”LGBT merupakan sebuah komunitas menyimpang yang turut bertanggung jawab besar terhadap penyebaran virus Monkeypox di dunia. Jika ditinjau lebih dalam maka LGBT pun merupakan ancaman dalam komunitas bermasyarakat, baik itu dari sisi kesehatan maupun perilaku.”
Oleh. Rahmiani. Tiflen, Skep.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Belum tuntas permasalahan pandemi global Covid-19, yang mana hari ini kita dituntut agar dapat hidup berdampingan dengan virus tersebut, seraya tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada. Namun kini, muncul lagi pendatang baru yang siap menjadi ancaman di tengah-tengah masyarakat. Momok baru itu lebih dikenal dengan nama virus Monkeypox (cacar monyet).
Kewaspadaan Publik
Sebagaimana disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa kini penyakit cacar monyet ditetapkan sebagai Darurat Kesehatan Global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Yang mana hal tersebut merupakan kondisi darurat yang berkaitan dengan kejadian luar biasa sehingga patut untuk diwaspadai oleh masyarakat Internasional, sebab hal ini dapat mengancam kesehatan (suara.com, 25/07/22).
Bersamaan dengan itu Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan bahwa penetapan tersebut harus diwaspadai oleh beberapa negara. Sebagaimana rangkuman fakta penyakit cacar mmonyet_(monkeypox),_ yaitu:
- Gejala monkeypox
Diketahui bahwa kebanyakan orang yang mengidap cacar monyet akan mengalami ruam kulit. Sementara itu masa inkubasi lazimnya mulai dalam waktu 3 minggu setelah terpapar virus. Sementara itu gejala yang ditimbulkan pun mirip seperti flu yaitu di antaranya; demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, sakit tenggorokan, batuk, pembengkakan kelenjar getah bening, kedinginan, dan kelelahan. Setelah mengalami gejala mirip flu itu biasanya akan timbul ruam pada 1 hingga 4 hari kemudian. - Risiko penularan
Monkeypox ini bisa menyebar ke siapa pun terlebih saat terjadi kontak erat, secara pribadi atau melalui hubungan seks. Artinya jika terjadi sentuhan kulit secara langsung antara seseorang yang terkena Monkeypox berupa koreng atau cairan tubuh, terhadap kulit orang lain maka hal tersebut pun bisa menjadi pemicu tertular. Bisa juga tertular ketika menyentuh benda, pakaian, tempat tidur, atau handuk penderita. Begitu pun melalui permukaan yang pernah digunakan penderita Monkeypox. Menyentuh kain dan benda saat berhubungan seks yang digunakan oleh penderita cacar monyet dan yang belum didesinfeksi, seperti tempat tidur, handuk, dan mainan seks.
Di samping kontak secara langsung dengan penderita, Monkeypox juga mampu menyebar lewat tatap muka. Hal tersebut turut dijelaskan oleh konsultan senior penyakit dalam Rumah Sakit Indraprasta Apollo New Delhi India, Suranjit Chatterjee bahwa, Monkeypox mampu menyebar dengan berbagai cara yang berbeda. Meski dahulu transmisi penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi. Akan tetapi, droplet (tetesan pernapasan) tetap menjadi salah satu faktor utama pembawa virus.
Sementara itu menurut catatan sejarah Monkeypox pada manusia pertama kali diidentifikasi pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Yang mana kebanyakan dari mereka yang terinfeksi adalah pelaku homoseksual.
Wabah Penyakit sebagai Buah Kemaksiatan
LGBT merupakan sebuah komunitas menyimpang yang turut bertanggung jawab besar terhadap penyebaran virus Monkeypox di dunia. Jika ditinjau lebih dalam maka LGBT pun merupakan ancaman dalam komunitas bermasyarakat, baik itu dari sisi kesehatan maupun perilaku. Sementara itu jika ditilik secara global maka organisasi pelangi ini dapat menyebar dan populer di dunia dengan memasuki bidang akademik, bisnis, dan juga gerakan politik, yang kemudian tumbuh subur bak jamur di musim hujan dalam alam demokrasi.
Terlebih ketika meninjau secara makro bahwa kaum homoseksual pun mendapat tempat serta didukung oleh 31 negara di dunia, di antaranya AS, Belanda, Spanyol, Belgia, Kanada, Islandia, Portugal, Norwegia, Afrika Selatan, Kolombia, Australia, Jerman, Malta, dan lainnya. Sementara itu ada 10 negara yang menentangnya, namun sayang Indonesia tidak termasuk dalam kesepuluh negara tersebut, entah di mana posisi negara dengan jumlah mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia ini.
Dengan demikian dapat dipastikan kekuatan para kaum pelangi ini demikian besar, terlebih di kalangan masyarakat internasional. Apalagi didukung oleh sistem demokrasi kapitalisme yang berasaskan sekularisme. Maka wajar jika penyebaran virus Monkeypox pun, ikut subur. Inilah buah daripada diterapkannya sistem buatan manusia.
Tak hanya Monkeypox, penyebab munculnya berbagai virus mematikan akibat dari perilaku menyimpang LGBT pun di antaranya adalah HIV-AIDS, sindroma sarkoma kaposi, serta berbagai penyakit menular seksual lainnya, sebagai akibat dari gaya hidup bebas yang menjadi salah satu ciri khasnya. Apalagi hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penderita Monkeypox, serta HIV-AIDS. Maka sebagai seorang yang beriman hendaknya kita kembali bermuhasabah dan bertanya kepada diri sendiri, bukankah ini semua merupakan musibah dari Allah Swt. sebagai balasan atas kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia?
Atasi Ancaman Masalah Kesehatan yaitu Kembali kepada Islam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْيَرْجِعُوْنََ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum 30 : 41)
Asy-Syaukani menjelaskan bahwa kata fasad mencakup semua jenis kerusakan yang ada di daratan maupun di lautan, semua kerusakan dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, moral, alam, dan sebagainya, termasuk dalam cakupan kata al-fasad. Demikian pula kata al-bar (daratan) dan al-bahr (lautan) yang memberikan sebuah pengertian bahwa telah tampak dengan jelas semua jenis kerusakan di muka bumi, baik itu di daratan dan di lautan. Yang mana berbagai kerusakan itu tidak terjadi dengan tiba-tiba. Menurut ayat tersebut, pangkal dari segala kerusakan yang terjadi di muka bumi itu, adalah akibat dari perbuatan manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh para mufasir bahwa, ulah perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan dosa dan maksiat. Sementara itu Ibnu Katsir memaknainya adalah, disebabkan oleh berbagai kemaksiatan.
Sedangkan dalam ayat lain yaitu surah Thaha ayat 124, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
*وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِ نَّ لَـهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha 20: Ayat 124).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kehidupan sempit terjadi dikarenakan kita berpaling dari hukum-hukum sarak. Dengan demikian kedua ayat di atas menjelaskan bahwa selama manusia menyimpang dari ketentuan dan ketaatan kepada Allah taala maka di situlah pangkal kerusakannya hingga mengantarkan pada penghidupan yang sempit.
Dengan demikian maka selayaknya sebagai makhluk ciptaan Allah Swt., kiranya kita sadar diri dan kembali pada segala aturan yang telah ditetapkan-Nya. Dari sanalah segala aktivitas hidup bermula, termasuk penyelesaian permasalahan ancaman wabah Monkeypox. Melaksanakan syariat Islam secara kafah dalam sebuah institusi yakni Khilafah Islamiah. Dan dengannya kelak berbagai kemajuan dalam bidang kesehatan akan terus dikembangkan, melalui riset dan juga penelitian, guna menghasilkan obat-obatan berkualitas serta vaksinasi yang dapat mengendalikan penyebaran virus Monkeypox, serta ditopang oleh pelayanan rumah sakit terbaik dan juga bebas biaya. Sehingga kesehatan, keselamatan, dan juga kesejahteraan rakyat dapat terpenuhi. Wallahu’alam bis showab.[]