Pagelaran Istana Berkebaya, Inikah Hakikat Merdeka?

Pagelaran Istana berkebaya

Hakikat merdeka adalah saat di mana manusia terlepas dari kerangkeng kekufuran. Setiap individu berperilaku benar sesuai ajaran agama Islam. Sebab, hanya Islam agama yang diridai Allah Yang Maha Menciptakan. 

Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Hiruk pikuk Istana Merdeka menjelang Perayaan Kemerdekaan RI ke-78 telah terpotret di seluruh penjuru negeri Zamrud Khatulistiwa. Merah putih melambai sepanjang jalananan kota dan desa, baik jalan ramai ataupun sepi. Keriuhan Istana Merdeka diawali dengan Pagelaran Istana Berkebaya. Para penonton dan peserta yang hadir banyak dari kalangan kaum hawa, terutama yang memiliki akses di istana.

Ada Apa di Balik Istana Berkebaya?

Istana Berkebaya merupakan pagelaran yang diselenggarakan Pemprov DKI Jakarta sebagai rangkaian perayaan kemerdekaan. Sebagaimana dilansir Liputan6.com (10/8/2023), acara Istana Berkebaya digelar pada Minggu sore 6 Agustus 2023 di Kompleks Istana Merdeka Jakarta. Acara Istana Berkebaya tersebut merupakan persembahan dari Pemerintah Provinsi atau Pemprov DKI Jakarta untuk Indonesia sebagai rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia.

Banyak tokoh perempuan yang hadir dalam acara Istana Berkebaya tersebut, mulai artis hingga kalangan ibu menteri dan istri petinggi RI. Acara Istana Berkebaya disusun sedemikian rupa dengan dresscode kebaya khas Betawi. Peragaan busana kebaya oleh peragawati profesional dan juga ibu negara beserta ibu menteri menjadikan para wanita Indonesia merasa diperhatikan dan dihargai.

"Menjadi peragawati dadakan dengan baju Kebaya Betawi Encim.

Dalam Istana Berkebaya sore ini.

Sore yang indah dengan warna-warni kebaya, berbagai rupa.

What a lovely evening in Jakarta.

Istana Merdeka, 6 Agustus 2023,"

Tulis Menkeu Sri Mulyani dalam unggahan foto di akun sosial media Instagram miliknya @smindrawati pada Senin (7/8/2023).

Euforia Istana Berkebaya menguar di Istana Merdeka. Acara tersebut dibuka langsung oleh orang nomor satu di negeri ini. Dalam sambutan tersebut, presiden mengatakan bahwa kebaya merupakan lambang karakter masyarakat Indonesia yang anggun, lemah lembut, sopan, dan bersahaja. Pagelaran Istana Berkebaya layaknya acara Betawi pada umumnya. Ciri khas pantun ikut meramaikan openingacarahttps://narasipost.com/challenge-ke-4-np/08/2021/menghakimi-seremonial-pekik-merdeka/.

Ibu negara sebagai ikon perempuan Indonesia turut menemani Presiden dalam acara tersebut. “Sebelum acara dimulai, izin Pak Jokowi, saya mau berpantun. Bunga menur, bunga raflesia. Mekar sekuntum, merah merona. Citra luhur wanita Indonesia. Pribadi anggun dengan kebaya,” kata Ibu Iriana yang disambut dengan tepuk tangan para hadirin (setkab.go.id, 6/8/2023).

Pada faktanya, acara Istana Berkebaya kurang memiliki esensi dalam menyuasanakan kemerdekaan. Acara tersebut tampaknya hanya berisi hiburan yang justru melenakan. Keadaan negeri ini yang sedang tak baik-baik saja seakan terlupakan. Serangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-78 sepertinya akan bernasib sama dengan tahun-tahun sebelumnya, tidak terjadi perubahan. Tampaknya tak ada ada satu pun harapan perubahan ke arah lebih baik di balik acara Istana Berkebaya yang telah diselenggarakan.

Akankah Negeri ini Merdeka Seutuhnya?

Wanita adalah tiang negeri. Ungkapan ini memang tepat dan menggema di seantero negeri. Akan tetapi, tepatkah jika Istana Berkebaya dianggap bisa membawa busur perubahan di negeri ini. Kemerdekaan yang diperingati tiap tahunnya tampaknya bergeming dengan keterpurukan yang masih menyelimuti negeri.

Acara Istana Berkebaya sekaan berseberangan arah dengan hakikat kemerdekaan. Merdeka sebagaimana dipahami oleh khalayak adalah bebasnya sebuah negara dari penjajahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat tiga makna merdeka dengan redaksi berbeda. Makna pertama merdeka adalah bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), berdiri sendiri. Adapun makna kedua adalah tidak terkena atau terlepas dari tuntutan. Sementara makna ketiga adalah tidak bergantung pada seseorang atau pihak tertentu, leluasa.https://narasipost.com/surat-pembaca/08/2022/makna-merdeka-yang-sebenarnya/

Acara Istana Berkebaya dianggap sebagai ajang untuk mengisi ruang kemerdekaan. Istana Berkebaya dengan keglamorannya seakan menegaskan cara pandang para petinggi negara dan pejabat yang setia bersandar pada sistem kapitalisme. Watak kapitalisme menjadikan kesenangan duniawi sebagai jalan meraih kebahagiaan. 

Gemerlap dunia tergambar dengan jelas dalam rangkaian acara Istana Berkebaya. Hadirnya beberapa artis ibu kota sebagai pengisi acara dan tamu undangan spesial makin menggambarkan kaburnya pemahaman para pemangku kebijakan tentang hakikat kemerdekaan. Acara tersebut berhasil mencuri perhatian para penguasa untuk sejenak melupakan masalah yang ada.

Duhai, permasalahan masih berserakan di seluruh penjuru negeri. Krisis multidimensi tak jua tertangani. "Jauh panggang dari api." Acara semacam Istana Berkebaya makin menjauhkan negara dari kemerdekaan hakiki. Utang luar negeri makin tinggi, kesejahteraan makin sepi dan menepi, keadilan tebang pilih menjadi tradisi, kerusakan dan kriminalitas mengintai generasi, serta setumpuk permasalahan lain yang belum ada solusi.

Saat ini, merdeka seolah hanya menjadi sebuah retorika. Peringatan kemerdekaan yang aneh, tak bermanfaat, dan tak masuk akal sering memperburuk keadaan negeri yang sudah menderita. Lenyapnya moncong senjata penjajah sukses membuat rakyat teperdaya kebebasan yang dielu-elukan dunia. Merdeka dengan cara pandang kapitalisme menjadikan negara bertekuk lutut pada penjajahan yang bertajuk investasi dan kerja sama. Belum lagi penjajahan di dalam aspek kehidupan lainnya.

Hakikat Merdeka dalam Islam

Syahdan, hakikat merdeka adalah saat di mana manusia terlepas dari kerangkeng kekufuran. Setiap individu berperilaku benar sesuai ajaran agama Islam. Sebab, hanya Islam agama yang diridai Allah Yang Maha Menciptakan. Sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 19, 

"Sesungguhnya agama yang diridai Allah adalah Islam."

Adapun masyarakat yang memiliki pola pikir, pola sikap, dan memiliki gaya hidup Islam, terlepas dari jeratan budaya asing atau budaya selain Islam. Sementara dalam Islam, negaranya harus terbebas dari anyir penjajahan, baik penjajahan fisik, atau penjajahan aspek kehidupan vital negara seperti penjajahan ekonomi, budaya, politik, dan pemerintahan. Negara dalam Islam hanya akan menegakkan syariat Islam yang bersumber dari Allah. Sebagaimana firman Allah, 

"Sesungguhnya hukum itu hanya milik Allah." (TQS. Yusuf: 40)

Sejatinya, misi hadirnya Islam di tengah kehidupan umat untuk memberikan kemerdekaan hakiki kepada segenap manusia di muka bumi. Islam datang di tengah penderitaan, kejahiliahan, dan kezaliman umat manusia akibat penindasan lewat kekuasaan dan sistem perbudakan kala itu. 

Islam datang untuk memerdekakan atau membebaskan manusia dari belenggu kezaliman dan perbudakan tersebut. Sungguh mulia agama Islam yang diturunkan Allah. Hal itu tersketsa dalam dua perkara, antara lain:

Pertama, Islam sungguh telah membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Islam menuntun manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa. Rasulullah saw. pernah menulis surat kepada penduduk Najran. Surat itu memuat misi pembebasan manusia dari penghambaan kepada hamba.

“Amma ba’du. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dengan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dengan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia) …” (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, 5/553).

Kedua, Islam hadir ke tengah kehidupan manusia untuk membebaskannya dari perbudakan terhadap hawa nafsu. Keselamatan dan kebahagiaan seorang muslim adalah tatkala dia bisa mengalahkan, mengendalikan, dan menundukkan hawa nafsunya pada hukum-hukum Allah Swt. atau syariat Islam. Kebanyakan manusia menyangka  bahwasanya hidup bebas tanpa aturan akan meraih atau mendapatkan kemerdekaan.

Kemerdekaan mustahil untuk didapatkan dalam frame berpikir kebebesan. Kebebasan tanpa terikat pada aturan Islam justru akan menyeret manusia menjadi budak hawa nafsu. Jika sudah hawa nafsu mengendalikan setiap manusia, kebinasaanlah yang akan menyertai kehidupan. Rasulullah saw. bersabda:

“Ada tiga perkara yang membinasakan: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan membanggakan diri sendiri.” (HR. Al-Baihaqi)

Maka dari itu, Islam hadir membebaskan manusia dari penghambaan diri pada hawa nafsu. Islam menuntun umatnya untuk memiliki sifat cukup (kanaah) terhadap semua karunia Allah Yang Maha Luas. Islam meniadakan ruang bagi hawa nafsu bersinggasana di hati. Manusia harus mengingat visi Allah menciptakan manusia di.muka bumi:

"Tidaklah Aku menciptkan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (TQS. Adz-Dzarriyat: 56)

Acara semacam Istana Berkebaya merupakan indikasi hawa nafsu duniawi. Pagelaran elite tersebut tidaklah berdasarkan tatanan syariat Islam dan minim empati di tengah penderitaan penduduk negeri. Manfaat, adil, dan sejahtera yang diharapkan rakyat tak mampu menjangkau seluruh penjuru negeri.

Para penghuni Istana Merdeka melakukan perayaan dengan biaya tinggi di tengah tumpukan utang luar negeri yang belum ada solusi. Belum lagi sekelumit rasa peduli terhadap penderitaan rakyat yang terus meninggi. Gelak tawa dan seabrek hiburan di Istana Merdeka tak lantas mengobati rakyat kecil yang terzalimi.

Oleh karena itu, saatnya kaum muslim meraih kemerdekaan hakiki dengan menghamba pada Ilahi. Kemerdekaan hakiki bisa diraih dengan mengukuhkan ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan semua hukum-hukum Islam secara kaffah tanpa tapi dan tanpa nanti. Di mana penerapan Islam secara kaffah memerlukan institusi negara yang bertakwa. Dari sinilah, perjuangan mewujudkan kembali kehidupan Islam dalam bingkai negara harus terus dilakukan disertai doa yang senantiasa mengangkasa. Wallahu a'lam bishawab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Perjalanan yang Mengesankan
Next
Investasi di Sistem Kapitalis Berakhir Tragis
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
firda umayah
firda umayah
1 year ago

Benar sekali. Merdeka itu ketika kita bebas menghamba kepada Allah secara totalitas.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

MasyaAllah, naskahnya keren.

Setuju, kemerdekaan hakiki ketika Islam ditegakkan. Islam akan mengeluarkan manusia dari penghambaan hawa nafsu dan penjajahan asing atas nama investasi dan kerja sama.

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Yg dibutuhkan saat ini, gimana caranya sekolah gratis, kesehatan gratis, listrik murah, air murah, semua terjangkau
bukan sekadar slogan merdeka apalgi pake kebaya lalu semua jadi aman.

Muthiah Mila
Muthiah Mila
1 year ago

Beginilah jadinya jika para penguasa belum memahami makna kemerdekaan sesungguhnya. Perayaan kemerdekaan pun disambut dengan hura-hura tanpa makna.

sartinah828
1 year ago

Kenapa pejabat-pejabat negeri ini lebih suka bikin seremonial yang tidak berdampak langsung dengan kebaikan untuk rakyat ya. Mungkin mereka ingin menggaungkan tradisi nusantara dalam balutan istana berkebaya di hari kemerdekaan. So, apa manfaatnya untuk rakyat? Gak ada gunanya seremonial kemerdekaan tiap tahun kalau harga kebutuhan pokok saja masih sulit terjangkau. Masih mau teriak merdeka?

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Banyak rakyat menderita, tapi mereka malah bersenang-senang... Ingat, Allah Swt. tidak tidur..

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram