Tidak adanya campur tangan agama dalam dunia pendidikan telah mengakibatkan negara gagal dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas tinggi. Para peserta didik tidak mempunyai patokan dalam bertingkah laku. Mereka bebas berbuat apa pun tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya.
Oleh. Dewi Kusuma
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pemerhati Umat)
NarasiPost.Com-Nyawa seolah tak berharga. Betapa bengis dan mudahnya manusia melakukan pembunuhan terhadap orang lain. Mirisnya hal ini justru terjadi di kalangan mahasiswa, di mana seharusnya mereka disibukkan dengan urusan belajar demi mencapai cita-citanya. Apalagi ini terjadi di universitas favorit di Indonesia, yang untuk mendapatkan kursi di bangku kuliah ini tidaklah mudah. Mereka mesti bersaing dengan ratusan bahkan ribuan orang untuk bisa mengenyam pendidikan di universitas ini.
Dikutip dari detikNews.com (6/8/2023), Wakasat Reskrim Polresta Depok AKP Nirwan Pohan dalam konferensi pers di kantornya, mengungkapkan bahwa kasus pembunuhan yang terjadi di antara mahasiswa UI telah berhasil diungkap. Pelaku pembunuhan telah ditangkap dalam waktu 3 jam setelah adanya pelaporan penemuan mayat dan mendapatkan keterangan saksi pada Sabtu (5/8).
Kasus pembunuhan ini menimpa korban yang bernama Muhammad Naufal Zidan (19) Mahasiswa Jurusan Sastra Rusia Universitas Indonesia yang tewas setelah ditikam berkali-kali oleh seniornya sendiri, yakni Altafasalya Ardnika Basya (23). Penyebab dari kasus pembunuhan ini karena tersangka terjerat permainan kripto hingga terjerat pinjaman online (pinjol) yang berjumlah hingga 80 juta rupiah.
Astagfirullah. Seorang mahasiswa di universitas kenamaan ini tega berbuat nekat tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya. Tak sadarkah bahwa dirinya adalah anak yang menjadi kebanggaan orang tuanya? Untuk sekadar bisa diterima di bangku kuliah universitas ini pun butuh kecerdasan otak dari calon mahasiswa. Otomatis anak-anak yang kuliah di UI ini adalah para mahasiswa yang punya kemampuan tersendiri. Karena seleksi untuk masuk di perguruan tinggi ini sangat ketat. Mereka harus mempunyai nilai yang tinggi.
Sungguh sangat disayangkan, mengapa setelah diterima di Universitas Indonesia mereka malah berbuat nekat? Padahal tingkat kecerdasan mereka lebih unggul dari mahasiswa yang lain. Tragisnya, mereka malah terlibat pinjol dan menjadi seorang pembunuh. Di mana kepintarannya dipakai? Semestinya mereka disibukkan dengan aktivitas kuliah, bukan malah berbuat kejahatan yang sangat sadis.
Amat sangat disayangkan mahasiswa yang seharusnya menjadi sosok intelektual dan contoh bagi generasi,justru naif berbuat hal yang amoral tanpa berpikir yang jernih. Kejadiaan ini tentu semakin menambahpotret kelam dunia pendidikan. Semestinya salah satu universitas bergengsi ini menjadi suri teladan bagi kampus lain, agar yang lain tertular sebagai para mahasiswa yang cerdas dan mempunyai semangat belajar yang tinggi.
Tentunya banyak khalayak yang sangat menyayangkan dan menjadi waswas bahwa dunia pendidikan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Meski menempatkan anak-anaknya di kampus terbaik, ada rasa tak nyaman menyekolahkan anak yang jauh dari orang tua. Betapa hancur hati orang tuanya, mereka mengharapkan buah hatinya menjadi orang yang pintar dengan mengenyam pendidikan tinggi di universitas kenamaan, namun kenyataannya justru sangat jauh dari harapan orang tua.
Inilah salah satu fakta yang menunjukkan bahwa negara pun gagal menciptakan pendidikan yang berkualitas tinggi, apalagi saat ini diterapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). PengamatKebijakan Pendidikan, Noor Afeefa menilai bahwa negara lalai dalam mengawasi pendidikan. Melalui pendidikan sekuler Merdeka Belajar Kampus Merdeka ternyata tidak mampu mengawasi para mahasiswa dalam menuntut ilmu, ungkapnya kepada Mnews. (Muslimahnews.com, 7/8/2023)
Tidak adanya campur tangan agama dalam dunia pendidikan telah mengakibatkan negara gagal dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas tinggi. Para peserta didik tidak mempunyai patokan dalam bertingkah laku. Mereka bebas berbuat tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya. Padahal agama sangat penting dalam menentukan pola pendidikan dan pola sikap.
Lantas, di mana tanggung jawab negara menciptakan pendidikan melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka? Apa sebenarnya yang disebut dengan merdeka? Merdeka mengenyam pendidikan atau bebas beraspirasi? Kenyataannya biaya kuliah semakin mahal. Untuk membeli buku-buku penunjang pun mahal. Biaya kos dan kehidupan pun terus meroket tinggi. Hal ini tentu menjadi salah satu pemicu tentang semua ini.
Mahasiswa nekat berbuat jahat karena ingin cepat mendapatkan materi. Maraknya pinjaman onlinemerupakan akibat ketiadaan filter dari negara. Tentu hal ini menjadi racun dan menjadi solusi praktis atas impitan ekonomi yang terus menjerat masyarakat. Mereka berpikir praktis, yang penting bisa mendapatkan uang untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Padahal, hal ini justru membuat kehidupan mereka semakin runyam dan pelik.
Dalam Islam, pembunuhan merupakan kasus yang sangat dibenci Allah Swt. Mereka yang melakukan pembunuhan tanpa hak, maka balasannya adalah dibunuh kembali. Pembunuhan dalam Islam merupakan dosa besar. Ganjaran pun sangat berat. Islam menetapkan hukum qishas. Membunuh seorang manusia sama saja dengan membunuh semua manusia. Apalagi jika pembunuhan itu dilakukan dengan cara disengaja dan direncanakan, maka dia akan diazab Allah dengan azab yang sangat berat dan diancam dimasukkan ke dalam neraka jahanam. https://narasipost.com/opini/08/2022/karena-setiap-nyawa-begitu-berharga/
Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Allah Swt. berfirman, "Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi." (TQS. Al-Maidah: 32)
Adanya hukum qishas dalam Islam untuk menimbulkan efek jera bagi para pelakunya. Karena hal ini bisa sebagai jawabir (penebus dosa) dan zawajir (sebagai pencegah).
Selain itu, pendidikan dalam Islam juga berdasarkan akidah Islam. Sehingga tercipta pendidikan yang mampu menciptakan generasi tangguh sebagai pemimpin bangsa. Mereka dididik sebagai generasi penerus yang saleh, bukan diciptakan sebagai generasi yang siap bekerja demi mendapatkan materi yang sebanyak-banyaknya. Islam mendidik para pelajar dan mahasiswa sebagai pemimpin yang berjiwa tangguh, bukan sebagai pekerja yang hanya mendapatkan materi.
Pendidikan dalam Islam diberikan oleh negara kepada seluruh warga negaranya secara gratis. Sehingga masyarakat tidak dipusingkan dengan adanya biaya pendidikan yang tinggi dan tidak terjangkau. Negara wajib menyediakan sekolah-sekolah ataupun kampus-kampus secara merata di seluruh wilayah kekuasaannya.
Adapun biaya untuk memberikan pelayanan kepada umat didapatkan dari kas baitulmal. Di mana kas ini didapatkan dari kekayaan negara. Di antaranya pengolahan sumber daya alam, baik yang ada di dalam tanah, hutan, maupun di dalam lautan. Seluruh kekayaan ini dikuasai oleh negara. Negara wajib mengelola secara amanah, bukan diserahkan kepada individu maupun kepada asing ataupun investor. Dalam pengelolaannya, negara boleh mendatangkan para tenaga ahli dari mana pun. Para tenaga ahli ini digaji oleh negara berdasarkan jasa yang mereka berikan.
Sungguh luar biasanya Islam dalam mengatur kehidupan manusia di dunia. Islam memberikan solusi yang tepat dan membuat nyaman seluruh jiwa. Meski saat ini belum ada yang menjalani hukum Allah secara sempurna, kita bisa belajar bagaimana Rasulullah saw. pertama kali memimpin negara yang didirikan di Madinah. Di sanalah beliau menerapkan Islam secara sempurna.https://narasipost.com/opini/09/2022/lagi-peristiwa-orang-hilang-hingga-tewas-mengenaskan/
Tidakkah kita rindu dengan pemerintahan yang didirikan oleh Rasulullah saw.? Bukankah kita diwajibkan untuk mengikuti risalah Rasulullah saw.? Maka dari itu, merupakan kewajiban kita semua untuk mengupayakan tegaknya negara yang siap menerapkan hukum-hukum Allah secara totalitas. Solusi yang menenteramkan untuk segala permasalahan kehidupan hanya dengan kembali menjalankan aturan Islam secara sempurna.
Wallahu’alam bishawab.
Ketika Islam tdk jadi aturan kehidupan. Nyawa manusia mudah melayang karena persoalan pinjol.
Berapa mudah seseorang membunuh orang lain tanpa hak di zaman sekarang. Tanpa Islam, nyawa manusia begitu murah. Miris ya ...
miris, namun tidak heran, karena negeri ini menerapkan sistem sekuler liberalisme..
Nyawa manusia di alam sekuler kapitalisme memang dianggap murah. Dihukum pun tak sebanding dengan dosa yang dia lakukan. Penyebab seseorang mudah membunuh pun selalu karena materi dan nafsu sesaat.
Sungguh tragis dan ngeri, di negeri yang sekuler saat ini mampu membutakan mata hati dan pikiran. Sehingga, dengan mudahnya melakukan tindakan kriminal yang melanggar syariat.
Salah satu krisis multidimensi yang dihadapi Indonesia. Generasi ini perlu ditata dan diberdayakan. Tapi sayangnya negara kapitalisme demokrasi menyuguhkan habitat beracun bagi generasi penerusnya
Menjadi tugas kita bersama untuk mengembalikan pad kehidupan yang berazaskan aqidah Islam jazakillah mba Dia
Miris ya, nyawa seperti mainan, membunuh dengan amat mudahnya dalam sistem rusak ini
Ya inilah kenyataan dunia pendidikan di era sekularisme
Inilah fakta akibat dijauhkannya agama dari kehidupan. Semoga semakin membuka mata bahwa aturan Islam sangat penting untuk mengatur kehidupan.
Syukron ukhty Hanimatul Umah
Barakallah Mba Andrea dan tim NP yang telah menayangkan naskah ini semoga bermanfaat untuk kita semua