Mengakhiri Puzzle Rumit Arah Generasi Kini

"Generasi kita saat ini hanyalah mengejar aktualisasi diri yang semu. Mengejar pengakuan sesaat dari orang lain melalui jalan viral yang justru bisa menjerumuskan. Materi menjadi tujuan berikutnya, tanpa mau tahu apakah jalan yang ditempuh dibenarkan oleh Penciptanya, yang terpenting adalah bersenang-senang."

Oleh. Dira Fikri
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Masyarakat dibuat geger atas meninggalnya seorang bocah asal Tasikmalaya , Jawa Barat. Sesuai rekaman video yang beredar di media sosial, sebelum meninggal korban diketahui dipaksa oleh teman-temannya untuk menyetubuhi kucing. Hingga mengalami depresi berat akibat perundungan oleh teman-temannya. Sang ibu korban mengaku jika korban sempat sakit keras dan dirawat di Rumah Sakit sebelum hingga akhirnya meninggal. Korban juga mengaku kepada ibunya bahwa dirinya mau melakukan hal tersebut karena dipukul oleh teman-temannya.

Di tempat berbeda, acara Citayam Fashion Show, Dukuh Atas, Jakarta Pusat ramai diperbincangkan di media dalam negeri dan bahkan luar negeri. Gelaran jalanan tersebut dipenuhi oleh remaja yang mengantre untuk tampil di acara itu. Seolah menjadi tren baru saat ini, para artis dan model pun ikut turun untuk bergabung di gelaran tersebut. Namun, hingar bingar Citayam membuat resah Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria. Dikutip dari Republika.Co, Riza meminta langsung para anak-anak yang berkumpul di acara Citayam membubarkan diri pada pukul 22.00 WIB. Menurutnya, hal itu untuk membiasakan disiplin waktu, mengingat hampir semuanya masih pelajar SD, SMP, hingga SMA. Hal ini juga menjadi bagian untuk mencegah kekerasan, pelecehan terhadap anak. Karena angka kekerasan meningkat, prostitusi daring juga meningkat.

Perlulah kita bertanya apakah dua peristiwa di atas yang melibatkan anak-anak kita telah sejalan dengan tujuan bangsa ini untuk generasi. Pada Sabtu, 23 Juli 2022 Indonesia telah memperingati Hari Anak Nasional. Dilansir dari Kemenpppa, Hari Anak Nasional (HAN) 2022 diperingati dengan mengangkat tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”. Peringatan ini merupakan momentum penting untuk menggugah kepedulian dan partisipasi seluruh komponen bangsa Indonesia dalam menjamin pemenuhan hak anak atas hak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Apalagi, terdapat target untuk mewujudkan Generasi Emas 2045 yang berkarakter.

Anak-anak kita belum terlindungi. Bullying masih marak, kekerasan fisik banyak, perkelahian akibat tawuran tidak terhitung, eksploitasi anak semakin nyata dan sebagainya. Alih-alih menjadi generasi berkarakter, anak-anak kita telah jauh dari tujuan pendidikan negeri ini yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu insan yang beriman serta bertakwa terhadap Allah Yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan serta keterampilan, kesehatan lahir dan batin, kepribadian yang mantap serta berdikari serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan serta kebangsaan.

Generasi kita saat ini hanyalah mengejar aktualisasi diri yang semu. Mengejar pengakuan sesaat dari orang lain melalui jalan viral yang justru bisa menjerumuskan. Materi menjadi tujuan berikutnya, tanpa mau tahu apakah jalan yang ditempuh dibenarkan oleh Penciptanya yang terpenting adalah bersenang-senang. Jangankan berpikir tentang surga dan neraka, bahkan untuk memiliki visi masa depan saja tidak. Lebih khawatir kehilangan materi daripada martabat sebagai manusia.

Banyak faktor kenapa remaja kita hari ini demikian memprihatinkan. Tentu yang menonjol adalah kurangnya pengajaran dan pendidikan, ditambah kondisi keluarga yang tidak mendukung. Entah itu karena kurangnya keharmonisan keluarga, masalah ekonomi keluarga, dan pemahaman agama yang tidak diperhatikan. Sehingga, anak-anak kita tidak tahu tujuan hidupnya dan tidak mengerti jati dirinya. Apalagi negara masih belum bisa menyentuh hasil pendidikan yang dicitakan karena masih berkutat terkait masalah pemerataan kuantitas peserta didik yang mengenyam pendidikan, hingga belum menyentuh pemerataan kualitasnya.
Pada dasarnya setiap manusia itu memiliki potensi hidup yang sama. Kita hidup semuanya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri (gharizah). Semua memiliki pilihan untuk bisa memenuhinya dengan cara apa dan bagaimana. Namun sebagai orang yang beriman, yang meyakini bahwa kehidupan ini memiliki aturan dari Sang Pencipta tidak akan memilih aturan lain untuk dijalani. Memahami bahwa setiap orang hanya akan hidup sekali dan setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan kelak, membuat kita hanya bertanya pada Islam untuk setiap aktivitas kita.

Islam memandang bahwa setiap permasalahan manusia itu membutuhkan penyelesaian yang berasal dari Allah Swt. Menyelesaikan masalah generasi juga demikian. Kerumitan puzzle generasi hari ini tidak lepas dari sistem hidup sekularisme kapitalis yang diemban. Memandang bahwa urusan dunia bukan permasalahan yang harus diselesaikan dengan syariat-Nya. Sehingga, kebebasan berbuat menjadi sandarannya. Akibatnya benar salah ditentukan berdasarkan hawa nafsu manusia.

Pendidikan dalam sistem Islam akan membentuk generasi yang berkepribadian Islam dan menguasai science dan tsaqafah Islam. Sehingga generasi yang dihasilkan bukanlah generasi rapuh bermental illness dan bervisi materi semata. Visi keluarga Islam yang berorientasi akhirat akan bersungguh-sungguh menjadikan anak sebagai amanah. Tidak hanya sebagai investasi akhirat namun mencetaknya sebagai generasi tangguh yang siap memimpin masa depan umat di bumi.

Masyarakat yang melakukan aktivitas dakwah, beramar makruf nahi mungkar akan menjadi pencegah bagi aktivitas maksiat dan perbuatan yang tidak berguna. Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa dari kalian melihat kemungkaran maka hendaklah dia mengubah kemungkaran tersebut dengan tangannya, apabila tidak sanggup, (ubahlah) dengan lisannya, apabila tidak sanggup, (ubahlah) dengan hatinya, yang demikian adalah selemah-lemah keimanan." (HR. Muslim)

Negara yang menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan akan bisa menyelesaikan seluruh permasalahan di tengah masyarakat dengan solusi yang benar dan menenangkan. Dengan inilah puzzle rumit generasi hari ini akan bisa kita akhiri dengan kepingan gambar yang lengkap.

Wallahu’alam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Dira Fikri Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Perjalanan Terakhir
Next
Sekeping Hati Nataya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram