"Perlunya persiapan yang memadai dalam menghadapi AKM. Salah satunya adalah mengadakan bimbingan teknik (bimtek) kepada pihak sekolah sebagai pihak penyelenggara, bimbingan khusus soal-soal AKM kepada para siswa yang akan mengikuti ujian, juga disertai dengan simulasi pengerjaan soal tersebut di komputer, agar anak tidak merasa kebingungan."
Oleh. Euis Hamidah
NarasiPost.Com-Seiring dengan perubahan kurikulum yang terjadi pada sistem pendidikan di Indonesia, maka terjadi perubahan kebijakan di dalamnya. Salah satu hal yang berubah yaitu Ujian Nasional (UN) yang biasa dilaksanakan oleh siswa-siswi kelas akhir di jenjang SD, SMP, dan SMA kini berubah menjadi Assesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang dilaksanakan oleh siswa-siswi kelas 5 SD, 2 SMP, dan 2 SMA yang dipilih secara acak dari setiap sekolah. Tentu saja AKM ini menimbulkan beberapa problematika di lapangan. Ditambah dengan kondisi pendidikan yang selama kurang lebih 2 tahun ini kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara online/daring di rumah.
Apa itu Assesmen Kompetensi Minimum (AKM)?
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat.
Apa saja yang diujikan dalam AKM?
Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yakni literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia dan untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat. Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia (kemdikbud.go.id).
Adapun AKM tersebut akan dilaksanakan lewat daring. Namun pada kenyataan di lapangan, banyak sekali ketimpangan yang terjadi dalam mempersiapkan AKM ini. Salah satunya adalah kesiapan siswa-siswi yang mengikuti AKM. Sehubungan dengan mewabahnya pandemi Covid-19, maka Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pun dilakukan secara daring/online. Tak jarang ditemui, baik guru ataupun murid yang merasa kesusahan dalam melakukan KBM secara daring ini. Banyak guru yang merasa kurang puas akan materi yang disampaikan kepada muridnya, dan murid pun merasa kurang paham akan materi yang disampaikan, sehingga efektivitas tidak tercapai dalam pembelajaran. Belum lagi suasana pembelajaran yang terkadang monoton, hanya absen kemudian memberi tugas tanpa ada interaksi membuat anak jenuh, sehingga anak lebih sering memilih untuk bermain bersama teman-teman di lingkungan sekitar rumahnya.
Baca juga :https://narasipost.com/2021/09/07/petani-merintih-di-tengah-pandemi/
Selain itu, kesiapan lembaga sekolah sebagai penyelenggara kegiatan AKM pun harus dipertimbangkan. Karena tidak sedikit sekolah yang guru-gurunya masih kaku atau bahkan asing untuk daerah terpencil dalam mengoperasikan komputer atau laptop. Sehingga diperlukan bimbingan kepada guru-guru dan staff di sekolah perihal pelaksanaan AKM ini. Juga fasilitas penunjang lainnya, seperti jumlah komputer dan jaringan internet yang harus maksimal serta stabilitas listrik sekolah yang harus terjaga. Jangan sampai, ketika AKM berlangsung, jaringan internet bermasalah atau yang paling parah listrik padam. Selain itu, tak sedikit anak kurang mengenal TIK (Teknologi, Informasi, dan Komunikasi) dan komputer. Karena selama pembelajaran daring, anak hanya menggunakan gawai sebagai alat penunjang pembelajaran.
Juga kesiapan membaca siswa-siswi pun harus dijadikan bahan pertimbangan AKM ini. Jenis-jenis soal AKM yang dalam bentuk pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat, dan esai yang menuntut anak untuk berpikir secara kritis. Sedangkan kemampuan berpikir kritis akan muncul jika anak senang membaca. Tak dapat dimungkiri, selama pembelajaran daring ini banyak sekali kemampuan anak yang kurang terasah, salah satunya adalah kemampuan membaca. Banyak anak yang malas untuk membaca tugas yang sudah diberikan oleh gurunya dengan alasan jenuh dan lebih ingin bermain bersama temannya atau bermain game di gawai. Fakta ini menguatkan hasil survei 2019 yang mengatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara. Yang artinya Indonesia menempati posisi 10 terbawah. (pikiran-rakyat.com/)
Oleh karena itu, dalam menghadapi AKM diperlukan persiapan yang memadai. Salah satunya adalah mengadakan bimbingan teknik (bimtek) kepada pihak sekolah sebagai pihak penyelenggara, bimbingan khusus soal-soal AKM kepada para siswa yang akan mengikuti ujian, juga disertai dengan simulasi pengerjaan soal tersebut di komputer, agar anak tidak merasa kebingungan. Dan yang terpenting adalah memupuk minat baca anak sejak dini. Adapun yang dapat dilakukan dengan menjalin koordinasi antara guru (pihak sekolah) dan orang tua di rumah agar anak mau membaca, terutama buku pelajaran. Agar saat menghadapi berbagai bentuk soal-soal yang disajikan dalam AKM dapat dengan mudah dipahami maksudnya oleh para siswa.
Di dalam Islam, segala sesuatu yang dilakukan dalam kehidupan haruslah dirancang dan dipersiapkan dengan matang. Jika perencanaannya kurang matang, maka hasil yang didapatkannya pun akan kurang maksimal. Begitu pula AKM ini, apabila dari pihak sekolah sebagai penyelenggara dan siswa sebagai peserta AKM masih kurang persiapan, maka tak dapat dimungkiri jika hasilnya pun akan kurang maksimal. Begitu juga pemberian bimbingan teknik (bimtek) kepada sekolah dirasa perlu untuk segera dilaksanakan, agar para pelaksana dapat lebih berkompeten dalam mempersiapkan. Karena ketika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Tentulah kita semua tidak ingin apa yang dilakukan dan dipersiapkan menjadi hal yang sia-sia. Maka dari itu, AKM ini perlu dipersiapkan jauh-jauh hari, baik itu oleh pihak sekolah, guru, maupun siswa.[]