Seni Membongkar Kesyirikan

"Jika seorang pesulap saja punya ghirah dan kesadaran akan datangnya momen pertanggungajawaban amal, lalu bagaimana dengan kita, hamba allah yang juga bagian dari masyarakat? Jangan-jangan selama ini kita lalai dengan melakukan pembiaran terhadap kesyirikan. Bahkan bisa jadi kita pun tergelincir dalam kesyirikan kecil akibat pembiaran budaya klenik yang menyalahi syariat Islam."

Oleh. Alga Biru
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Mengapa dukun disebut ‘orang pintar’? Karena yang mendatangi dukun adalah orang-orang bodoh. Mereka tipikal orang yang bereaksi bermodalkan percaya, memperjuangkan sesuatu sependek akalnya dan seinstan cara yang bisa disuguhkan para dukun. Coba kita ingat baik-baik cara yang biasanya diresepkan dukun kepada para pasiennnya. Solusi ampuhnya tak jauh-jauh dari persembahan gaib, cara cepat kaya dengan menggandakan uang, sampai jurus pelet penarik lawan jenis, dan lainnya. Cara ini diminati orang yang putus asa yakni dengan pergi ke dukun dan berjuang lewat praktik perdukunan.

Walhasil, dengan berkomat-kamit dan bersyarat yang aneh-aneh, para dukun menjaring banyak orang dan mengambil keuntungan finansial yang tidak sedikit. Namanya sudah percaya, orang mau saja membayar tarif sekian juta sebagai tanda keseriusan ditambah melaksanakan ritual sebagai persyaratan gaib.https://narasipost.com/2021/01/25/bla-bla-bla-ha-ha-ha/

Salah satu pekerja seni yang menamakan dirinya pesulap merah membongkar trik konyol yang dilakukan para dukun ketika mengelabui orang. Mulai dari penggunaan jengglot sebagai benda keramat yang konon dikaruniai ‘penunggu’ (khodam) , sampai tipuan konyol kiriman gaib berupa paku dan material di dalam buah kelapa yang ternyata hanya trik sulap belaka. Walhasil, sang pesulap yang nyaris berkonfrontasi dengan salah satu dukun bernama Gus Samsudin kini tengah hangat diperbincangkan warganet.

“Saya bakal tutup akun (Youtube) seandainya benar terbukti apa yang dilakukan dukun itu bukan trik”. Para dukun dan pendukungnya kerap berkilah dengan berbagai argumentasi. Mulai dari adu mulut sampai adu ilmu (meminta bantuan gaib). Meski demikian, forum pembuktian secara terbuka tidak juga terlaksana alias omong kosong belaka.

Ketika Marcel Radhival alias sang pesulap merah ditanya, buat apa sih dia membongkar trik tipuan dukun di kanal Youtube miliknya? Marchel menjawab bahwa dorongan utama dirinya ialah mengamalkan ilmu (sulap) demi membuka mata orang Indonesia supaya tidak lagi dibodoh-bodohi oleh para dukun baik yang mengaku dari garis ilmu hitam maupun ilmu putih. "Kalau saya gak menyampaikan ini. Saya khawatir, di kehidupan selanjutnya, Allah akan bertanya. Kenapa gue sudah dititipin pengetahuan tentang rahasia perdukunan tapi banyak masyarakat yang masih percaya dukun daripada Allah. Kalau ditanya itu gue khawatir Allah akan benci sama gue," kata Marcel dikutip dari tayangan Youtube Cerita Untungs yang tayang, Jumat (5/8/2022).

Jika seorang pesulap saja punya ghirah dan kesadaran akan datangnya momen pertanggungajawaban amal, lalu bagaimana dengan kita, hamba allah yang juga bagian dari masyarakat? Jangan-jangan selama ini kita lalai dengan melakukan pembiaran terhadap kesyirikan. Bahkan bisa jadi kita pun tergelincir dalam kesyirikan kecil akibat pembiaran budaya klenik yang menyalahi syariat Islam.

Campur tangan negara secara khusus tidak hadir dalam perseteruan sosial semacam ini karena dianggap “masalah kecil” dibanding konspirasi besar yang kerap terus terjadi. Ibarat kata, negara memilih lepas tangan dan rakyat dipersilakan menyelamatkan diri masing-masing. Barangkali negara punya urusan lain yang lebih penting, atau dengan kata lain, negara memilih abai pada satu aspek mendasar masyarakat yakni pemurnian akidah.

Kasus pesulap merah versus dukun ini membuka satu hikmah bagi kita: bersuaralah (berdakwah) apa pun profesi kita, karena dakwah bukanlah profesi melainkan kewajiban umum setiap insan selama ia masih hidup di dunia. Hari ini, seni (sulap/pertunjukan) berhasil membongkar kesyikiran lewat jalur ‘seni’ . Lantas masihkah kita berpangku tangan dan menerima keadaan? Wallahu’alam. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Alga Biru Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kepemimpinan Islam, Menghapus Duka di Bumi Palestina
Next
Akal sebagai Pengendali Hawa Nafsu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram