“Badai” Putus Kuliah Porak-Porandakan Impian Mahasiswa, Sistem Pendidikan Islam Solusinya

"Ketika pendidikan generasi bangsa dalam kondisi buruk atau memprihatinkan, sudah seharusnya diberi solusi. Solusi tersebut haruslah yang mampu menjamin pendidikan bisa diakses dengan mudah, berkualitas dan efisien. Menerapkan sistem pendidikan Islam merupakan solusi yang tepat untuk atasi masalah pendidikan."

Oleh: Rindyanti Septiana S.H.I
(Pemerhati Sosial dan Politik)

NarasiPost.Com-Putus kuliah tentu lebih menyakitkan dari pada putus cinta karena manusia. Putuh kuliah dapat membuat masa depan suram. Mampu menghilangkan potensi intelektual anak bangsa. Tak hanya itu, generasi kritis, yang merupakan ‘agent of change’ tak lagi bisa diandalkan untuk berperan memajukan negara.

Survei yang dilakukan oleh BEM Universitas Indonesia, 72% dari 3.321 mahasiswa mengalami kesulitan membayar biaya kuliah. (pikiran-rakyat.com, 21/8/2021). Sementara data dari Kemendikbudristek angka putus kuliah telah mencapai 50 %. Berarti setengah juta mahasiswa tak lagi bisa melanjutkan perkuliahan dan harus mengubur impian masa depan.

Bukan hanya masalah putus kuliah yang dihadapi oleh mahasiswa. Tetapi juga selama pendidikan jarak jauh (PJJ) fasilitas kampus tidak dapat mereka nikmati. Padahal itu merupakan kompensasi yang seharusnya didapatkan mahasiswa dengan membayar uang kuliah.
PJJ ternyata membuat kehidupan mahasiswa semakin sulit. Mereka tidak bisa menghemat pengeluaran, sebaliknya justru membengkak karena membeli paket internet. Menurut pengakuan Remy Hastian selaku Koordiantor Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia, survei yang mereka dapatkan, 92,2 persen mahasiswa membutuhkan biaya Rp25ribu-Rp 50ribu per minggu untuk kuota internet. (tirto.id, 4/5/2020)

Mahasiswa Susah Kuliah, Jangan Berakhir Menjadi Kuli-Ah

Pemerintah lewat Kemendikbudristek menyatakan telah mengimbau setiap kampus untuk memberi subsidi pulsa kepada mahasiswa, tetapi kenyataannya tidak semua kampus memenuhi imbauan tersebut. Akhirnya mahasiswa pun berupaya untuk mencari tambahan dana dengan bekerja paruh waktu. Berharap mendapatkan subsidi lancar dari orang tua. Sementara orang tua pun terimbas dampak pandemi. Tidak sedikit mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengakibatkan tak mampu lagi membiayai anak untuk melanjutkan kuliahnya.

Mahasiswa yang merupakan gelar kebanggaan bagi mereka, kini harus merasakan pedihnya karena susah untuk kuliah. Padahal impian telah dipasang setinggi mungkin agar bisa mengubah kehidupan ekonomi keluarga. Tamat kuliah diharapkan memperoleh posisi yang bagus dalam suatu perusahaan besar atau pun melanjutkan pendidikan hingga menjadi ilmuwan.

Sepertinya kesusahan mahasiswa untuk kuliah bisa saja berakhir menjadi kuli-ah. Sebab tak sedikit publik menemukan mereka yang bergelar strata satu bekerja sebagai kuli bangunan, driver online, dan tukang becak. Begitu memprihatinkan nasib anak bangsa dalam kepengurusan sistem demokrasi kapitalis.

Gagal Mencerdaskan Anak Bangsa

Kegagalan sistem pendidikan demokrasi kapitalis selayaknya harus segera disadari oleh rakyat. Jika pemerintah menganggap telah benar menyolusi masalah pendidikan dengan memberikan beasiswa, menghimbau subsidi pulsa selama PJJ, dan meringankan biaya kuliah lewat penundaan serta mencicil pembayaran. Hal itu semua bukan solusi yang mampu menyelesaikan hingga ke akar masalah.
Pasalnya, mahasiswa tetap harus menanggung beban biaya perkuliahan, memenuhi kebutuhan atas kuota internet dan sulitnya memperoleh pekerjaan untuk memodali kebutuhan hidup mereka selama melangsungkan perkuliahan. Karena ada ongkos akomodasi kuliah, biaya makan, dan biaya kontrak atau kosan.

Seharusnya pemerintah dengan sikap bijaksana menggratiskan biaya kuliah atau memotong biaya kuliah hingga mahasiswa mampu menjangkaunya. Perlu diketahui oleh publik, mahasiswa yang paling banyak mengalami putus kuliah berasal dari perguruan tinggi swasta. Apalagi dengan persyaratan Jaminan Kemampuan Keuangan (JKK), calon mahasiswa harus mencantumkan rekening dari orang tua atau wali mahasiswa dengan nominal minimum Rp100 juta.

Tentu tak murah untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini disebabkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) didorong untuk berbadan hukum agar bisa menerima dana dari masyarakat dan bisa lebih berkembang. Begitu yang disampaikan oleh Ina Liem, seorang konsultan pendidikan dan karier. Kedepannya, pemerintah mengurangi atau pun bisa menghilangkan subsidi kepada PTN untuk mengembangkan berbagai fasilitas pendidikan. (kompas.com, 22/7/2020)

Sistem Pendidikan Islam dalam Khilafah

Ketika pendidikan generasi bangsa dalam kondisi buruk atau memprihatinkan, sudah seharusnya diberi solusi. Solusi tersebut haruslah yang mampu menjamin pendidikan bisa diakses dengan mudah, berkualitas dan efisien. Menerapkan sistem pendidikan Islam merupakan solusi yang tepat untuk atasi masalah pendidikan.

Dalam sistem pendidikan Islam, pendidikan tidak ditujukan untuk mendapatkan keuntungan materi, melainkan untuk kemaslahatan umat lewat penemuan-penemuan yang dihasilkan para ilmuwan. Maka, sistem pendidikan Islam mendidik generasi menjadi para ilmuwan atau pun pakar dalam bidang pendidikan yang ditekuni. Tidak seperti sistem demokrasi kapitalis yang menjadikan generasi sebagai pekerja yang siap untuk memenuhi tuntutan dunia industri.

Khilafah tidak akan mengalami kerugian atas berbagai kebijakan yang menggratiskan seluruh fasilitas pendidikan. Karena pengelolaan keuangan dan pendapatan negara yang amanah. Maka, Khalifah akan menyediakan fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang memadai seperti gedung-gedung sekolah, laboratorium, dan balai-balai penelitian, serta memenuhi buku-buku pelajaran yang dibutuhkan generasi. Dalam kondisi terjadinya wabah penyakit seperti pandemi, kebutuhan PJJ pun akan didukung sepenuhnya oleh negara. Ditambah pula pengawalan dan melakukan evaluasi dalam setiap pembelajaran.

Bukti suksesnya Khilafah menyelenggarakan pendidikan tercermin pada masa Khalifah al-Muntashir Billah. Khalifah mendirikan Madrasah al-Muntashiriah di kota Baghdad. Setiap siswanya menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian para siswa pun dijamin sepenuhnya oleh negara.

Maka, kita tentu merindukan masa kepemimpinan Islam, dalam pengurusannya bukan hanya sistem pendidikan yang mendapatkan perhatian istimewa oleh Khalifah. Tetapi sistem kesehatan, keamanan, apalagi kebutuhan pokok rakyat akan terjamin dipenuhi oleh negara.

Allah Swt berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Maka, Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S Al-A’raf : 96).

Kehidupan dalam Khilafah memastikan umat terjaga akidahnya dan tersuasanakan dengan keimanan. Maka, keberkahan Allah pun turun menaungi mereka. Masya Allah.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rindyanti Septiana S.H.I Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menikmati Segala Rasa
Next
Ibu Susu untuk Si Bungsu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram