Syirik Merebak, Akidah Umat Makin Rusak

"Tanpa sadar masyarakat digiring untuk terpukau pada hal-hal supranatural yang pada akhirnya menjurus ke praktik syirik. Akibatnya, akidah umat perlahan tergerus. Perpaduan budaya dan syariat seolah dianggap wajar dan syariat Islam semakin dilecehkan."

Oleh. Hesti Andyra
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com- Dunia yang makin modern dan teknologi yang semakin canggih tidak serta-merta mengeliminasi kepercayaan masyarakat Indonesia akan hal-hal berbau mistis dan tahayul. Berbagai tayangan televisi serta aneka konten mistis di platform Youtube semakin meluas dan digemari. Termasuk juga beberapa film genre horor yang mencapai puncak box office di banyak bioskop.

Segala hal dengan embel-embel mistis mudah sekali viral di berbagai media. Demi konten, banyak yang rela bertransformasi menjadi pocong, kuntilanak dan semacamnya. Orang-orang yang mengaku dirinya indigo dan merasa mampu berkomunikasi dengan arwah penasaran mendadak terkenal. Belum lagi kemunculan berbagai macam paranormal, dukun, peramal, serta pesulap turut menambah berurat-akarnya kepercayaan masyarakat pada hal-hal supernatural, tahayul dan mistis. Hal ini tidak lepas dari kentalnya budaya dan adat-istiadat turun temurun yang kadung melekat pada keseharian masyarakat.

Hal inilah yang kemudian mendasari lahirnya sinkretisme di tengah-tengah umat. Sinkretisme adalah suatu proses perpaduan dari beberapa paham atau aliran agama atau kepercayaan. (redaksiindonesia.com). Pada sinkretisme terjadi pencampuradukan berbagai unsur aliran atau paham, sehingga didapatlah sebuah bentuk abstrak yang berbeda dengan tujuan untuk mencari keselarasan dan keseimbangan.

Kentalnya budaya nenek moyang dipadukan dengan ritual ibadah dari berbagai agama, termasuk Islam, akhirnya melahirkan ritual baru demi mengakomodasi keinginan hati untuk tetap berbudaya tanpa menafikan agama. Tak heran jika masih ditemui masyarakat yang memuliakan Nabi Muhammad saw, namun masih mengakui keberadaan Nyi Roro Kidul sang Penguasa Laut Selatan. Banyak muslim mengadakan upacara Malam Satu Suro dan Grebeg Maulid meskipun paham Rasulullah dan para sahabat memperingati Muharram dengan bermuhasabah dan berpuasa sunnah tanpa embel-embel ritual budaya. Allah Swt jelas sudah mengingatkan manusia tentang memodifikasi perkara halal dengan haram ini dalam surat Al-Baqarah ayat 42 yang berbunyi, “Janganlah kalian campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya”.

Mirisnya lagi, alih-alih berkurang, praktik tersebut malah makin menjadi-jadi. Ditandai dengan kejadian “tendangan sajen” di awal Januari 2022, sejak itulah praktik sinkretisme di negara kita makin mendapat pembenaran. Lewat jargon moderasi beragama, muncul gerakan Malam 1000 Dupa dan Sesajen di Kota Malang, diikuti acara serupa di beberapa daerah lain. Berlanjut ke Ritual Kendi Nusantara yang digagas presiden, ditambah ritual pawang hujan di sirkuit Mandalika semakin menegaskan bahwa sinkretisme, (seolah-olah) perpaduan antara budaya dan Islam semakin diwajarkan.

Terkini, kasus Pesulap Merah versus Samsudin Dajad membuka mata kita tentang praktik perdukunan. Kasus ini menampilkan fakta baru, adanya dukun profesional yang bersertifikat, yang kian menampakkan parahnya perbuatan syirik di tengah masyarakat.

Tanpa sadar masyarakat digiring untuk terpukau pada hal-hal supranatural yang pada akhirnya menjurus ke praktik syirik. Akibatnya, akidah umat perlahan tergerus. Perpaduan budaya dan syariat seolah dianggap wajar dan syariat Islam semakin dilecehkan. Mereka yang tidak paham agama kemudian membuat konten pembodohan yang mirisnya malah makin viral di medsos seperti “Nasi Padang Haram,” atau “Sumpit Haram.” Inilah yang membuat orang awam semakin berpikir bahwa Islam itu menyudutkan, bodoh, kejam dan picik.

Propaganda yang menyudutkan ini sejatinya sudah dimulai sejak dulu. Di tahun 1870-an para penulis di Kediri membuat olok-olok tentang Islam dengan bahasa sarkastis dalam tiga karya sastra, yakni Babad Kediri, Suluk Gatholoco, dan Serat Darmogandul. Termasuk sumpah Sabda Palon yang meramalkan kehancuran Islam di tanah Jawa terhitung 500 tahun setelah keruntuhan Majapahit. Belakangan, terindikasi bahwa ramalan tersebut ada hubungannya dengan distorsi sejarah yang digagas oleh imperialis Belanda. Demi melanggengkan kekuasaannya, penjajah kolonial dengan segala upaya berusaha mempertahankan, jika perlu semakin membodohkan rakyat demi menghalangi terbentuknya kebangkitan umat.

Belajar dari sejarah, sudah sepatutnya negara mengambil tindakan tegas terhadap praktik yang semakin meresahkan ini. Tayangan pembodohan berbau syirik, baik di medsos, layar kaca ataupun layar perak sudah seharusnya dihentikan agar tidak semakin merebak dan merusak akidah umat. Negara seharusnya menindak tegas para pelaku kemusyrikkan serta menutup rapat semua celah yang memungkinkan terjadinya praktik syirik serta mengambil peran sebagai penjaga akidah umat.

Sejatinya, Islam di Nusantara akan selalu mengalami gangguan, olok-olok, atau pelecehan selama kita tidak melaksanakan syariat Islam secara kaffah. Untuk itu, mari kita rapatkan barisan untuk memberi edukasi kepada umat bahwa Islam menghormati seni, budaya, adat-istiadat selama itu tidak bertentangan dengan syariat. Namun, jika budaya tersebut telah menyimpang dari tauhid, sudah sewajarnya kita menolak. Memilih berbeda dari adat kebiasaan masyarakat setempat memang menjadikan kita terasing, tapi selayaknya setiap muslim selalu taat pada syariat dan menyebarkan dakwah.

"Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah orang-orang yang terasing tersebut. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa al-ghuraba ini?” Rasulullah saw bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia sudah rusak,” (HR. Ath-Thabrani)

Wallahu’alam bishshowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hesti Andyra Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Perisai untuk Palestina
Next
Ares, Kedebong Pisang yang Lezat
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram