menggunakan bahasa asing lain saat berkomunikasi. Misalnya, bahasa Inggris dan Mandarin. Namun, mereka tidak disebut radikal atau berkiblat pada Barat atau Cina. Lantas, mengapa yang menggunakan bahasa Arab untuk berkomunikasi disebut radikal dan berkiblat pada Taliban?

Padahal bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur'an dan As-Sunah. Keduanya merupakan sumber hukum syara yang harus dijadikan pedoman oleh umat Islam. Pada keduanya terhimpun berbagai kaidah-kaidah hukum. Dari keduanyalah digali berbagai hukum yang menjadi solusi bagi permasalahan kehidupan manusia.

Karena itu, Rasulullah secara khusus telah berwasiat kepada umat Islam, agar senantiasa berpegang teguh kepada keduanya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik, Rasulullah saw. bersabda, ْ

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلًُوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللّٰهِ وَسُنَّةِ نَبِيِّهِ

"Telah aku tinggalkan bagi kalian dua perkara, yang kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan keduanya, Kitabullah dan sunah nabi-Nya."

Setiap muslim pasti mengetahui bahwa Al-Qur'an dan As-Sunah diturunkan dalam bahasa Arab, bukan bahasa lainnya. Terkait hal ini, Allah telah berfirman,

إِنّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْأٓنًاعَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa Arab, agar kalian memahaminya." (QS. Yusuf [12]: 2)َ

Di dalam tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang paling jelas dan paling banyak kosakatanya. Bahasa Arab mampu mengungkapkan berbagai pemikiran sehingga mudah dipahami oleh manusia. Tentu saja, untuk memahami Al-Qur'an dan As-Sunah harus memahami bahasa Arab. Karena itu, bahasa Arab merupakan salah satu tsaqafah Islam yang seharusnya dipelajari oleh setiap muslim.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

فَإِنَّ نَفْسَ اللُّغَةِ الْعَرَبِيَّةِ مِنَ الدِّيْنِ وَمَعْرِفَتَهَا فَرْضٌ وَاجِبٌ فَإِنَّ فَهْمَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ فَرْضٌ وَلا يُفْهَمُ إلا بِفَهْمِ اللُّغَةِ الْعَرَبِيَّةِ وَمَا لا يَتِمُّ الْوَاجِبِ إلا بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ ثُمَّ مِنْهَا مَا هُوَ وَاجِبٌ عَلَى الأَعْيَانِ وَمِنْهَا مَا هُوَ وَاجِبٌ عَلَى الْكِفَايَةِ

"Sesungguhnya, bahasa Arab adalah bagian dari agama. Mengetahuinya adalah kewajiban. Sebab, memahami Al-Kitab dan as-Sunah merupakan kewajiban. Keduanya tidak dapat dipahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Satu kewajiban yang tidak dapat dilaksanakan secara sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu juga menjadi wajib. Di antara hukum mempelajari bahasa Arab ada yang fardlu 'ain dan ada pula yang fardlu kifayah."

Karena itulah, bahasa Arab seharusnya dipelajari oleh setiap muslim sejak usia dini. Sebab, setiap muslim wajib terikat dengan hukum syara. Ia harus selalu melandaskan setiap perbuatannya dengan hukum-hukum dari Allah. Sedangkan hukum-hukum itu terhimpun di dalam Al-Qur'an dan As-Sunah dalam bentuk garis-garis besar. Di sinilah letak pentingnya bahasa Arab. Tanpa memahami bahasa Arab, nash-nash syara itu hanya sebatas bacaan indah yang dilombakan dalam musabaqoh-musabaqoh. Dihafalkan oleh para hafiz dengan lancarnya. Dibaca dengan suara nan merdu oleh para Qari'. Namun, isinya tidak pernah diterapkan oleh umat Islam. Maka, tidak ada lagi penggalian hukum, hingga pintu ijtihad dianggap tertutup.

Inilah yang telah terjadi dulu hingga sekarang. Saat itu, kaum muslimin melupakan dalam mempelajari bahasa Arab. Mereka hanya menguasai bahasa Arab pasaran. Sementara, bahasa Arab yang baku mereka tinggalkan. Akibatnya, mereka tidak lagi mampu melakukan ijtihad. Maka, mereka tidak mampu menggali hukum-hukum bagi persoalan-persoalan baru yang bermunculan. Mereka tidak mampu memberikan solusi bagi berbagai persoalan hidup yang terus berkembang. Jadilah, Islam ditinggalkan. Sebab, hukum-hukumnya dianggap tidak mampu lagi mengikuti perkembangan peradaban. Dari situlah muncul kemunduran umat Islam. Mereka tidak mau lagi merujuk pada hukum-hukum Islam. Mereka justru mengambil hukum-hukum buatan manusia. Padahal manusia itu memiliki banyak kekurangan. Ia tidak memahami hakikat dirinya. Sebab, ia bukanlah pencipta dirinya.

Sejak itu, umat Islam hidup dalam keterpurukan dan kehinaan. Mereka dijajah dan ditindas. Meski berbagai penderitaan telah mereka rasakan, mereka belum juga tersadar. Hingga saat ini, mereka belum mau kembali menggunakan hukum-hukum dan aturan dari Rabb-nya. Hukum-hukum dan aturan yang akan membawa kebahagiaan dan kemaslahatan. Padahal, Allah Swt. telah mengingatkan dengan firman-Nya (QS. Thaha [20]: 124)

ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشة ضنكا ونحشره يوم القيامة اعمى

"Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, baginya kehidupan yang sempit. Dan akan Kami bangkitkan ia dalam keadaan buta."
Wallaahu a'lam bishshawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Maraknya Praktik Klenik Akibat Sistemis
Next
Pasangkanlah Sandal-Sandal
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram