Banyak anak-anak melakukan cuci darah (hemodialisis) di RSCM, Jakarta. Kabar ini memantik keresahan di masyarakat.
Oleh. Nurhayati, S.S.T.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Viral beberapa waktu lalu tentang banyak anak-anak usia 12 tahun ke atas melakukan cuci darah (hemodialisis) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Kabar ini memantik keresahan di masyarakat tentang rentannya penyakit gagal ginjal pada usia yang terbilang cukup muda.
Menanggapi hal ini, Konsultan nefrologi anak dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A(K). membeberkan bahwa ada sekitar 60 anak yang melakukan terapi cuci darah dikarenakan sindrom nefrotik dan kelainan ginjal bawaan. Beberapa di antaranya adalah pasien rujukan karena tidak semua rumah sakit menyediakan layanan hemodialisis. Dr. Eka juga menyebutkan bahwa gagal ginjal pada anak dipicu oleh pola konsumsi yang tidak sehat, seperti makanan dan minuman kemasan yang kandungan gulanya tinggi. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal/gagal ginjal (Detik.com, 27-7-2024).
Pola Konsumsi Anak
Saat ini marak produk makanan dan minuman yang tidak sehat bagi tubuh, seperti memiliki kandungan gula yang tinggi dan bahan pengawet. Jika dikonsumsi terus menerus akan memberikan dampak buruk terhadap kesehatan.
Fakta bahwa banyak anak yang melakukan terapi cuci darah seharusnya membuat kita peduli terhadap pola konsumsi anak-anak. Kebanyakan kita fokus pada rasa makanan, bukan komposisi makanan tersebut. Dengan kata lain, kandungan gizi seolah-olah tidak penting.
Sedangkan industri makanan dan minuman fokus menghasilkan produk yang diminati masyarakat. Tidak lagi menitikberatkan kepada aspek kesehatannya karena perusahaan mementingkan profit. Hal ini wajar dalam sistem kapitalisme yang tujuan utama produksinya adalah materi. Memperbaiki nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) dalam label produk tidak menjadi titik fokusnya. Sedangkan masyarakat dalam membeli sesuatu hanya mementingkan rasa dan promosi yang gencar. Akibatnya, banyak warga yang menjadi korban.
Sektor industri adalah sektor yang menjadi komponen pendukung negara. Sebenarnya dari sisi regulasi negara punya andil besar dalam mengontrol industri, termasuk memastikan apa saja yang menyehatkan dan membahayakan kesehatan rakyat. Namun, faktanya saat ini negara hanya berperan sebagai regulator, tidak bertindak tegas terhadap hal-hal yang membahayakan rakyat.
Memang ada wacana pemberlakuan cukai untuk makanan/minuman berpemanis yang digadang-gadang mampu mengontrol peredaran makanan minuman berpemanis. Namun, bisa diprediksi bahwa industri tetap akan memproduksi minuman berpemanis, meski dikenakan cukai. Dari sini kita melihat bahwa negara telah abai dalam menentukan standar keamanan pangan serta dalam memberikan jaminan makanan yang halal dan tayib bagi masyarakat.
Makanan Halal dan Tayib, Tanggung Jawab Negara
Sebagai seorang muslim, menjadi kewajiban kita untuk memastikan makanan dan minuman yang kita konsumsi bukan hanya halal, tetapi juga tayib, artinya kita memastikan apa yang kita konsumsi berdampak baik bagi tubuh kita. Sebagaimana firman Allah, “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah: 168).
Peran negara amat penting dalam penyediaan makanan halal dan tayib. Ia memegang kendali atas pemenuhan pangan untuk rakyatnya. Negara juga harus memastikan makanan yang diproduksi oleh industri sesuai dengan syariat Islam dengan cara menerapkan standardisasi mutu bahan pangan dan proses pengelolaannya baik untuk kesehatan. Bukan bergantung kepada selera pasar seperti yang terjadi dalam sistem hari ini.
https://narasipost.com/opini/06/2024/hemodialisis-menghantui-kawula-muda/
Negara akan menyediakan bahan terbaik, tenaga ahli, dan terjun langsung dalam melakukan pengawasan makanan yang beredar di masyarakat. Negara juga memberlakuan sanksi yang tegas bagi pihak yang melanggar aturan ini. Selain itu, negara juga akan melakukan edukasi kepada rakyatnya tentang makanan halal dan tayib melalui berbagai mekanisme dan sarana sehingga terwujud kesadaran di tengah masyarakat.
Lebih dari itu, kesadaran terhadap makanan halal dan tayib bukan hanya dibangun atas kesadaran individu, tetapi juga butuh dukungan negara dan sistem. Di sinilah pentingnya sistem Islam yang bersumber dari Allah Sang Pencipta dan Pengatur kehidupan. Wallahua'lam bishawab.[]
Ngeri juga ya melihat kabar gagal ginjal sejak usia muda, maka haruslah peran negara mengambil cepat tanggung jawab sebagai pelindung masyarakat dari sisi keamanan makanan.
Banyaknya anak cuci ginjal menunjukkan kegagalan negara dalam menjaga kesehatan masyarakat. Sedihnya lagi, jika menimpa kelompok.miskin.