"Sistem pendidikan sekularisme yang diterapkan saat ini menjadikan peradaban Barat sebagai kiblat terhadap pandangan para generasi khususnya generasi muslim. Sehingga lahirlah generasi yang mengalami dekadensi moral, hidup hanya untuk senang-senang, generasi latah, bermental lemah, generasi yang bergerak sesuai arahan Barat untuk mengukuhkan ideologinya."
Oleh. Nurul Rachmah
( Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com- Fenomena Citayam Fashion Week masih menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Pasalnya, aktivitas tersebut kemudian menjalar ke berbagai wilayah di Indonesia. Fashion week yang bertempat di kawasan elite Sudirman Jakarta Selatan bukan hanya mendapatkan apresiasi dari kalangan artis papan atas, melainkan juga mendapat apresiasi dari gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan juga Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Bahkan hingga menarik perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, untuk memberikan beasiswa pendidikan gratis kepada salah satu pemuda Citayam, Roy. Namun tawaran bagus tersebut ditolaknya.
Selain ditolaknya beasiswa pendidikan oleh Roy, anak muda yang tidak hafal niat salat, juga perilaku L987 oleh sekelompok pemuda CFW pun menjadi sorotan. Mereka tidak lagi malu mempertontonkan perilaku menyimpang yang sangat berbahaya jika dibiarkan. Potret remaja CFW yang menunjukkan gaya hidup hanya untuk “senang-senang” hanyalah puncak gunung es dari bobroknya generasi saat ini.
Tawuran antarpelajar yang terus berulang hingga menyebabkan adanya korban tewas, pergaulan bebas, seks bebas, aborsi, kriminalitas, semakin banyaknya anak yang putus sekolah, hingga kasus perundungan berujung maut yang kian hari kian meresahkan. Tuntutan gaya hidup pun menjadikan kaum remaja mengalami ‘mental illness’, kasus bunuh diri dan pembunuhan terjadi di usia remaja dengan penyebab utamanya adalah masalah sepele, seperti persoalan cinta. Ada juga yang karena ingin dibelikan gadget terbaru, seorang remaja tega membakar rumah orang tuanya, dan masih banyak lagi permasalahan remaja.https://narasipost.com/2020/10/19/jaminan-pendidikan-dalam-sistem-islam/
Di sisi lain remaja yang aktif dalam kegiatan keagamaan, seperti Rohis, di cap cikal bakal terorisme, remaja yang mengafal Al-Qur’an disebut good looking, remaja yang mengkaji Islam kaffah dianggap radikal. Padahal, penyumbang angka kriminalitas tertinggi justru dari remaja yang tidak mendalami agama.
Sekularisasi Pendidikan
Potret buram generasi saat ini tidak terlepas dari buruknya sistem pendidikan yang diterapkan. Sistem pendidikan menjadi punggung keberlangsungan bangsa, kualitas generasi ditentukan dari kualitas pendidikannya. Sistem pendidikan sekularisme yang diterapkan saat ini menjadikan peradaban Barat sebagai kiblat terhadap pandangan para generasi khususnya generasi muslim. Sehingga lahirlah generasi yang mengalami dekadensi moral, hidup hanya untuk senang-senang, generasi latah, bermental lemah, generasi yang bergerak sesuai arahan Barat untuk mengukuhkan ideologinya.
Kurikulum pendidikan berbasis sekularisme telah menjauhkan konsep agama dalam setiap materi pelajaran, bahkan berusaha untuk menghapus segala hal yang berbau agama. Kapitalisasi di bidang pendidikan menjadikan sekolah sebagai peluang bisnis. Jika ingin mendapatkan fasilitas pendidikan yang bagus, orang tua harus merogoh kocek lebih dalam, akibatnya pendidikan hanya dapat dinikmati oleh orang-orang kaya saja. Belum lagi sistem zonasi yang semakin mempersulit peserta didik untuk mengenyam pendidikan gratis di sekolah negeri, semakin menambah runyamnya dunia pendidikan saat ini.
Sistem Pendidikan Islam adalah Solusi!
Dalam Islam, setidaknya ada tiga pilar yang harus ditegakkan dalam membentuk generasi yang bermental tangguh dan berpikir cemerlang. Pertama, peran keluarga. Keluarga adalah wadah pertama terbentuknya generasi, dimana ibu sebagai madrasah pertama bagi anaknya. Menanamkan akidah sejak usia dini, mengenalkan kepada anak bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan seperangkat aturan kehidupan. Sehingga anak memahami tujuan hidupnya di dunia adalah untuk taat pada syariat Allah. Orang tua juga harus memahami Islam secara mendalam agar tidak ikut tergerus dengan arus kehidupan sekuler. Mendorong anak untuk menjadi anak yang saleh dengan aktif mengkaji Islam kaffah. Dari sinilah akan terbentuk generasi insan bertakwa.
Kedua, peran masyarakat. Masyarakat adalah sekolah besar bagi generasi. Dimana generasi hidup dan tumbuh di dalamnya. Jika masyarakat rusak, maka generasi pun akan rusak. Menjadikan halal haram sebagai standar nilai kehidupan masyarakat. Dengan begitu, peran masyarakat sebagai social control akan berjalan. Segala bentuk kemaksiatan akan dihilangkan, budaya saling menasihati dalam kebenaran akan berjalan.https://narasipost.com/2021/01/27/krisis-kurikulum-pendidikan/
Ketiga, peran negara. Negara adalah pilar yang menentukan dua pilar sebelumnya (keluarga dan masyarakat), karena negaralah yang akan menentukkan kualitas peserta didik melalui sistem pendidikannya. Dalam Islam, sistem pendidikan menjadi metode untuk mencetak generasi-generasi unggul pembangun peradaban. Akidah Islam menjadi basis kurikulum pendidikan, sehingga peserta didik memiliki tsaqofah yang mendalam, hingga terbentuk kepribadian Islam yaitu pola pikir dan pola sikap didasarkan pada akidah Islam. Selain memiliki tsaqofah Islam yang mendalam, generasi juga mumpuni dalam segala bidang ilmu pengetahuan.
Sistem pendidikan akan terintegrasi dengan sistem-sistem yang lain. Melalui sistem ekonomi yang mandiri dan kuat, negara mampu membiayai berjalannya proses pendidikan. Menyediakan fasilitas pendidikan gratis kepada seluruh rakyatnya, serta menjadikan kesejahteraan guru menjadi prioritas karena seorang guru memegang peranan penting dalam menjalankan aktivitas pendidikan. Maka, tidak heran jika gaji guru pada masa khalifah Umar bin Khatthab bisa mencapai 15 dinar atau setara 60 juta rupiah.
Fakta sejarah telah menunjukkan betapa agungnya sistem pendidikan Islam pada masa itu. Universitas Kairo menjadi salah satu peninggalan sejarah peradaban Islam yang masih berjaya hingga sekarang. Sumbangsih ilmu dari peradaban Islam sangat berjasa dalam kecanggihan teknologi masa kini. Ibnu Sina misalnya, seorang ilmuwan kedokteran namun juga penghafal hadis yang lahir dari sistem pendidikan Islam telah memberi sumbangsih besar di dunia kedokteran.
Output pendidikan Islam melahirkan generasi cemerlang yang bertakwa dan mumpuni dalam segala bidang ilmu. Bukan generasi yang miskin moralitas, lemah dan tidak memiliki ghirah agama. Sehingga generasi dalam sistem Islam mampu menghantarkan kemajuan masyarakat, membuat pembangunan yang produktif dan luhur peradabannya.
Wallaahua’lam bishshowwab.[]